Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tafsir Surat al-‘Ashr

Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan-kebaikan, serta saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran.

Tafsir

Banyak kemungkinan tentang makna ‘ashr. Fakhr al-Razi menyebutkan empat penafsiran kata ‘ashr; 1) masa, karena waktu adalah modal paling berharga untuk melakukan ibadah dan kebaikan, 2) waktu sore, karena dalam ayat-ayat yang lain Allah Swt bersumpah dengan waktu dhuha, malam, siang, dan subuh, 3) salat asar dan, 4) masa Rasulullah Saw, karena pada saat diutusnya beliau dimulainya sejarah baru umat manusia, dari masa kegelapan jahiliyah masa cahaya wahyu Ilahi.

Penafsiran para ahli tafsir tentang kata ini tidak keluar dari empat makna tadi. Ala kulli hal, semua kemungkinan itu dapat dibenarkan, tetapi ayat-ayat setelahnya lebih cenderung dan lebih sesuai dengan kemungkinan pertama, yaitu waktu secara umum. Waktu merupakan modal paling mahal bagi manusia untuk dipergunakan sebaik dan seefisien mungkin guna meraih pahala dari Allah Swt. Waktu akan terus berlalu tanpa henti, dan waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi.

Kata khusr, seperti yang dijelaskan oleh al-Raghib, artinya berkurangnya modal. Oleh karena itu, sungguh rugi manusia yang tidak mengisi waktu-waktunya di dunia yang singkat dan pendek dengan iman dan kebaikan, karena waktu terus berkurang sementara dia tidak mendapatkan keuntungan yang abadi di akhirat darinya. Yang tidak rugi adalah manusia yang modalnya menghasilkan keuntungan yang besar. Dengan modal waktu di dunia yang pendek dan terbatas, dia mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan untuk waktu yang panjang dan tidak terbatas di akhirat.

Dalam surat dijelaskan bahwa yang tidak rugi adalah orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan-kebaikan serta saling berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan kesabaran.

Ayat terakhir surat ini menjelaskan empat perkara yang menjamin keselamatan dan kebahagiaan manusia:

1) Keimanan. Ia merupakan fondasi dasar bagi seluruh aktivitas manusia, karena setiap aktivitas manusia dilandasi pemikiran dan keyakinannya. Meyakini adanya Allah Swt dan hari akhirat dapat mengontrol perbuatan manusia. Seorang yang beriman selalu merasakan dirinya diawasi oleh Maha Pengawas dan menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya akan meninggalkan efek di dunia maupun di akhirat.

2) Perbuatan baik. Ia adalah buah dari iman. Seorang yang mempunyai iman kepada Allah Swt dan hari akhirat dengan benar, maka dia akan selalu berhati-hati dalam berperilaku dan bertindak.

3) Saling berpesan dengan kebenaran, artinya mengajak orang lain ke kebenaran, atau dengan kata lain, ber-amar makruf dan nahi munkar.

4) Saling berpesan dengan kesabaran. Kesabaran tidak lain dari konsistensi (istiqamah). Ia merupakan kunci utama keberhasilan seseorang dalam segala hal. Para ulama melalui bimbingan wahyu Ilahi dan hadis, menjabarkan kesabaran dalam tiga keadaan; sabar dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan, sabar dalam menjauhi kemungkaran, kejahatan dan kemaksiatan, sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan.

Sesungguhnya bersikap sabar dalam tiga keadaan di atas bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Oleh karena itu, Alquran dan hadis sering kali menekankan tentang kesabaran, di antaranya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan diberi pahala tanpa perhitungan.” (QS. al-Anfal: 65)

*Dikutip dari Tafsir Quran Juz Amma, yang disusun oleh Ustadz Husein Alkaff

No comments

LEAVE A COMMENT