Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Dengki, Sifat yang Sangat Dekat dengan Kekafiran

Dengki merupakan salah satu sifat tercela yang berada di balik semua hal yang merusak. Dengki juga memiliki peran terhadap kerusakan yang paling nyata, yaitu kekafiran. Alquran menyebutkan, dalam berbagai tempat, bahwa sebab penolakan kebanyakan orang kafir, orang musyrik dan ahli kitab adalah dengki.

Allah Swt berfirman:

“Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran….” (QS. al-Baqarah: 109).

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan thagut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir Mekah bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa: 51).

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah berikan kepadanya?” (QS. an-Nisa: 54)

Sebab Permusuhan Abu Jahal

Az-Zuhri meriwayatkan bahwa Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal bin Hisyam, Akhnas bin Syariq bin Umar bin Wahab Tsaqafi pada suatu malam pergi mendengarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Saat itu beliau sedang salat di rumahnya. Setiap orang mengambil posisi duduk masing-masing untuk mendengarkan apa yang sedang terjadi. Masing-masing orang tidak mengetahui tempat temannya yang lain. Pada malam itu mereka hanya mendengarkan kepada Rasulullah, dan berlangsung sampai pagi. Kemudian di pagi hari mereka baru mengetahui bahwa tempatnya saling terpisah. Kemudian mereka menuju jalan yang sama dan saling mencela satu sama lain. Sebagian orang mengatakan kepada yang lain: “Tampaknya kita masih perlu untuk membuat janji untuk bertemu lagi.”

Baca: Sabda Rasulullah Saw yang Menjelaskan 103 Sifat Orang Mukmin

Setelah membuat janji, mereka berpisah. Pada pagi harinya, Akhnas bin Syariq mengambil tongkatnya, kemudian keluar untuk menemui Abu Sufyan di rumahnya, lalu berkata: “Wahai Abu Hanzhalah, beritahukan kepadaku bagaimana pendapatmu tentang apa yang telah kaudengar dari Muhammad tadi malam.”

Dia menjawab: “Hai Abu Tsa’labah, demi Allah aku telah mendengarkan sesuatu yang telah kuketahui dan aku mengetahui maksudnya; dan aku mendengarkan sesuatu yang tidak kumengerti maksudnya.”

Akhnas berkata: “Saya sendiri -berani bersumpah- juga mengalami hal yang sama.”

Kemudian mereka keluar untuk pergi ke rumah Abu Jahal, dan memasuki rumahnya, sambil berkata: “Wahai Abu al-Hakam, bagaimana pendapat Anda mengenai apa yang Anda dengarkan dari Muhammad?”

Dia menjawab: “Apa yang Anda dengar! Kita telah berlomba dengan Bani Abdi Manaf dalam mencari kemuliaan. Mereka memberikan makanan, kami pun melakukannya. Mereka membawa sesuatu, kami pun membawanya. Mereka memberikan sesuatu, kami pun memberikan sesuatu. Sampai kami saling tidak mau menaiki kendaraan, sehingga kami seperti kuda beban.”

Mereka berkata: “Di kalangan kita ini ada yang menjadi nabi dan mendapatkan wahyu dari langit, lalu kapan kita dapat menjadi orang seperti itu. Demi Allah kami tidak akan beriman kepadanya,

dan tidak akan membenarkannya.”

Setelah itu Akhnas berdiri dan meninggalkan tempat itu.

Dari bukti sejarah tersebut, dan bukti-bukti yang lain dalam sejarah Islam, jelaslah bahwa kedengkian merupakan penyebab munculnya rintangan yang dihadapi oleh Risalah Islam berupa rintangan yang berat dan sikap orang-orang yang menjauhi kalimat yang benar.

Dengki juga merupakan salah satu faktor yang menjauhkan peran pembawa risalah Islam dari kehidupan yang islami dan kendali yang seharusnya mereka tentukan. Pada gilirannya, kita dapat menyaksikan penyimpangan-penyimpangan yang berlangsung sepanjang sejarah umat manusia. Imam Ali a.s. berkata tentang kelompok orang yang terserang hasad, yang beliau hadapi:

“Sesungguhnya mereka telah dipenuhi oleh kedengkian terhadap diriku. Aku akan bersabar dan tidak akan takut menghadapi mereka. Sesungguhnya bila mereka berhasil melakukan apa yang mereka inginkan, maka akan terkoyaklah aturan kaum Muslimin. Sesungguhnya mereka ingin mencari dunia karena kedengkian mereka terhadap orang yang telah diberi oleh Allah, kemudian mereka ingin agar semua urusan kembali kepada masa-masa yang lalu.” (Nahjul Balaghah, Syarh Subhi al-Shalih, hal. 244)

Kita telah berbicara tentang kedengkian yang sampai hari ini pengaruhnya masih dapat mendorong manusia kepada kekafiran. Dengki dapat mencabut kebahagiaan manusia, dan secara perlahan dapat merenggut ikatan moral manusia dengan agama dan Allah Swt. Oleh karena itulah, para pemuka agama ini menganjurkan untuk menjauhi sifat tercela tersebut.

Imam Ali a.s. juga pernah memberikan nasihat kepada para pengikutnya: “Janganlah kamu saling mendengki, karena sesungguhnya hasad memakan iman seperti api yang memakan kayu bakar.” (Nahjul Balaghah, Syarh Subhi al-Shalih, hal. 118)

 Imam Jakfar Shadiq a.s. berkata: “Sebab kerusakan agama ialah: kedengkian, kebanggaan terhadap diri sendiri, dan kesombongan.”  (Ushul al-Kafi, 3/418)

Imam Musa bin Jakfar a.s. berkata meriwayatkan bahwa pada suatu waktu Rasulullah Saw bersabda ke(pada para sahabatnya: “Sesungguhnya kalian telah dihinggapi oleh penyakit yang dahulu menghinggapi umat-umat sebelum kalian, yakni kedengkian. Ia tidak hanya seperti pencukur rambut, tetapi pencukur agama.” (Bihar al-Anwar, 73/253)

Sebagian nash menegaskan bahwa sebab kekafiran Iblis adalah kedengkian. Imam Ali a.s. mengatakan: “Kedengkian adalah kemaksiatan Iblis yang paling besar.” (Ghurar aI-Hikam, hal. 38)

Imam Jakfar Shadiq a.s. dalam sebuah hadisnya membagi hasad menjadi dua bagian: hasad ghaflah dan hasad fitnah. Beliau berkata mengenai hasad yang kedua: “Hasad yang kedua lah yang menjadikan seorang hamba kafir,  musyrik. Yaitu hasad iblis ketika menolak perintah Allah Swt dan enggan sujud kepada Adam a.s.”

Salah satu pelajaran besar juga terdapat dalam kisah Yusuf dan saudara-saudaranya. Di mana bahaya hasad yang menghinggapi perilaku manusia. Karena sangat mungkin bahwa hasad mendorong manusia untuk melakukan pelbagai dosa seperti yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka berusaha melenyapkan Yusuf agar dapat merebut cinta bapaknya kepada mereka.

Baca: Dosa yang Menyebabkan Kekafiran 

(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan yang kuat. Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah yang tak dikenal supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS. Yusuf: 8-9).

Mereka membolehkan kepada diri mereka sendiri untuk melenyapkan saudaranya dan berbohong kepada bapak mereka. Mereka membuat bapak mereka dirundung kegelisahan dan kegalauan sepanjang masa. Semua itu adalah akibat kedengkian yang melilit jiwa mereka.

*Dikutip dari buku karya Sayyid Hasyim Rasuli al-Mahallati

No comments

LEAVE A COMMENT