Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Bagaimana Alquran Mengajarkan Manajemen Stres? (Bagian 1)

Agama-agama langit, khususnya Islam memberi tuntunan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dalam ayat-ayat suci AlQuran. Melalui pendidikan karakter AlQuran melindungi orang mukmin dari berbagai pengaruh stres yang mungkin dialami dalam kehidupan. Secara umum AlQuran mengajarkan tiga pendekatan untuk menghadapi stres, yaitu:

  1. Pendekatan kognitif.
  2. Pendekatan afektif – spiritual.
  3. Pendekatan motorik/perilaku.

Pendekatan Kognitif

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS Al-Baqarah: 156)

Orang yang hatinya dipenuhi cahaya keimanan tidak akan melihat seluruh alam semesta dan isinya selain daripada kebaikan. Ia memahami sistem yang berlaku sebagai sistem terbaik yang jika tidak demikian tentu telah terjadi kerusakan dan kehancuran di bumi. (Baca: Stop KDRT Dengan Manajemen Stres)

Sedangkan keyakinan yang tidak mengakui hal-hal ghaib dari Tuhan dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada diri seseorang. Ketika orang tidak memiliki hubungan dan kedekatan dengan Sang Penguasa, ia akan selalu berada dalam kecemasan. Ia merasa sendiri ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang mukmin saat menghadapi musibah akan menyadari keberadaan dirinya sebagai makhluk yang akan kembali pada Pencipta. Orang beriman tidak akan melihat dirinya terabaikan tanpa penolong. Keimanan juga menepis harapan dan angan-angan panjang yang berasal dari syaitan.

مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

… siapa saja (diantara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Maidah: 69)

فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

… Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (QS Al-An’am : 48)

manajemen stresTelah disebutkan bahwa kecemasan dan ketakutan termasuk salah satu penyebab timbulnya stress. Berbagai kajian dan referensi menyarankan agar menggunakan pendekatan spiritual untuk menghadapi stres. Kita tidak mampu memahami bagaimana sebenarnya kecemasan dan ketakutan tak lain merupakan hasil dari pemikiran kita sendiri. (Baca: Tawasul kepada Nabi saw, Bid’ahkah?)

Pikiran dan persepsi kita bahkan mampu menambah ketakutan dan kekhawatiran tersebut. Ketakutan yang tidak ada di luar pikiran kita dan tidak dapat memengaruhi kecuali ia telah menyelinap dalam pikiran. Hal ini juga terjadi dalam berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Sebenarnya tidak ada satu peristiwa pun yang dapat menyebabkan ketakutan dalam pikiran yang sehat. Sebuah peristiwa akan menjadi menakutkan hanya ketika kita mengizinkannya menakuti pikiran. Tidak ada sesuatu apa pun yang dapat memberi efek terhadap diri kecuali kita membiarkannya berada dalam pikiran kita.

Ketakutan merupakan salah satu hambatan terbesar dalam mengaktualkan potensi manusia. Kecemasan muncul dari rasa rendah diri dan kegagalan yang menyebabkan orang memprediksi kegagalan sebelum kejadiannya. Padahal kita selalu terkoneksi dengan sumber kekuatan yang tidak terbatas. Kita juga diberikan sumber daya yang tak terhingga dan tak pernah punah. (Baca: Apakah Agama Sumber Pertikaian?)

Kesadaran akan keesaan-Nya dan kesadaran akan kesatuan eksistensi makhluk dengan wujud Ilahi akan menghapus segala ketakutan. Ketakutan akan sirna ketika kita merasa mampu bertahan dalam segala kondisi. Hal ini akan terjadi saat kita mendapati bahwa dalam diri terdapat keberadaan yang abadi. Keberadaan yang tidak dapat dirusak oleh sesuatu yang berasal dari luar. Mengatasi ketakutan sama dengan mengatasi salah satu faktor penyebab stress yang paling berpengaruh dalam kehidupan. Kemampuan mengatasi ketakutan tidak akan terwujud tanpa payung keimanan dan peningkatan spiritualitas.

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al-An’am: 82)

Orang mukmin akan merasakan ketenangan karena keimanannya yang benar kepada Tuhan membangkitkan harapan akan pertolongan-Nya. Perasaan bahwa Tuhan selalu bersama dan membantu hamba-Nya menjamin keberlangsungan rasa aman dalam diri manusia. (Baca: SafinahQuote: Manusia dan Urusan Dunia)

Fitrah manusia selalu mencari sandaran yang kekal abadi. Ketika melakukan kesalahan dan kemudian mengandalkan pada hal materi, ia tidak menemukan ketenangan karena bertentangan dengan kebutuhan hakiki. Hal ini tidak akan menyelamatkannya dari kecemasan.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra’d: 28)

Orang yang telah mengenal ajaran Islam memaknai kesuksesan hanya ketika dirinya mengingat Tuhan dan terpaut dengan-Nya. Kekurangan diri mukmin hanya dapat dipenuhi dengan mendekatkan diri kepada-Nya.

Setiap orang tidak dapat menghindari kegagalan dan selalu menimbulkan kekhawatiran bagi manusia. Kebutuhan rasa aman seorang mukmin akan terpenuhi dengan keyakinan terhadap sistem penciptaan dan keimanan. Keimanan akan menghasilkan keseimbangan antara ruh dan fisik tanpa sedikit pun terjadi pertentangan dalam dirinya yang mengganggu. (Baca: Prinsip Penting Memilih Pasangan Hidup -1)

Iman kepada Allah Swt dan mengikuti jalan hidup Rasulullah salallahu alaihi wa alihi merupakan jalan yang membebaskan manusia dari kecemasan.  Jalan ini mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dan kesuksesannya. Sedangkan mereka yang tiada memiliki iman dan tidak mengikuti jalan Ilahiah akan sampai pada keterasingan dan kehancuran. Keyakinan kepada Tuhan akan meningkatkan derajat keimanan seseorang yang akan membentuk pola pikir dan gaya hidupnya. Ia akan memberi reaksi secara normal sehingga menghasilkan ketenangan dan tak akan membiarkan dirinya tergelincir pada ketakutan. Saat berhadapan dengan kesulitan, insan mukmin akan menghadapinya dengan keyakinan akan janji Allah Swt. Keyakinan ini menumbuhkan harapan hingga tak menjadi celah ia terjatuh saat menghadapi berbagai masalah. Orang seperti ini tidak berisiko mengalami gangguan fisik saat menghadapi stress dan Allah Swt menyediakan fasilitas untuk menyelesaikan masalahnya.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS At-Talaq: 2)

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d 11)

Pandangan dunia seseorang (world view) juga menentukan perilakunya ketika menghadapi masalah. Perubahan perilaku memerlukan perubahan pandangan dan pemikirannya tentang dunia. Perubahan cara pandang akan mengantarkan seseorang memahami bahwa masalah yang sebelumnya menyebabkan kecemasan, tidak seberat yang dibayangkan. Sehingga ia tidak perlu lari dan menghindar dari masalah tersebut. Islam mengajarkan bahwa kesulitan akan mengantarkan orang pada kesempurnaan.

فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS An-Nisa: 19)

Bersambung …

Baca selanjutnya: “Bagaimana AlQuran Mengajarkan Manajemen Stres? (Bagian 2)

 

No comments

LEAVE A COMMENT