Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Taqiyah oh Taqiyah…

Oleh: Ust Zainal Nahrawi dan Ust Abdillah Baabud

Pembahasan yang tidak tuntas dan komprehensif tentang prinsip Taqiyah dalam Islam, khususnya menurut mazhab Ahlulbait (Syiah), kerap mengundang kesalahpahaman di tengah kaum Muslimin sejak dulu hingga sekarang.

Itulah sebabnya, Taqiyah juga sering ditafsirkan secara serampangan dan diserupakan dengan sikap kepengecutan dalam menyampaikan kebenaran. Bahkan tak jarang pula pelakunya diidentikkan dengan orang-orang yang bertabiat pendusta. Padahal berdusta sangat dilarang dalam Islam.

Untuk itu, setidaknya demi mencegah dan mengurangi kesalahpahaman tentang hal-ihwal seputar Taqiyah, mungkin ada baiknya kita simak dan cermati penjelasan dari ulama mazhab Ahlulbait (Syiah) berikut ini.

Syaikh Muzhoffar di dalam kitab Aqaidul Imamiyah menjelaskan:

وكذلك هي، لقد كانت شعاراً لآل البيت (عليهم السلام)؛ دفعاً للضرر عنهم وعن أتباعهم، وحقناً لدمائهم، واستصلاحاً لحال المسلمين، وجمعاً لكلمتهم، ولمّاً لشعثهم.

Taqiyah adalah syiar Ahlulbait a.s. dalam rangka mencegah bahaya atas diri dan para pengikut mereka; demi menjaga darah, kemaslahatan Muslimin dan persatuan.

Baca: Persatuan Sunni Syiah, Kunci Kemenangan Umat Islam

Jadi dapat disimpulkan bahwa Taqiyah adalah sebuah prinsip yang berarti: ‘Tidak menampakkan identitas keberwilayahan dalam rangka menghindari ancaman jiwa, harta, dan juga demi menjaga kemaslahatan serta persatuan umat Muhammad s.a.w.’

Artinya, apabila kita tidak sedang dalam kondisi sebagaimana disebutkan di atas, maka gugurlah pilihan kita untuk bertaqiyah dalam hal ini.

Semua Bertaqiyah

Dalam menjalani kehidupannya, secara fitrah manusia akan cenderung menghindar dari segala macam bahaya.

Inilah yang dinyatakan oleh Syaikh Muzhoffar, bahwa:

وكلّ انسان إذا أحسَّ بالخطر على نفسه أو ماله بسبب نشر معتقده أوالتظاهر به لا بدَّ أن يتكتَّم ويتّقي في مواضع الخطر، وهذا أمر تقضيه فطرة العقول.

Setiap manusia yang merasakan bahaya atas diri dan hartanya lantaran penyebaran aqidah atau sekadar menampakkannya, maka ia harus menyembunyikan dan bertaqiyah pada situasi bahaya itu, dan hal tersebut merupakan tuntutan fitrah manusia dan akalnya.

Sebagai contoh:
Jika Anda tidak menyembunyikan status Anda sebagai Syiah berarti Anda tidak sedang bertaqiyah atas status Anda. Maka pilihan ini dapat diartikan pula bahwa sikap berterus-terang tentang status Anda tersebut memang tidak potensial mengundang bahaya apa pun untuk Anda.

Syaikh Mufid berkata:

التقية: هي كتمان الحق، وستر الاعتقاد فيه، ومكاتمة المخالفين وترك مظاهرتهم بما يعقب ضرراً في الدين والدنيا.
(تصحيح الاعتقاد من مصنفات الشيخ المفيد)

Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran, menyembunyikan status terhadap non-Syiah, dan tidak menampakkannya demi mencegah bahaya pada agama dan dunia.

Perlu dicatat, bahwa pada masa sekarang, masyarakat Syiah pada umumnya sudah tidak lagi bertaqiyah untuk hal ini.

Harus bertaqiyah bahkan dalam mengucapkan salam?

Pada masa tertentu, dalam menerapkan prinsip taqiyah, para Imam a.s. melarang pengikutnya untuk sekadar mengucapkan salam kepada mereka.

Lalu bagaimana dengan kondisi para pengikut Ahlulbait (Syiah) pada masa sekarang?

Seperti kita ketahui, pada zaman ini semua pengikut Ahlulbait a.s. sudah berada dalam kondisi bebas bersalam bahkan dalam lautan manusia seperti saat Arbain Husaini.

Taqiyah bisa wajib dan bisa haram?

Berdasarkan level ancaman bahaya yang dihadapi manusia, disebutkan bahwa Taqiyah itu bisa wajib, namun bisa juga haram.

Seperti yang disampaikan oleh Syaikh Muzhoffar:

وللتقيّة أحكام من حيث وجوبها وعدم وجوبها بحسب اختلاف مواقع خوف الضرر مذكورة في ابوابها في كتب العلماء الفقهية.

Taqiyah itu wajib dan tidak wajibnya bergantung pada beragam level ancaman serta bahaya sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam kitab-kitab fiqih.

وليست هي بواجبة على كلّ حال، بل قد يجوز أو يجب خلافها في بعض الاَحوال، كما إذا كان في إظهار الحق والتظاهر به نصرة للدين وخدمة للاسلام، وجهاد في سبيله؛ فإنّه عند ذلك يستهان بالاَموال، ولا تعزّ النفوس.

Taqiyah tidaklah wajib pada setiap situasi. Diperbolehkan untuk tidak bertaqiyah, bahkan wajib untuk tidak bertaqiyah dalam situasi dan kondisi tertentu, seperti dalam rangka menunjukkan kebenaran, membela agama, khidmat untuk Islam, dan jihad di jalan Allah, maka ketika itu harta dan nyawa menjadi murah.

Lalu pada kondisi seperti apa Taqiyah bisa dihukumi haram?

Syaikh Muzhoffar menjelaskan bahwa:

وقد تحرم التقيّة في الاَعمال التي تستوجب قتل النفوس المحترمة، أو رواجاً للباطل، أو فساداً في الدين، أو ضرراً بالغاً على المسلمين بإضلالهم، أو إفشاء الظلم والجور فيهم.

Adakalanya Taqiyah itu haram hukumnya, bila berakibat pada terbunuhnya jiwa-jiwa terhormat atau tersebarnya kebatilan atau kerusakan pada agama atau bahaya tersesatnya Muslimin atau merajalelanya kezaliman dan penindasan atas mereka.

Dalam kondisi seperti inilah kita dilarang bertaqiyah, dan tuduhan bahwa kita bertaqiyah dengan cara seperti inilah yang mesti kita lawan.

Lebih lanjut, Syaikh Muzhoffar menegaskan bahwa:

وعلى كلّ حال، ليس معنى التقيّة عند الامامية أنّها تجعل منهم جمعية سرّية لغاية الهدم والتخريب، كما يريد أن يصورها بعض أعدائهم غير المتورّعين في إدراك الاُمور على وجهها، ولا يكلِّفون أنفسهم فهم الرأي الصحيح عندنا[1].

Bukanlah makna Taqiyah menjadikan kelompok Imamiyah seperti gerakan rahasia bawah tanah (underground) yang sangat berbahaya dan merusak, seperti yang digambarkan oleh sebagian musuh Syiah secara tidak bertanggung-jawab dan jauh dari sikap obyektif.

Taqiyah tidak menjadikan ajaran sebagai rahasia

Berkenaan dengan hal ini Syaikh Muzhoffar menyatakan bahwa:

كما أنّه ليس معناها أنها تجعل الدين وأحكامه سرّاً من الاَسرار لا يجوز أن يذاع لمن لا يدين به، كيف وكتب الامامية ومؤلَّفاتهم فيما يخص الفقه والاَحكام ومباحث الكلام والمعتقدات قد ملاَت الخافقين، وتجاوزت الحد الذي ينتظر من أيّة أُمَّة تدين بدينها؟!

Taqiyah bukanlah berarti menjadikan ajaran agama dan hukum-hukumnya sebuah rahasia yang tidak boleh disiarkan atau dijalankan.

Baca: Rasionalisme Mazhab Syiah

Lihatlah, betapa kitab-kitab Syiah Imamiyah dan karangan para ulama mereka dalam hal fiqih, kalam, dan aqidah telah memenuhi jagad raya.

Fakta ini sudah selayaknya membuat kita tidak ragu untuk melawan dan membantah berbagai tuduhan negatif terkait Taqiyah atas Syiah, sebagaimana yang disampaikan Syaikh Muzhoffar:

بلى، إنّ عقيدتنا في التقيّة قد استغلّها من أراد التشنيع على الامامية، فجعلوها من جملة المطاعن فيهم، وكأنّهم كان لا يشفى غليلهم إلاّ أن تقدَّم رقابهم إلى السيوف لاستئصالهم عن آخرهم في تلك العصور التي يكفي فيها أن يقال هذا رجل شيعي ليلاقي حتفه على يد أعداء آل البيت من الاَمويين والعباسيين، بله العثمانيين.

Mereka menuduhkan Taqiyah pada Syiah dalam rangka memberikan label atas Muslim Syiah sebagai para pendusta, dan mereka tidak akan pernah merasa puas kecuali melihat pengikut Ahlulbait a.s. diburu, dibunuh, dan dibantai seperti pada era Bani Umayyah, Bani Abbas, dan Ottoman.

Kepada para penuduh serampangan inilah mestinya kita sampaikan bahwa Taqiyah dijadikan prinsip justru dengan tujuan mulia.

Syaikh Muzhoffar menegaskan bahwa:

فكان من الطبيعي ـ من جهة ـ أن يتّخذوا التكّتم «التقيّة» ديناً وديدناً لهم ولاَتباعهم، ما دامت التقيّة تحقن من دمائهم، ولا تسيء إلى الآخرين ولا إلى الدين، ليستطيعوا البقاء في هذا الخضم العجّاج بالفتن، والثائر على آل البيت بالاِحن.

Para Imam a.s. menjadikan Taqiyah sebagai prinsip, selama Taqiyah dapat menyelamatkan jiwa, tidak mendatangkan sesuatu yang buruk pada orang lain dan juga agama, agar para Syiah bisa tetap eksis dalam berbagai gelombang fitnah dan cobaan.

Syiah di Indonesia

Bagaimana halnya dengan kondisi para pengikut Ahlulbait (Syiah) di Indonesia? Apakah benar seperti yang selama ini dituduhkan, bahwa Syiah di Indonesia juga bertaqiyah?

Tentu saja tuduhan ini dengan sendirinya sudah terbantah, karena faktanya Syiah di Indonesia pada umumnya tidak sedang bertaqiyah dengan status mereka. Terbukti, mereka telah membuka diri sebagai Syiah baik secara individu, keluarga, komunitas, yayasan, lembaga, majlis taklim, hauzah, ormas, beragam website, YouTube channel, dan lain sebagainya.

No comments

LEAVE A COMMENT