Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Bukan Sembarang Mimpi

Mengenang Syahadah Sayyidah Zainab Kubra a.s. 15 Rajab

Gadis kecil itu terbangun dari tidurnya dan berlari ke arah kakeknya. Sambil memeluk kakeknya, dia menceritakan mimpi buruknya, “Wahai kakekku!  Aku bermimpi buruk. Aku melihat angin topan sangat kencang. Angin itu telah membawaku ke sana-sini. Tiba-tiba aku melihat sebuah pohon besar, lalu aku memegang pohon itu. Namun angin kencang telah menumbangkan pohon besar itu ke atas tanah.

Kemudian aku memegang salah satu dahannya yang besar, namun angin kencang juga mematahkannya. Setelah itu, aku pun memegang dahan lainnya, namun sama seperti sebelumnya, angin kencang mematahkan dahan tersebut. Lalu aku memegang dahan ketiga dan keempat, sampai akhirnya aku terbangun.”

Kakek gadis kecil itu menangis setelah mendengarkan ceritanya, lalu berkata, “Ketahuilah, wahai cucuku! Pohon besar itu adalah kakekmu. Sedangkan kedua dahan pohon besar tersebut adalah ayah dan ibumu. Sementara kedua dahan lainnya adalah kedua saudaramu, Hasan dan Husain. Sepeninggal mereka, dunia menjadi gelap gulita dan engkau akan memakai pakaian hitam sebagai lambang duka cita atas musibah yang menimpa mereka.”

Setelah mendengar cerita cucunya, sang kakek menarik nafas dalam-dalam. Rasa sedih menyelimuti hatinya. Beliau membayangkan musibah demi musibah yang akan menimpa cucu tercintanya ini.

Ketika kita menyebut namanya, hati kita pun akan berduka, mengenang musibah besar yang menimpanya. Gadis kecil itu tiada lain adalah Sayyidah Zainab a.s. dan sang kakek adalah manusia paling agung, baginda Nabi Muhammad saw.

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menangisi musibah yang menimpa Zainab, sama dengan meratapi kesedihan yang dialami Hasan dan Husein, saudara tuanya.”

Bisa dikatakan tidak ada musibah yang menimpa kaum wanita, seberat musibah yang dialami oleh Sayyidah Zainab a.s.

Di usianya yang baru menginjak 5 tahun, beliau telah ditinggal oleh kakek tercintanya, Baginda Nabi Muhammad saw. Tidak lama setelah itu, ibunda tercintanya, Sayyidah Fathimah a.s. menyusul kepergian kakeknya.

Tak bisa dibayangkan bagaimana rasa sedih yang dirasakan Sayyidah Zainab kecil ketika itu.

Beliau tumbuh besar dalam naungan kasih sayang Ayahanda tercintanya, Imam Ali bin Abi Thalib dan kedua kakaknya, Imam Hasan dan Imam Husein a.s.

Namun kebersamaan mereka pun tidak berlangsung lama. Duka demi duka harus dihadapinya. Beliau harus meyaksikan bagaimana kepala ayahanda tercintanya terbelah dengan pedang beracun Ibnu Muljam dan melihat penderitaan kakak tercintanya, Imam Hasan as setelah meneguk racun yang mematikan.

Kini tibalah bagian akhir dari mimpinya, yaitu dahan terakhir yang dipegangnya pun patah. Kakak tercintanya, Imam Husein as telah dibantai di padang Karbala seorang diri.

Beliau menyaksikan bagaimana para pembantai menginjak-injak dan menyiksa kakak tercintanya. Salah satu perawi berkata, “Demi Allah, aku masih ingat bagaimana Zainab, putri Ali bin Abi Thalib meratapi kesyahidan kakaknya.

Beliau mengadu kepada kakeknya, “Oh Muhammad! Salam sejahtera dari Allah swt. Penguasa langit untukmu. Lihatlah! Kini Huseinmu terbujur kaku dengan tubuh bersimbah darah dan terpotong-potong.

Oh kakekku Muhammad! Lihatlah Huseinmu terbaring di alam terbuka, menjadi sasaran terpaan angin timur. Inilah korban anak-anak durjana.””

Tangisan Sayyidah Zainab a.s. bukan tangisan cengeng. Beliau menangisi kebenaran yang telah diinjak-injak. Setelah semua musibah berat yang menimpanya, beliau berkata, “Aku tidak melihat semua ini melainkan keindahan.”

Di mata Sayyidah Zainab a.s., seluruh musibah tampak indah, karena datang dari Allah, diniatkan untuk Allah dan dilakukan di jalan Allah untuk meninggikan agama Allah swt.

Dalam setiap musibah yang menimpanya, beliau selalu berdoa, “Ya allah! Anugerahilah aku kesabaran atas semua ketentuan­-Mu.”

Inilah Sayyidah Zainab a.s., pahlawan yang menghidupkan kebangkitan Asyura dan Islam setelah syahidnya Imam Husein a.s.

Oleh karena itu, nama dan perilaku Sayyidah Zainab a.s. selayaknya menjadi teladan kita semua hari ini dan sepanjang masa.

Yuk, kita tulis nama beliau dalam urutan nama-nama idola kita dan pelajari sejarah hidupnya.

No comments

LEAVE A COMMENT