“Tak kenal maka tak sayang”, pribahasa ini sangat populerkan? Memang betul, kita tidak akan menyayangi dan mencintai seseorang jika kita belum mengenalnya.
Nah, di Bulan Dzulqa’dah yang mulia ini ada 2 manusia mulia yang lahir menerangi alam semesta; Yang pertama lahir pada tanggal 1 Dzulqa’dah. Tentunya adik-adik yang sudah membaca rubrik Kids Corner sebelumnya sudah tahu, siapakah beliau? Beliau adalah Sayyidah Fatimah Ma’shumah a.s. (Baca: “Menziarahinya Kunci Menuju Surga“)
Bagi yang ingin tahu lebih banyak tentang beliau silahkan baca di rubrik sebelumnya.
Adapun manusia mulia ke-2 yang lahir pada bulan mulia ini adalah kakak kandung Sayyidah Fatimah Ma’shumah, yaitu Imam Ali Ridha a.s.
Imam Musa Kazhim, ayah mereka termasuk salah satu imam yang memiliki banyak anak, namun di antara semua putera puteri beliau, Imam Ali Ridha a.s. dan Sayyidah Fatimah Ma’shumah adalah saudara seibu.
Baca: “Selamat Jalan Ibunda Bidadari Surga“
Ibunya bernama Najmah Khatun. Setelah melahirkan Imam Ali Ridha a.s. beliau mendapat gelar Thahirah. Suatu hari Najmah Khatun bertutur:
“Saat aku mengandung puteraku (Imam Ridha a.s.), aku tidak merasakan beban berat layaknya ibu hamil. Ketika aku tidur, aku senantiasa mendengar suara tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha Illallah) dari dalam diriku. Aku terbangun dengan rasa khawatir, namun suara tadi lenyap dan tidak terdengar.
Ketika puteraku lahir ke dunia, kedua tangannya diletakkan di atas tanah, kepalanya diangkat ke arah langit, mulutnya digerak-gerakkan, namun aku tidak mengerti apa yang diucapkannya.
Maka aku pergi menemui Imam Musa Kazhim a.s. dan menanyakan hal-hal tersebut.
Beliau a.s. menjawab, “Itu adalah karamah dan berkah yang dianugerahkan oleh Allah swt kepadanya.”
Aku membalut badan putera mungilku dengan kain berwarna putih dan membawanya ke hadapan Imam Musa Kazhim a.s. Kemudian beliau membisikkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri. Lalu beliau meminta air untuk mengambil langit-langit mulut sang bayi.”
Kota Madinah bercahaya karena kelahiran Imam Ali Ridha a.s.
Adik-adik tentunya ingin lebih mengenal Imam Ridha as. Yuk simak kisah berikut!
Persamaan Dan Persaudaraan Sesama Manusia
Seorang lelaki dari penduduk kota Balkh[1] berkata, “Aku menyertai Imam Ridha a.s. dalam perjalanan beliau ke Khurasan.[2]
Suatu hari Imam Ridha a.s. menghamparkan alas hidangan dan mempersilahkan seluruh sahabat, pelayan, dan budak beliau untuk duduk bersama di hadapan hidangan yang tersaji.”
Aku berkata kepada Imam, “Wahai Imam, alangkah baiknya bila hidangan terpisah dihamparkan untuk orang-orang kulit hitam ini.”
Imam Ridha a.s. menjawab, “Jangan berucap seperti itu, Tuhan kita semua adalah sama (Esa), kita berasal dari ayah dan ibu yang sama. Amal seseorang akan dilihat dari perilakunya.”
Kebaikan Adalah Tabungan Hari Esok
Pada suatu hari Imam Ridha a.s. bertutur kepada para sahabat beliau demikian:
“Selalu berzikirlah kepada Allah (mengingat Allah swt) dan berbuatlah kebaikan selagi mampu. Tawadhu’, menghargai nikmat dan bersyukur pada hari ini adalah bagaikan tabungan yang berharga untuk hari esok. Contohnya seperti kisah berikut ini:
Seorang lelaki dari Bani Israil pada suatu malam bermimpi. Dalam mimpinya ia mendengar suara malaikat berkata, “Pada separuh usiamu akan dipenuhi dengan kelapangan rezeki dan kebahagiaan, dan separuhnya lagi dengan kesusahan. Pilihannya ada di tanganmu, apakah engkau akan memilih kebahagiaan dan kesenangan terlebih dahulu atau kesengsaraan dan kesulitan.
Lelaki itu berkata, “Aku memiliki seorang isteri yang selalu mendampingiku. Aku harus bermusyawarah dengannya terlebih dahulu.”
Baca: “Teologi Kemerdekaan“
Keesokan harinya, lelaki itu bercerita tentang mimpinya kepada isterinya, “Aku tidak tahu mana yang harus aku pilih, kesenangan terlebih dahulu atau kesengsaraan?”
“Jatuhkan pilihanmu kepada yang pertama, sisanya serahkan kepadaku karena aku yang akan mengurusnya,” jawab sang isteri.
Suaminya menyahut, “Aku memilih yang pertama karenamu.”
Singkatnya, mereka bergelimang dunia dan menikmati segala jenis kesenangan. Di saat itulah, sang isteri berkata, “Ada tetangga kita yang membutuhkan, bantu dan berbuat baiklah kepadanya.”
Atau dalam kesempatan lain, isterinya berucap, “Sanak saudara kita ada yang miskin, penuhilah kebutuhannya.”
Dan begitulah seterusnya, sang isteri selalu menganjurkan kepada suaminya untuk membantu dan memberikan hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan. Ia juga tidak sombong dan selalu bertawadhu’ di hadapan orang lain sehingga para tetangga, sanak saudara, dan orang-orang di sekelilingnya merasa senang terhadapnya.
Beberapa tahun telah berlalu hingga suatu malam malaikat yang dahulu datang dalam mimpinya, datang kembali dan berkata, “Separuh dari hidupmu yang penuh dengan kenikmatan dan kelapangan telah berakhir. Bagaimana pendapatmu sekarang?”
Lelaki itu berkata, “Mohon berikan aku waktu untuk menyampaikannya kepada isteriku.”
Baca: “Apa Dalil bahwa Ahlul Bait tidak Mencakup Istri-Istri Nabi saw?“
Pagi harinya, ia berkata kepada isterinya, “Tadi malam aku bermimpi kembali dan diberitahukan kepadaku bahwa separuh kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan telah berakhir.”
Sang isteri menjawab, “Jangan merasa khawatir, Allah swt telah memberikan nikmat kepada kita begitu besar dan banyak. Kenikmatan-kenikmatan tersebut telah kita pergunakan untuk kebaikan semampu kita. Allah Maha Besar dan aku yakin Dia tidak akan menyia-nyiakan amal kebaikan yang kita lakukan dahulu.”
Di malam harinya, malaikat kembali mendatanginya dalam mimpi dan berkata, “Pada separuh waktu pertama yang diberikan tersebut engkau telah memanfaatkannya dengan berbagai macam amal baik. Oleh karena itu, sisa usiamu akan dianugerahi kebahagiaan dan kemudahan hidup.”
Selamat atas kelahiran Imam Ali Ridha a.s., 11 Dzulqa’dah 148 H.
========
[1] Balkh adalah salah satu dari tiga puluh empat provinsi di Afganistan. Balkh terletak di bagian utara negara itu dan namanya berasal dari kota kuno Balkh, dekat kota modern. Ibu kotanya adalah Mazar-e Sharif.
[2] Khurasan Raya adalah istilah kini untuk wilayah timur Persia kuno sejak abad ke-3. Khurasan Raya meliputi wilayah yang kini merupakan bagian dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Khorasan Raya meliputi Nishapur, Tus (kini di Iran), Herat, Balkh, Kabul, dan Ghazni (kini di Afganistan), Merv (kini di Turkmenistan), Samarqand, Bukhara, dan Khiva (kini di Usbekistan), Khujand dan Panjakent (kini di Tajikistan).
[*]
Baca: “Pesan Damai dalam Kebangkitan Imam Husein AS“