Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Asal Muasal Cerita Abdullah bin Saba

Cerita Mengenai Abdullah bin Saba seorang yang dituduhkan sebagai seorang pendiri Syiah telah berusia lebih dari dua belas abad lamanya. Para sejarawan dan penulis mencatatnya, dan memberi tambahan kepada cerita tersebut. Sekilas jika melihat rangkaian perawi dari cerita ini akan ditemukan nama Saif berada di situ. Beberapa sejarawan berikut ini mencatat cerita tersebut dari Saif secara langsung:

  • Thabari
  • Dzahabi, ia juga menyebutkan dari Thabari.
  • Ibnu Abu Bakir, ia juga mencatatnya dari Ibnu Atsir, yang mencatat dari Thabari.
  • Ibnu Asakir.

Berikutnya banyak sejarawan yang tidak secara langsung mencatat dari Saif namun mengutip pendapat Thabari, Ibnu Asakir, dan Dzahabi. Hal ini menunjukkan bukti bahwa cerita-cerita bohong seputar sifat Abdullah bin Saba dimulai dari Saif dan dikutip oleh Thabari secara langsung dari buku Saif sebagaimana yang diungkapkan Thabari sendiri dalam kitabnya al-Mughnifi al-Dhuafa di halaman 292. Oleh karena itu, tokoh Saif dan sejarahnya harus ditelaah dan dianalisis dengan sangat teliti.

Siapakah Saif

Saif bin Umar Dzabbi Usaidi Tamimi hidup pada abad kedua masehi dan meninggal setelah tahun 170 H/750 M. Dzahabi berkata bahwa Saif meninggal ketika Harun Rasyid memerintah di Baghdad. Selama hidupnya, Saif menulis dua buku berikut ini pada masa pemerintahan Umayah; 1) Al-Futuh wa ar-Riddah, yang merupakan sejarah periode sebelum wafatnya Nabi Muhammad Saw hingga khalifah ketiga, Utsman, menjadi pemimpin dunia Islam; 2) Al-Jamal wa Masiri Aisyah wa Ali, yang merupakan sejarah dari pembunuhan Utsman hingga perang Jamal.

Baca: Mengenal Syiah

Buku-buku tersebut sekarang sudah tidak ada namun sempat bertahan beberapa abad setelah masa hidupnya Saif. Berdasarkan temuan ini, orang terakhir yang menyatakan bahwa ia memiliki buku Saif adalah Ibnu Hajar Asqalani (852 H).

Kedua buku ini lebih banyak berisi cerita fiksi, bukan kebenaran, cerita-cerita yang dibuat-buat, dan beberapa peristiwa yang benar, yang secara sengaja dicatat dengan cara yang mengolok-olok. Karena Saif berbicara tentang beberapa sahabat Nabi Muhammad Saw dan juga menciptakan sahabat-sahabat Nabi dengan nama yang aneh, ceritanya telah mempengaruhi sejarah Islam masa awal.

Beberapa ahli biografi seperti penulis Ushul Ghabah, Isti’ab, dan Ishabah dan ahli geografi seperti penulis buku Mujam al-Buldan dan ar-Rawz al-Mitar telah menulis beberapa kisah hidup beberapa sahabat Nabi Muhammad Saw, dan menyebutkan tempat-tempat yang hanya terdapat di buku karangan Saif. Karena itu, kehidupan dan tokoh Saif serta kredibilitasnya harus ditelaah secara teliti.

Pendapat Kaum Sunni Mengenai Saif

Saif bin Umar terkenal sebagai seorang pendusta dan orang yang tidak dapat dipercaya. Beberapa ulama terkemuka Sunni berikut membenarkan pendapat ini.

  • Hakim Naisaburi (405 H) menulis: “Saif adalah seorang ahli bid‘ Riwayatnya harus diabaikan.”
  • Nasai (303 H) menulis: “Riwayat yang disampaikan Saif lemah dan riwayat tersebut harus diabaikan karena tidak dapat dipercaya dan tidak berdasar.”
  • Yahya bin Muin (233 H) menulis: “Riwayat Saif lemah dan tidak berdasar.”
  • Abu Daud (316 H) menulis: “Saif bukan seorang yang dapat dipercaya. Ia adalah seorang pembohong. Beberapa hadis yang ia sampaikan sebagian besarnya tertolak.”
  • Ibnu Habban (354 H) menulis:“Saif merujukkan hadis-hadis palsu pada perawi-perawi yang sahih. Ia dianggap sebagai seorang pebidah dan pembohong.”
  • Suyuthi (900 H) menulis: “Hadis yang disampaikan Saif lemah.”
  • Ibnu Hajar Asqalani (852 H) menulis setelah ia menyebut sebuah hadis: “Banyak perawi hadis ini lemah dan yang paling lemah di antara mereka adalah Saif.”

Serta masih banyak ulama terkemuka Sunni yang mengatakan hal serupa mengenai Saif. Namun, yang menarik untuk kita perhatikan bahwa meskipun Dzahabi (748 H) telah mengutip dari Saif dalam buku sejarahnya, ia menyebutkan di bukunya yang lain bahwa Saif adalah perawi yang lemah. Dalam buku al-Mughni f al-Dhuafa, Dzahabi menulis: “Saif memiliki dua buku yang berdasarkan kesepakatan telah diabaikan oleh para ulama.”

Hasil dari penyelidikan tentang kehidupan Saif menunjukkan bahwa Saif adalah seorang yang tidak beragama dan pengarang yang tidak dapat dipercaya. Cerita yang dikisahkan olehnya diragukan dan secara keseluruhan atau sebagiannya palsu. Dalam cerita-ceritanya, ia menggunakan nama-nama kota yang tidak pernah ada di dunia ini. Abdullah bin Saba adalah kebohongan utama dari cerita-ceritanya. Ia juga mengenalkan 150 sahabat nabi imajiner untuk meluaskan tokoh-tokoh ciptaannya, dengan memberi nama-nama yang aneh pada mereka yang tidak ditemukan di dokumen mana pun. Selain itu, waktu kejadian yang diberikan pada riwayat Saif bertolak belakang dengan dokumen hadis Sunni yang sahih. Saif juga menggunakan rangkaian perawi palsu, dan meriwayatkan banyak peristiwa-peristiwa ajaib (seperti sapi yang berbicara dengan manusia, dan lain-lain).

Baca: Ekstremisme dalam Syiah

Beberapa pendukung Saif berpendapat bahwa meskipun Saif dianggap sebagai seorang perawi hadis yang lemah dan banyak ulama hadis tidak mempercayai riwayatnya, hal tersebut hanya terdapat di wacana syariat, dan bukan di wacana sejarah. Dengan pendapat tersebut, mereka ingin mendasarkan cerita ‘sejarah’ tentang seseorang yang dianggap pembohong dan zindiq. Apabila permasalahan tentang Saif hanyalah kurangnya ilmu syariat, kita dapat katakan bahwa ia dapat dipercaya dalam hal lainnya.

Tetapi, persoalannya adalah Saif adalah seorang pembohong dan membuat banyak kepalsuan dengan mengarang kejadian dan merujuk hadis palsu pada perawi yang sahih. Oleh karenanya, orang seperti itu patut dipertanyakan untuk semua hal.

*Disarikan dari buku Antologi Islam – Tim Al-Huda

No comments

LEAVE A COMMENT