Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Apa Saja Perbedaan Kehidupan Dunia dan Akhirat?

Kitab-kitab wahyu mengajak kita memerhatikan satu poin yang sangat mendasar, yaitu poin hubungan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan akhirat tak dapat dipisahkan dari kehidupan dunia. Benih kehidupan setelah kematian ditebarkan di dunia dan oleh manusia sendiri. Manusia yang menentukan di kehidupan ini apa yang akan terjadi pada dirinya di kehidupan akhirat nanti.

Iman sejati, keyakinan yang benar, konsepsi realistis mengenai dunia, kebiasaan baik, tidak iri hati dan tidak dengki, tidak menipu, tidak membenci dan tidak curang, dan juga perbuatan baik yang membantu pengembangan individu dan masyarakat yang dilakukan dengan ikhlas, merupakan hal-hal yang menjamin kehidupan abadi yang bahagia. Sebaliknya, kekufuran, penindasan, kemunafikan, praktik riba, berdusta, memfitnah, mengumpat, mencari-cari kesalahan, menciptakan perpecahan, tidak beribadah kepada Sang Pencipta, dan kualitas serta kebiasaan serupa lainnya merupakan hal-hal yang membuat pelakunya hidup sengsara di akhirat.

Ada sebuah sabda Nabi Muhammad Saw yang menarik. Beliau bersabda: “Dunia ini adalah lahan akhirat. Kalau engkau menanam di dunia ini, engkau akan menuainya di akhirat.” Sebagaimana mustahilnya menanam rumput lalu yang dipanen padi, menanam duri lalu yang dipetik bunga, maka begitu pula mustahil orang yang buruk perilakunya di dunia akan bahagia di akhirat.

Baca: Tujuh Zikir Berkhasiat Dunia Akhirat

Ada pun kesamaan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat adalah bahwa keduanya nyata dan eksis. Dalam kedua kehidupan ini, manusia sadar akan dirinya dan apapun yang berkaitan dengan dirinya. Dalam dua kehidupan ini, manusia merasa senang dan sedih, bahagia dan sengsara. Dalam dua jenis kehidupan ini, perbuatan manusia diatur oleh nalurinya, baik naluri hewaniah maupun naluri manusiawinya. Dalam dua kehidupan ini, manusia hidup dengan tubuhnya. Meski demikian, ada juga beberapa perbedaan yang mendasar antara dua kehidupan ini.

Di dunia ini ada sistem reproduksi dan sistem perkembangan dari anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut yang diikuti kematian. Sistem seperti ini tak ada di akhirat. Di dunia ini, bekerja, menanam dan mempersiapkan lahan adalah suatu keniscayaan. Di akhirat akan memanen apa yang ditanam di dunia. Dunia merupakan tempat bekerja, sedangkan akhirat merupakan tempat memperoleh hasil. Di dunia manusia dapat mengubah nasibnya dengan mengubah kebiasaannya. Di akhirat kemungkinan seperti itu tak ada.

Di dunia ada hidup dan mati. Sesuatu yang mati berasal dari yang hidup, dan yang hidup berasal dari yang mati. Materi mati, dalam keadaan tertentu, berubah menjadi organisme hidup, dan organisme hidup berubah menjadi materi mati. Namun di akhirat, yang ada adalah murni kehidupan. Materi di alam itu juga hidup. Bumi dan langit di alam itu hidup. Taman dan buahnya hidup. Api dan siksa di alam itu juga hidup dan sadar. Di sini segalanya diatur oleh kondisi ruang dan waktu serta sebab-sebabnya. Alam itu adalah alam gerak dan berkembang. Di alam akhirat, yang ada hanyalah “Kehendak dan Kedaulatan Allah Swt Semata.” Di sana, penglihatan dan kesadaran manusia lebih kuat, dan daya lihat dan daya dengar manusia lebih tajam dibanding di dunia fana. Dengan kata lain, di sana tidak ada tabir, dan manusia akan lebih bisa melihat kebenaran.

Baca: 12 Hadis Pilihan Imam Muhammad Baqir a.s.

Al-Quran mengatakan: “…Maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutup) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”. (QS. Qaf: 22)

Di dunia manusia selalu merasa letih, jenuh dan sedih, khususnya merasa monoton. Kelihatannya seakan-akan dia kehilangan sesuatu dan tengah mencari sesuatu itu. Dia berusaha mendapatkan sesuatu, lalu merasa senang sebentar. Namun segera dia sadar bahwa itu bukan yang diinginkannya. Dia mulai lagi merasa sedih dan mengejar sesuatu yang lain. Manusia selalu menginginkan sesuatu yang belum dimilikinya dan belum membuatnya jenuh. Namun di akhirat, di mana manusia akan mendapatkan apa yang diinginkan lubuk hatinya dan apa yang sebenarnya belum dimilikinya, yaitu kehidupan abadi dalam kedekatan dengan Allah Swt, tidak ada keletihan, tidak ada rasa jenuh, tidak ada kesedihan.

Al-Quran mengisyaratkan hal ini ketika mengatakan: “…mereka tidak ingin pindah darinya”. (QS. al-Kahfi: 108)

Baca: Pentingnya Mencari Agama yang Benar

Beda dengan di dunia, di akhirat manusia tidak menginginkan perubahan. Walaupun tinggal di surga untuk selamanya, namun penghuninya tidak akan membosankan. Karena segala yang mereka inginkan tersedia bagi mereka. Mereka tidak akan terganggu atau jadi susah oleh keinginan yang tak terpuaskan.

*Disadur dari buku Tafsir Holistik karya Ayatullah Murtadha Muthahhari


No comments

LEAVE A COMMENT