Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kebodohan, Penyebab Khawarij Berbuat Ekstrim

Musibah mana yang lebih besar daripada musibah terbunuhnya Imam Ali bin Abi Thalib a.s.? Beliau terbunuh di tangan Abdurrahman bin Muljam, seorang yang berpaham Khawarij. Sebagaimana pernyataan Amirul Mukminin a.s. sendiri, tidak ada permusuhan pribadi sama sekali antara beliau dengan Ibnu Muljam.

Amirul Mukminin a.s. telah banyak berbuat kebajikan kepadanya. Namun, laki-laki bodoh ini sebagaimana keyakinan Khawarij meyakini bahwa Imam Ali bin Abi Thalib telah kafir, dan merupakan salah seorang dari tiga orang yang telah menyebabkan timbulnya fitnah dan kerusuhan di kalangan kaum Muslimin. Oleh karena itu, di kota Mekah, Abdurrahman bin Muljam membuat kesepakatan dengan dua orang Khawarij lainnya, untuk secara bersamaan membunuh Imam Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash pada malam yang sama, yaitu pada malam kesembilan belas bulan Ramadan.

Mengapa mereka menentukan malam tersebut sebagai waktu yang tepat untuk melakukan niatnya? Coba perhatikan, apa yang terjadi jika kefanatikan di dalam keyakinan bercampur dengan kebodohan, Ibnu Abil Hadid mengatakan: “Mereka memilih malam tersebut untuk melakukan aksinya adalah karena mereka memandang bahwa malam tersebut adalah malam yang mulia dan penuh berkah, serta merupakan malam ibadah. Mereka ingin melakukan perbuatan kejahatan ini yang dalam pandangan mereka adalah ibadah pada malam yang mulia dan penuh berkah tersebut.”

Baca: Kemerosotan Mental Pengikut Imam Ali di Medan Juang

Kata-kata “tidak ada pemerintahan kecuali milik Allah” telah menjadi slogan mereka. Imam Ali a.s. tahu bahwa mereka sebenarnya adalah orang-orang yang malang yang jatuh ke dalam kesalahan. Karena itu, meskipun mereka selalu mendatangkan kesulitan bagi Imam Ali, namun beliau tidak bersikap keras terhadap mereka. Bahkan, Imam Ali a.s. memberikan perintah supaya orang-orang tidak lagi memerangi kaum Khawarij sepeninggalnya. Imam Ali a.s. berkata: “Janganlah engkau memerangi orang-orang Khawarij sepeninggalku. Karena, tidaklah sama antara orang yang mencari kebenaran lalu dia jatuh ke dalam kesalahan dengan orang yang memang mencari kebatilan lalu kemudian dia mendapatkannya.” (Nahj al-Balaghah, khotbah 60)

Meskipun secara resmi mereka mengkafirkan Imam Ali, namun karena mereka melakukan ini karena kebodohan, Imam Ali tetap tidak memutus bagian mereka dari baitul mal. Mereka datang ke masjid namun mereka duduk di sisi-sisi masjid. Terkadang ketika Imam Ali bin Abi Thalib a.s. sedang berkhotbah, di tengah-tengah khotbah mereka meneriakkan slogan “tidak ada pemerintahan kecuali milik Allah”, atau mereka meneriakkan “pemerintahan itu milik Allah, bukan milik engkau wahai Ali”. (Nahj al-Balaghah, khotbah 40, dan hikmah ke-189)

Pada suatu waktu Imam Ali a.s. sedang memimpin salat jamaah. Beliau sibuk membaca surah Alquran. Dalam keadaan ini, tiba-tiba salah seorang yang hadir di masjid membaca ayat Alquran berikut, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada[nabi-nabi] yang sebelummu, Jika kamu menyekutukan Allah, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar: 65)

Dengan membacakan ayat ini, orang itu ingin mengatakan kepada Imam Ali a.s., “Engkau telah kafir dan musyrik”. Oleh karena hukum mengatakan bahwa seseorang harus diam mendengarkan manakala Alquran dibacakan, maka Ali a.s. pun diam hingga orang itu menamatkan bacaannya. Setelah itu baru Imam Ali melanjutkan bacaannya. Untuk kedua kalinya orang itu membaca kembali ayat yang sama. Untuk menghormati ayat Alquran, Imam Ali pun diam kembali hingga orang itu menamatkan bacaannya. Setelah itu Imam Ali a.s. baru meneruskan bacaannya. Untuk ketiga kalinya orang itu membacakan ayat yang sama, dan Imam Ali pun kembali diam mendengarkan ayat yang dibaca.

Baca: Surah Taha dan Ayat yang Turun untuk Imam Ali a.s.

Setelah orang itu selesai membaca ayat tersebut, Imam Ali as membaca ayat terakhir dari surah ar-Rum yang berbunyi: “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini [kebenaran ayat-ayat Allah] itu menggelisahkan kamu.” (QS. ar-Rum: 60)

Mendengar ayat tersebut orang itu tidak lagi mengulangi bacaannya.

Disebabkan kerasnya mereka dalam melakukan tindakan, mereka telah menciptakan ketakutan yang sangat. Slogan “tidak ada pemerintahan kecuali milik Allah” yang mereka kumandangkan, sungguh penuh dengan hal-hal yang menakutkan.

*Disadur dari buku kumpulan ceramah Syahid Murtadha Muthahhari

No comments

LEAVE A COMMENT