Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Berupaya Meninggalkan Sifat-sifat Tercela

Sifat tercela adalah belenggu yang membelenggu pendengaran, penglihatan, hati, tangan, kaki, dan segala sesuatu sehingga manusia tidak dapat bergerak. Sifat tercela adalah tirai. Kedengkian, misalnya, membuat seseorang membunuh saudaranya, sebagaimana Qabil membunuh saudaranya, Habil, dan seperti saudara-saudara Yusuf yang melemparkan Yusuf ke dalam sumur. Kalau manusia menjadi besar, ia menjadi keras kepala sehingga tidak menerima nasihat siapa pun.

Jauhilah sikap keras kepala, mementingkan pendapat sendiri, kesombongan, dan keangkuhan. Alquran mengatakan: Katakanlah, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. al-Isra’: 84)

Lakukanlah pekerjaan-pekerjaan yang dapat menyucikan hati. Allah Swt berfirman: “[Yaitu] pada hari ketika harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. ay-Syu’ara: 88-89)

Baca: Ibadah, Pemuas Dahaga Jiwa

Di dalam Islam terdapat pendidikan yang dinamakan penempaan diri (tahdzib an-nafs) dan sering disebut-sebut di dalam Alquran. Lebih dari 4000 ayat berbicara tentang penempaan diri. Tidaklah keliru kalau dikatakan bahwa Alquran merupakan tempat bagi pembinaan manusia dan penempaan diri. Imam Khomeini berkata: “Kita tidak menemukan satu ayat pun di dalam Alquran yang tidak berbicara tentang penempaan diri.”

Alquran sangat memperhatikan penempaan diri. Allah Swt berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. asy-Syams: 9-10)

“Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka [diangkat] ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, dan Kami tutup [mata] mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 8-9)

Para ulama akhlak menamai pendahuluan keimanan qalbi dengan takhliyyah (meninggalkan sifat-sifat tercela). Jika seseorang tidak memperoleh takhliyyah maka ia tidak akan memperoleh tahalliyyah (menghias diri) dengan keimanan qalbi. Ketika hati seseorang menjadi suci maka ucapan, perbuatan, dan niatnya pun suci.

Baca: Dengki, Sifat yang Sangat Dekat dengan Kekafiran

Suatu hari Amirul Mukminin a.s. pergi ke rumah Sha’sha’ah sehingga ia merasa bangga diri. Amirul Mukminin berkata kepadanya: “Wahai Sha’sha’ah, janganlah engkau duduk di sini dan di sana sambil mengatakan, ‘Sayalah orang yang rumahnya didatangi Amirul Mukminin.’”

Betapapun kecilnya kesombongan, ia akan mencabut akar-akar keimanan. Oleh karena itu, awasilah diri kita. Kita semua memerlukan pelajaran akhlak. Kesimpulannya, bahwa tidak ada sesuatu selain keimanan qalbi yang dapat mengekang dan memperbaiki manusia. Keimanan qalbi dapat diperoleh melalui tiga cara: 1) Keteguhan pada lahiriah syariat, 2) Kesabaran dalam menghadapi musibah, 3) Meninggalkan sifat-sifat tercela. Yang terakhir ini sulit, tetapi harus dilakukan.

*Disarikan dari buku mengendalikan Naluri – Ayatullah Husain Mazhahiri

No comments

LEAVE A COMMENT