Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Derita Gadis Kecil Nabi SAW

Gadis kecil dan kurus itu membersihkan kotoran biri-biri dari wajah dan tubuh ayahnya dengan  penuh kasih. Ia menghibur sang ayah dan menggandengnya menuju rumah.

Hampir setiap hari kejadian serupa terulang. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang kafir Quraisy memaki, mengolok-olok, melempari dengan batu, bahkan memukuli ayahnya. Namun gadis kecil itu tetap semangat dan sabar menemani ayahnya.

Karena kesabaran dan ketabahannya dalam membantu perjuangan ayahandanya, ia mendapat julukan Ummu Abiha (Ibu dari ayahnya).

Adik-adik mungkin sedang bertanya-tanya siapakah gadis kecil itu?

Gadis kecil itu tidak lain adalah Sayyidah Fatimah Az-Zahra’ alaihas salam (a.s.), putri kinasih Nabi kita tercinta Muhammad saw.

Fatimah kecil sangat mengerti posisi ayahnya. Beliau a.s. tahu kondisinya tidak seperti anak-anak perempuan lain seusianya yang bisa bebas bermain kemana saja yang mereka suka dan bisa bermanja-manjaan dengan ayahnya. (Baca: Perempuan Itupun Mengadu kepada Ali)

Beliau melalui hari-harinya dengan kesendirian dan kewaspadaan diri menghadapi musuh-musuh ayahandanya.

Tanpa sepengetahuan ayahandanya saw, Sayyidah Fatimah a.s. kecil sering kali menangis, bukan tangisan cengeng atau meratapi nasib. Beliau a.s. menangis melihat umat ayahnya yang membalas kebaikan Nabi saw. dengan cacian dan hinaan.

Kaum kafir Quraisy menyimpan dendam kusumat kepada Rasulullah saw. Segala cara mereka tempuh untuk menghalangi dakwah Nabi saw. Berbagai macam gangguan bahkan usaha pembunuhan terhadap beliau saw. pun mereka pernah lakukan.

Suatu hari seorang kafir Quraisy melempari Nabi saw. dengan gumpalan lumpur. Kepala dan wajah Nabi terluka. Dengan ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, beliau pulang ke rumah dengan kondisi tersebut.

Melihat kondisi Nabi saw., Sayyidah Fatimah a.s. bergegas mengambil air, lalu membersihkan wajah dan tubuh ayahnya.

Hari itu Fatimah kecil tidak bisa menahan tangis di hadapan ayahnya. Gadis kecil itu bersedih karena menyaksikan kelancangan dan perlakuan zalim orang-orang jahil itu. Melihat putri tercintanya menangis, Nabi saw. membelainya dengan penuh kasih sayang sambil bersabda, “Janganlah menangis, wahai putriku! Allah swt. akan membela dan menolong ayahmu dari musuh-musuh agama dan risalahnya.”

Dengan nasehat itu, Nabi saw. ingin menanamkan kesabaran dan kepercayaan akan datangnya kemenangan dalam diri Fatimah a.s. (Baca: Kesabaran-1)

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku tidak pernah melihat Nabi saw. mendoakan kejelekan untuk kaum kafir Quraisy kecuali satu kali saja. Saat itu, beliau sedang melaksanakan salat, sementara itu sekelompok kafir Quraisy sedang duduk-duduk di dekatnya. Tidak jauh dari tempat salat beliau, ada kotoran hewan sembelihan. Mereka saling berpandangan mata dan berkata, “Siapakah di antara kalian yang berani mengambil kotoran itu dan melemparkannya ke atas punggung Muhammad?”

Seorang lelaki, yaitu Uqbah bin Abi Mu’ith segera berdiri. Ia mengambil kotoran itu dan melemparkannya ke punggung Nabi saw. yang sedang dalam keadaan sujud.

Sayyidah Fatimah a.s. yang menyaksikan hal itu, segera datang membersihkan kotoran dari punggung ayahnya. Melihat perlakuan mereka yang sungguh keterlaluan ini, Nabi saw. berdoa, “Ya Allah! Laknatlah sekelompok Quraisy ini. Ya Allah! Laknatlah Utbah bin Rabi’ah. Ya Allah! Laknatlah Syaibah bin Rabi’ah. Ya Allah! Laknatlah Abu Jahal bin Hisyam. Ya Allah! Laknatlah Uqbah bin Abi Mu’ith. Ya Allah! Laknatlah Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin khalaf.”

Dalam lanjutan kisah tersebut, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya aku melihat mereka semua mati terbunuh di perang Badar, lalu mayat mereka ditarik ke dalam sumur.” [*]

 

Baca selanjutnya: Sayyidah Fathimah sa ataukah Sayyidah Maryam sa?

 

No comments

LEAVE A COMMENT