Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Apa yang Mesti Dilakukan untuk Menunggu Kemunculan Imam Mahdi?

Para ulama Mazhab Ahlulbait dalam kitab-kitabnya telah mengidentifikasi dan menulis hal-hal tertentu yang harus dilakukan selama kegaiban beliau, yaitu mendoakan beliau, melakukan kerja-kerja mulia, meminta pertolongan dan bantuannya ketika dalam kesulitan, dan sebagainya. Tidak ada keraguan atas nasihat-nasihat tersebut.

Terdapat banyak hadis dari para Imam, baik yang menganjurkan penantian ataupun menyebutkan pahala dan keutamaannya, selama kegaibannya. Mari kita kutip beberapa contoh:

Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata: “Seseorang yang meninggal dengan kecintaan (wilayah) kepada Ahlulbait seraya menantikan kelapangannya (melalui kemunculan al-Qaim) maka ia sama dengan orang yang akan bernaung di bawah tenda al-Qaim.” (Kamal al-Din, jil. 2, hal. 644)

Baca: Imam Mahdi, Sang Penyelamat Dunia

Imam Ali ar-Ridha a.s. meriwayatkan hadis dari datuk-datuknya dan dari Nabi Saw di mana beliau berkata bahwa Nabi bersabda: “Sebaik­baik perbuatan umatku adalah menunggu kelapangan.”

Dalam hadis lain, Imam Ridha memuji orang-orang yang menunggu kelapangan [melalui al-Mahdi) dengan berkata:  “Betapa baiknya kesabaran dan penungguan kelapangan. Bukankah Allah Swt telah berfirman ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula). [QS al-An’am: 58]’ Oleh karena itu, bersabarlah sebab kemunculannya akan tiba setelah terjadinya keputusasaan. Orang-orang sebelum kalian bahkan lebih sabar dari kalian.” (Kamal al-Din, jilid 2, hal. 645)

Banyak hadis berkaitan dengan tema yang sama. Para Imam selalu menasihati umatnya untuk menunggu kelapangan. Mereka mengingatkan umatnya bahwa menantikan kelapangan [melalui Imam Mahdi] merupakan sejenis pembebasan. Oleh karena itu, tidak ada keraguan sedikit pun bahwa kewajiban terberat bagi kaum Muslim selama kegaiban adalah mengharapkan kelapangan.

Mari kita diskusikan makna menunggu atau mengantisipasi kelapangan. Bagaimana mungkin seseorang yang mengantisipasi kelapangan menerima ganjaran terbesar yang melebihi orang yang berbuat kebaikan? Apakah orang yang mengatakan bahwa dia menunggu kelapangan [melalui kehadiran Imam ke-12] sudah memenuhi kewajibannya?

Sudah barang tentu, ada makna dan signifikasi yang lebih dalam dari tindakan menunggu kehadiran Imam. Pertama, berdasarkan hadis-hadis menyangkut fungsi Imam Mahdi, tampak bahwa program yang diembannya merupakan program yang ideal, komprehensif, dan tentu saja sulit. Program-program beliau adalah: mereformasi seluruh dunia, mengalahkan kekuatan tiran dan penjahat, menjadikan Islam sebagai agama resmi segenap penghuni bumi ini, menghilangkan purbasangka dan pikiran-pikiran buruk di benak orang-orang sehingga mereka dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis di bawah pemerintahan Allah. Selain itu, revolusi al-Mahdi akan mendirikan pemerintahan dunia di bawah satu Tuhan, satu agama, dan satu sistem hukum ideal, serta membawa komunitas lainnya di bawah panji persatuan Islam.

Baca: Profil Imam Mahdi Al-Muntadzar A.S.

Jelas, tujuan-tujuan semacam ini bukanlah tugas mudah. Program seperti ini mudah dilaksanakan apabila akal manusia sudah siap menerima tujuan-tujuan tersebut dan siap mengangkangi ideologi materialistis yang terbatas untuk merealisasikan nilai-nilai ketuhanan bagi manusia. Keinginan melakukan revolusi dan mensyiarkan rencana Allah dalam rangka menggapai masyarakat yang ideal mesti datang dari orang-orag yang berperan serta aktif dalam menyiapkan sarana yang bisa dimanfaatkan oleh Imam ke-12 dalam melaksanakan programnya, yaitu mewujudkan tatanan dunia baru.

Kedua, menurut beberapa hadis yang diriwayatkan dari para Imam: Imam Mahdi al-Muntazhar dan para pendukungnya akan mengatasi kekuatan kaum kafir dan materialis dengan cara jihad. Kekuatan musuh Allah dan para pendukung kaum kafir serta para pelaku kezaliman akan dibasmi oleh kekuatan yang handal. Banyak hadis yang membicarakan kekuatan yang akan mencapai tujuan di atas. Misalnya, Imam al-Baqir a.s. berkata: “Al-Mahdi mirip kakeknya, yaitu Muhammad saw. Nabi memulai perjuangannya dengan pedang, dia (al-Mahdi) pun akan melakukan hal yang sama. Al-Mahdi akan membunuh musuh-musuh Allah dan Nabi-Nya, serta orang­orang yang menindas orang lain dan yang menyesatkannya. Al-Mahdi akan memperoleh kemenangan dengan pedang dan membuat takut (musuh­musuhnya). Tak satu pun pasukannya mengalami kekalahan.” (Bihar al-Anwar, jil. 51, hal. 218)

Sahabat Imam Baqir as, Basyir, berkata kepada Imam: “Orang-orang berkata bahwa ketika al-Mahdi melancarkan revolusinya, tugas tersebut terasa ringan untuknya sehingga tidak ada pertumpahan darah walau hanya luka kecil luka karena berbekam.”

Imam a.s. berkata: “Demi Allah, pernyataan tersebut salah. Bila hal tersebut dapat terjadi, maka hal yang seperti itu akan terjadi pula di zaman Nabi. Sebaliknya, gigi beliau terluka dan dahinya pun cedera dalam sebuah pertempuran. Aku dengan sepenuh hati menyatakan bahwa revolusi al­Mahdi akan terjadi dengan pertempuran dan pertumpahan darah. Lalu beliau menyeka dahinya dengan tangan beliau.” (Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 358)

Hadis ini menunjukkan bahwa kemenangan al-Mahdi bukan hanya akibat dari bantuan Allah dan dunia gaib saja. Kemenangan tidak akan dapat diraih tanpa kekuatan semisal mukjizat yang dengan kekuatan seperti ini maka program reformasi dan kebangkitan akan terwujud. Kemenangan tidak bergantung pada kejadian-kejadian biasa.

Selain pertolongan Ilahiah ini, revolusi juga akan didukung oleh tentara yang bersenjata layak dan handal, yang dapat menggunakan persenjataan termodern di gudang-gudang senjata kontemporer. Dengan menilik sejumlah hadis ihwal revolusi penghabisan yang dipimpin al-Mahdi ini, kita mulai dapat memahami prasyarat-prasyarat kehadiran beliau. Hal ini akan membantu kita dalam memahami tanggung jawab yang mesti diemban kaum Muslimin dalam menyongsong revolusi ini dan kemudian menilai apakah umat Islam sekarang sudah siap mendukung tugas ini secara aktif dan apakah penantian mereka akan tegaknya pemerintahan ideal di bawah al-Qaim memiliki manfaat?

Berdasarkan hadis-hadis Ahlulbait, menunjukkan Bahwa tugas terpenting kaum Muslimin selama kegaiban Imam adalah; pertama, mereformasi diri dari dalam [batin] dengan semua kesungguhan. Mereka harus menghiasi diri dengan nilai-nilai Islami, melaksanakan segenap kewajiban, dan menunaikan bimbingan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mereka mesti mendalami ajaran-ajaran Islam mengenai kemasyarakatan yang diambil dari Alquran, Nabi, dan Ahlulbaitnya, dan menerapkannya secara sempurna di tengah-tengah masyarakat mereka.

Yang lebih penting lagi, umat Islam harus mempelajari sains­sains modern secara serius yang tidak saja menguntungkan mereka sendiri tetapi masyarakat lain di seluruh dunia. Mereka harus menjadi pelopor di semua bidang pengetahuan. Melalui kemajuan agama dan ilmu mereka sendiri, mereka harus membuktikan ke seluruh dunia bahwa hukum­hukum dan etika lslam mampu berperan sebagai sistem ideal dunia yang membangun keseimbangan dunia dan akhirat. Selain itu, dengan memadukan ketentuan hukum yang lengkap dengan ajaran spiritual dan moral dari sistem Islam, umat Islam bisa menjadi sumber inspirasi bagi sistem politik, sosial, ekonomi yang manusiawi.

Dengan kata lain, kaum Muslim punya kewajiban untuk mengungguli (kaum) lainnya dalam segala bidang yang terkait dengan perbaikan umat manusia hingga bidang-bidang tersebut akan

diwarnai oleh nilai-nilai moral dan spiritual Islam. Hanya dengan cara itu, mereka dapat mewujudkan dan menjalankan sistem ideal di bawah kepemimpinan lmam Mahdi a.s. Mereka yang terlibat dalam ikhtiar­ikhtiar ini untuk memungkinkan keberhasilan revolusi al-Mahdi adalah mereka yang betul-betul menantikan kelapangan melalui kemunculan Imam ke-12 a.s. Orang-orang yang bekerja keras dan bersedia mengorbankan diri ini adalah laskar-laskar Imam Mahdi. Mereka dapat disetarakan dengan orang-orang yang berjuang di medan pertempuran melawan kekuatan buruk dan kejahatan.

*Disarikan dari buku karya Ayatullah Ibrahim Amini – Imam Mahdi, Penerus Kepemimpinan Ilahi


No comments

LEAVE A COMMENT