Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Intifadah Palestina dan Pemimpin Kharismatik

Oleh: Ustaz Husein Alkaff

Tanpa bermaksud mengurangi nilai perjuangan dan pengorbanan rakyat Palestina yang sangat besar, dan karena itu, secara umum mereka layak dibanggakan sebagai bangsa yang tangguh dan pantang menyerah sejak puluhan tahun silam. Meski demikian, perjuangan mereka untuk mengambil hak atas tanah, hak kembali dan hak-hak sipil lainnya yang sah itu tidaklah lengkap jika tidak ada pemimpin kharismatik yang berani dan cerdas.

Setelah syahidnya Syekh Ahmad Yasin, pendiri HAMAS, nyaris tidak ada pemimpin HAMAS yang memiliki kharisma seperti beliau.

Untuk memperjelas hal itu, sejak sebelum rezim Israel didirikan pada tahun 1948, masyarakat Palestina yang waktu itu di bawah penjajahan Inggris sudah mengalami dampak tindakan teroris berupa penculikan, pembunuhan, pengusiran, dan perampasan tanah yang dilakukan oleh dua organisasi bentukan Zionis Internasional; Hagana dan Irgun. Dua organisasi ini melakukan intimidasi dan teror terhadap warga Palestina secara nyata dan terang-terangan dan “dibiarkan“ oleh kolonial Inggris. Pembiaran itu terjadi karena Kerajaan Inggris berutang budi kepada Organisasi Zionis Internasional yang telah membantunya secara finansial dan militer dalam perang Dunia 1 dan 2. Selain itu, dan bukan rahasia lagi bahwa pengaruh dan lobi tokoh-tokoh Zionis terhadap negara-negara pemenang Perang Dunia Pertama dan Kedua sangat besar dan efektif.

Baca: Orkestra Narasi Anti-Palestina

Tindakan-tindakan teroris dan intimadasi itu dilakukan oleh Hagana dan Irgun setelah tanah Palestina lepas dari kekuasaan Khilafah Othmaniah-Turki yang dikalahkan oleh negara-negara sekutu Eropa; Inggris, Perancis dan Italia pada Perang Dunia Pertama (1914-1918 ), sehingga pada akhirnya tanah Palestina dikuasai oleh Inggris.

Sejak itu hingga negara Israel tahun 1948 dideklarasikan secara sepihak oleh kaum Yahudi dan diamini oleh Inggris dan Prancis kemudian menjadi anggota PBB pada tahun 1949, nasib bangsa Palestina tidak menentu sehingga ada adagium tentang mereka yang berbunyi “Palestina bangsa tanpa negara” hingga saat ini.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh negara-negara Arab yang berbatasan langsung dengan Palestina; Mesir, Suriah, Lebanon dan Jordania untuk memerangi Israel dan membela hak-hak bangsa Palestina melalui kekuatan militer, namun upaya mereka gagal bahkan mereka kalah telak. Alih-alih menghancurkan Israel, justru sebagian wilayah mereka dikuasai oleh Israel; Sinai (Mesir), Dataran Tinggi Gholan (Suriah), beberapa bagian dari Selatan Lebanon dan Aqabah (Jordania).

Baca: Sofistikasi Isu Palestina

Kemenangan Israel dalam perang itu tidak lain karena dukungan dari Inggris dan Prancis kemudian terakhir dari Amerika.

Sejak itu hingga saat ini, negara-negara Arab tidak lagi melakukan aksi militer bahkan tidak berani melawan Israel karena mereka menyadari akan keunggulan Israel dari sisi militer dan keberpihakan negara-negara Barat pada Israel dari sisi politik internasional.

Bangsa Palestina secara faktual telah ditinggalkan oleh negara-negara Arab. Mereka harus berjuang sendiri dalam menghadapi arogansi Israel yang terus menerus dalam merebut tanah mereka dan mengusir mereka dari rumah mereka secara paksa, dan akhir-akhir ini kembali terjadi pengusiran warga Palestina dari kampung Syeikh Jarrah yang mengundang penolakan dan demo besar-besaran.

Meskipun ada sebagian dari mereka yang karena satu dan lain hal menjual tanah mereka kepada orang-orang Yahudi. Tanah-tanah yang diambil itu dijadikan permukiman-permukiman baru untuk orang-orang Yahudi yang didatangkan dari luar Palestina; Eropa, Amerika, Afrika dan negara-negara Arab. Mereka yang datang dari luar dijadikan sebagai warga negara Israel.

Untuk mengambil hak-hak primordialnya, bangsa Palestina mau tidak mau harus melakukan perlawanan sendiri. Perlawanan itu telah mereka lakukan sejak tanah mereka diambil oleh Israel, dan puncaknya adalah gerakan intifadah pertama (1987-1991), intifadah kedua (2000-2005) dan intifadah ketiga (2015-2016). Tiga intifadah itu disayangkan tidak menghasilkan sesuatu yang maksimal bagi masyarakat Palestina dikarenakan adanya deal-deal politik antara pimpinan Palestina dan beberapa pemimpin Arab pada satu sisi dengan Israel dan Amerika pada sisi yang lain sehingga terjadilah kesepakatan Oslo tahun 1993 dan PLO pun dibekukan bahkan menyebabkan perpecahan yang cukup keras antara HAMAS dan Fatah, dan karena itu pula beberapa tokoh utama HAMAS dibunuh seperti Syekh Ahmad Yasin, pendiri HAMAS.

Baca: Lima Pertanyaan Penting Seputar Palestina

Kali ini, intifadah yang menyeruak ke seantero Palestina hingga Jordania kembali meletus karena ulah para pemukim Yahudi yang dikawal tentara Israel untuk mengusir warga Palestina dari tempat tinggal mereka di kampung Syeikh Jarrah sekitar al Quds tanpa alasan yang benar.

Bentrokan antara warga Syekh Jarrah dan para pemukim Yahudi itu mengundang solidaritas Poros Perlawanan di Gaza dengan meluncurkan ratusan rudal ke daerah-daerah permukiman Yahudi di beberapa kota jajahan Israel.

Intifadah dan perlawanan bangsa Palestina bisa dikatakan bersifat reaktif dan sporadis sehingga terkesan tidak ada koordinasi yang jelas dalam sebuah komando dari para tokoh mereka.

Kelompok-kelompok Perlawanan di Tepi Barat maupun Gaza, baik yang bersenjata maupun yang bertangan kosong, terpanggil untuk membela saudara mereka yang tengah dipaksa untuk diusir dari kampung Syeikh Jarrah.

Solidaritas itulah yang menyatukan mereka. Namun perlawanan menghadapi rezim yang licik dan mendapatkan dukungan dari Barat dan sebagian pemimpin Arab tidak cukup dengan solidaritas semata tanpa kehadiran seorang pemimpin kharismatik yang berani dan cerdas, seperti pemimpin perlawanan yang ada di Lebanon dan Yaman.

Baca: Surat Balasan untuk Ismail Haniyah, Pimpinan Hamas, Palestina

Sulit untuk mendapatkan hak-hak mereka secara maksimal dan utamanya adalah tumbangnya rezim Israel, tanpa pemimpin seperti itu.

Semoga di tengah intifadah dan perlawanan kali ini lahir seorang pemimpin Palestina yang dapat menyatukan kelompok-kelompok perlawanan di Palestina, seorang pemimpin kharismatik yang berani dan cerdas. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin

No comments

LEAVE A COMMENT