Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Haji Terakhir Rasulullah Saw dan Pesan yang Disampaikannya

Rasulullah Saw merupakan teladan yang baik bagi semua manusia. Beliau menyampaikan ayat-ayat Allah, menafsirkannya, dan memperinci hukum-hukumnya dengan penjelasan yang gamblang, sehingga masyarakat Muslim sangat tertarik untuk meneladani beliau, baik dalam ucapan maupun tindakan. Dengan tibanya bulan Zulkaidah tahun ke-10 Hijrah, Nabi Saw bermaksud untuk melaksanakan kewajiban haji.

Beliau sebelumnya belum pernah melakukan haji karena beliau mengajarkan kepada umat hukum-hukum dalam kewajiban haji. Lalu ribuan kaum Muslim menyemut di Madinah dan mereka bersiap-siap untuk berangkat bersama Nabi Saw. Bahkan jumlah mereka mendekati 100.000 yang datang dari pelbagai pelosok, dusun, dan kabilah. Mereka dipertemukan oleh cinta yang tulus dan persaudaraan islami serta memenuhi ajakan Rasulullah Saw sebagai pemimpin; dimana sebelumnya mereka saling membenci dan memusuhi serta kafir lagi bodoh.

Nabi Saw menyertakan semua istri dan putrinya Shiddiqah Fathimah Zahra a.s. Sedangkan menantunya, Ali bin Abi Thalib a.s. tertinggal karena menjalankan suatu misi yang diperintahkan Rasulullah Saw padanya. Sementara itu, Abu Dujanah Anshari bertugas menjaga Madinah.

Baca: Pendusta di Zaman Rasulullah Saw

Nabi Saw memakai pakaian ihram. Beliau menggunakan dua potong pakaian putih dan membaca talbiah saat berihram, “Labbaik, aku datang ya Allah. Aku datang ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat serta kerajaan hanya milik-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu bagi-Mu.”

Kemudian beliau memasuki Masjidil-Haram. Beliau memperbanyak pujian dan sanjungan serta syukur pada Allah Swt. Beliau memegang batu (Hajar Aswad), melaksanakan tawaf sebanyak tujuh kali, dan menunaikan salat sebanyak dua rakaat di Maqam Ibrahim. Kemudian beliau melaksanakan sai antara Shafa dan Marwah. Lalu beliau menoleh ke arah jamaah haji sambil berkata: “Barang siapa di antara kalian yang tidak membawa binatang kurban hendaklah ia bertahallul (melepas baju ihramnya) dan hendaklah ia menjadikan hajinya sebagai umrah. Sedangkan siapa saja yang membawa binatang kurban, maka hendaklah ia terus melanjutkan ihramnya.”

Namun sebagian kaum Muslim tidak menuruti perintah Rasulullah Saw ini, karena mereka mengira bahwa mereka harus berbuat sebagaimana apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw sang pemimpin, di mana beliau tidak bertahallul dari ihram. Maka Nabi Saw marah karena sikap mereka dan berkata: “Andaikan aku menghadapi masalahku (seperti ini) niscaya aku tak akan mundur. Dan aku pasti melakukan apa yang aku perintahkan pada kalian.” (Biharul-Anwar, 21/319)

Ali bin Abi Thalib a.s. tengah kembali dari Yaman dan langsung menuju Mekkah. Beliau ingin bergabung dengan Rasulullah Saw. Ali a.s. membawa 34 hewan kurban. Ketika sampai di kawasan dekat Mekkah, Ali bergegas untuk memasukinya dan beliau meninggalkan salah satu anggota sariyahnya sebagai penggantinya di kawasan tersebut. Dan Nabi Saw bergembira karena bertemu dengan Ali dan karena keberhasilan yang gemilang yang diraihnya di Yaman. Beliau bersabda kepadanya: “Pergilah dan laksanakanlah tawaf di Baitullah dan bertahallullah sebagaimana sahabat-sahabatmu bertahallul.”

Imam Ali menjawab: “Ya Rasulullah aku membaca tahlil (bacaan lailaha ilallah) sebagaimana engkau membaca tahlil.”

Kemudian Rasulullah Saw memerintahkan Ali untuk kembali ke sariyahnya dan beliau menyertainya sampai di Mekkah. Tatkala mereka kembali kepada Nabi Saw, mereka mengadukan Ali karena ia menolak sikap salah yang mereka lakukan saat ia tidak ada. Lalu Nabi Saw menjawab kepada mereka: “Wahai manusia, janganlah kalian mengadukan Ali. Demi Allah, ia telah hanyut dalam Zat Allah.” (As-Sirah an-Nabawiyyah, 2/603; Biharul-Anwar, 21/385)

Dan pada hari kesembilan bulan Zulhijah, Nabi Saw dan rombongan kaum Muslim pergi menuju Arafah. Beliau tinggal di Arafah sampai akhir hari kesembilan (terbenamnya matahari). Dan saat memasuki malam, beliau menunggang ontanya dan bergerak menuju Muzdalifah. Beliau menghabiskan sebagian malam di sana dan tetap berdiri dari waktu fajar sampai-terbitnya matahari di Masy’aril Haram.

Kemudian pada hari kesepuluh, beliau pergi ke Mina dan melaksanakan manasik hajinya, yaitu melontar Jumrah, memotong hewan kurban, dan mencukur rambut, lalu beliau pergi menuju Mekkah untuk melaksanakan amalan manasik yang tersisa.

Haji ini dinamakan haji Wada (haji perpisahan) karena Rasulullah Saw pada kesempatan haji ini mengucapkan selamat tinggal kepada kaum Muslim. Hal ini mengisyaratkan kedekatan hari wafat beliau. Sebagaimana ia dinamakan hajjatul-balagh (haji penyampaian), karena pada saat itu beliau menyampaikan apa yang diturunkan oleh Tuhannya kepadanya, yaitu masalah kepemimpinan umat (khilafah) sesudahnya. Dan sebagian mereka menamakannya Hajjatul Islam, karena itu merupakan haji pertama bagi Nabi Saw yang di dalamnya beliau menjelaskan hukum-hukum Islam yang tetap (abadi) pada manasik haji.

Khotbah Nabi Saw pada Haji Wada

Diriwayatkan bahwa Nabi Saw menyampaikan khotbah yang komprehensif. Setelah memuji Allah Swt, beliau bersabda:

“Wahai manusia, dengarkanlah aku, karena aku akan menjelaskan (sesuatu yang penting) kepada kalian. Sebab aku tidak tahu apakah aku dapat bertemu kembali dengan kalian setelah tahun di tempat ini. Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian haram untuk kalian sia-siakan sampai kalian bertemu dengan Tuhan kalian, sebagaimana kalian menjaga kehormatan hari kalian ini, bulan kalian ini, dan negeri kalian ini. Bukankah aku telah menyampaikan hal ini? Allah, saksikanlah!…

Wahai manusia, sesungguhnya setan telah putus asa karena ia tidak disembah di bumi kalian ini, namun ia puas bila ditaati di selain itu, yaitu saat kalian meremehkan amal-amal kalian. Wahai manusia sesungguhnya sengaja memperlambat untuk membayar utang adalah tambahan dalam kekufuran yang dengannya kaum kafir tersesat. Mereka menghalalkannya setahun dan mengharamkannya setahun, karena mereka ingin melanggar beberapa (hukum) yang diharamkan oleh Allah. Dan bahwa zaman telah berputar saat Allah menciptakan langit dan bumi. Dan bahwa jumlah bulan yang ada di sisi Allah adalah dua belas sebagaimana terdapat dalam Alquran, yaitu hari dimana Allah menciptakan langit dan bumi.

Di antara bulan-bulan itu terdapat bulan-bulan suci: tiga silih berganti dan satu terpisah, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab yang berada di antara bulan Jumadil dan Syakban. Bukankah aku telah menyampaikan hal ini? Ya Allah, saksikanlah…

Wahai manusia, sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. Maka, tidak halal bagi seseorang untuk mengambil harta saudaranya kecuali bila ia telah mendapatkan persetujuan. Bukankah aku telah menyampaikan hal ini? Ya Allah, saksikanlah! Maka sepeninggalku, janganlah kalian kembali menjadi kafir di mana kalian saling membunuh. Sebab aku telah meninggalkan dua pusaka kepada kalian. Bila kalian berpegang teguh dengan keduanya maka kalian tidak akan pernah tersesat: yaitu kitab Allah dan Ahlulbaitku. Bukankah aku telah menyampaikan hal ini?  Ya Allah, saksikanlah!

Baca: Bertawassul Kepada Ahlulbait Rasulullah saw

Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu dan bapak kalian satu. Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam dari Tanah. Maka, yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Tiada keutamaan bagi seorang Arab atas seorang Ajam (non-Arab) kecuali dengan takwa. Bukankah aku telah menyampaikan hal ini? Ya Allah, saksikanlah!”

Mereka menjawab, “Iya.” Beliau melanjutkan sabdanya: “Hendaklah orang yang hadir memberitahu mereka yang tidak hadir…” (ath-Thabaqat al-Kubra, 2/184; Biharul-Anwar, 21/405)

*Disarikan dari buku biografi Nabi Muhammad Sang Adi Insan – Tim Al-Huda

No comments

LEAVE A COMMENT