Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Dunia dalam Pandangan Manusia Ilahi

Dunia yang dipandang dan disaksikan oleh seorang manusia Ilahi yang benar-benar mengenal fakultas Ilahi memiliki esensi dari-Nya, dalam artian bahwa hakikat dunia ini adalah sama dengan berasal dari-Nya, dan bukan berarti bahwa dunia ini memiliki suatu realitas (kenyataan), dan kenyataan ini hubungan dengan-Nya adalah hubungan penisbahan (relasi) kepada yang lain.

Misalnya anak adalah suatu hakikat dan realitas tetapi setelah dinisbahkan dengan seorang yang disebut dengan ayah. Atau pun ciptaan manusia memiliki suatu hakikat dan realitas dan terdapat penisbahan terhadap pembuat dan penciptanya, dan esensi dunia ini “dari-Nya” adalah ketergantungan, hubungan, dan relasi itu sendiri. Inilah arti dari penciptaan dan dunia dalam satu waktu adalah makhluk Allah Swt

Baca: Mencintai Nabi Muhammad Saw, Amal Keutamaan Dunia dan Akhirat

Dunia yang dipandang dan disaksikan oleh kaum Ilahi, selain memiliki esensi “dari-Nya” juga memiliki esensi “menuju kepada-Nya”. Bahkan keduanya ini sama sekali tidak dapat dipisahkan, keberadaan ini sejak pertama kali telah ada, dari titik awal dan menurun (kurva menurun), sekali lagi dari garis yang lain menaik menuju ke titik itu (kurva menaik), yang menurut ungkapan Maulawi Jalaluddin Rumi:

Bagian-bagian adalah wajah-wajah dari keseluruhan
Burung-burung bulbul amat mencintai wajah bunga
Apa pun yang datang dari laut akan kembali ke laut
Apa pun akan kembali ke asalnya
Seperti sungai yang mengalir deras dari puncak gunung
Jiwaku yang dibakar cinta pun pergi meninggalkan tubuh

Inilah rahasia hari kebangkitan, di mana para nabi sering kali menegaskan untuk mengenal dan beriman kepadanya. Dunia Ilahi, dunia yang penuh kebaikan, kesatuan dan keserasian, sedangkan keburukan adalah keberadaan sampingan, dalam pada itu berbagai keberadaan sampingan (aksiden) itu memiliki peran utama dalam kelangsungan berbagai kebaikan, keberadaan, terciptanya kesatuan dan keserasian.

Dunia ini adalah dunia yang memiliki perasaan (bukan benda mati), selain memiliki hukum-hukum benda-benda keras, padat dan material, juga dikuasai oleh hukum-hukum lain. Sebagaimana tubuh manusia dari sisi mekanisme tubuh, memiliki sederetan hukum dan ketentuan, dan dikarenakan sebab tertentu maka tubuh menjadi sakit dan diobati dengan menggunakan obat material, dalam pada itu dikarenakan memiliki roh dan jiwa; jiwa mampu mempengaruhi tubuh dan memaksakan hukum-hukum yang berlaku pada jiwa terhadap tubuh, dan berbagai sebab kejiwaan menyebabkan penyakit jasmani, ataupun dikarenakan faktor kejiwaan penyakit jasmani dapat menjadi sembuh.

Seluruh dunia juga semacam itu pula, ada sederetan faktor, aksi dan reaksi, dalam dunia ini, yang menguasai hukum-hukum benda-benda keras dan padat material, dan hukum-hukum itu merupakan ciptaan dari jiwa dunia ini, dan kekuatan yang memeliharanya. Inilah maksud dari bahwa dunia ini tidak bersikap acuh tak acuh terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia; membela dan mendukung orang-orang yang baik dan bangkit menuntut kebaikan, dan memusnahkan mereka yang cenderung pada kebatilan.

Rahasia terkabulnya doa adalah tersembunyi dalam kriteria khusus dunia ini. Dunia yang diketahui oleh kaum Ilahi adalah dunia terbimbing, setiap benda yang ada di dalamnya mendapatkan petunjuk dan bimbingan sebatas keberadaannya, yang menurut ungkapan Alquran: “Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS. al-A’la: 2-3)

Dan masyarakat manusia juga tidak terkecuali dari prinsip petunjuk dan bimbingan, dan prinsip kenabian adalah berasal dari prinsip dan hukum itu pula. Dunia ini, adalah sebuah dunia yang sama sekali tidak ada sesuatu yang hilang; perbuatan manusia tidak akan berpisah dari manusia, dan pada waktu yang telah ditentukan manusia akan menyaksikan amal perbuatannya, serta masing-masing akan menyaksikan amal perbuatannya dalam bentuk sekecil apa pun.

Allah Swt berfirman: “Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya pula.” (QS. az-Zalzalah: 6-8)

Baca: Tuntunan Islam dalam Mencari Harta Dunia

Dunia yang ditunjukkan oleh pandangan dunia Ilahi, adalah sebuah keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagi dan dipisah-pisahkan; semua sisi dan dimensinya tidak ubahnya semacam anggota tubuh, yang satu sama lain saling terkait dan kesemuanya membentuk satu kesatuan. Menurut pandangan dunia ini, dunia ini tercipta berdasarkan kehendak Tuhan, qadha dan qadar-Nya, dan membentuk suatu sistem, dengan sederetan hukum dan ketentuan. Sedangkan qadha dan qadar Ilahi yang ditentukan terhadap segala sesuatu hanya melalui jalan sebab dan akibat.

Manusia dalam pandangan dunia ini, dikarenakan memiliki substansi kejiwaan, maka memiliki kehendak dan kebebasan yang dengannya mampu untuk membebaskan dirinya dari tekanan dan paksaan lingkungan, masyarakat, alam kebinatangannya dan dikarenakan itu pula maka manusia bertanggung jawab terhadap diri dan masyarakatnya.

*Disarikan dari buku Artikel Pilihan Syahid Murtadha Muthahhari

No comments

LEAVE A COMMENT