Imam adalah orang yang penuh dengan kebaikan dan melimpah dengan rahmat, yang menyadari semua kebutuhan umat dan kebutuhan apa saja untuk umat manusia agar pantas hidup berbahagia dan bermartabat, di dunia ini dan akhirat. Imam memainkan peran menentukan dalam menyelamatkan kesejahteraan spiritual dan material umat manusia. Ia juga tahu apa saja yang diperlukan untuk membimbing manusia dan mengatur urusan-urusan mereka, dan benar-benar menyadari semua persoalan, baik yang kecil maupun yang besar, yang muncul saat mereka mengarungi samudera kehidupan.
Semua jenis pengetahuan dan kesadaran yang beranekaragam ini berasal dari kesempurnaan imam dan fungsinya. Karena pribadinya merepresentasikan suatu kelanjutan atau perluasan kepribadian Nabi Muhammad saw, nabi terakhir. Dalam hal pengetahuan, karakteristik, dan atribut, imam adalah seperti miniatur nabi, ini menjadi kebahagiaan yang dijaminkan untuknya oleh Tuhan.
Ketika seorang pemimpin datang untuk memahami kebenaran batin dari aturan agama dan untuk memiliki pengetahuan agama yang didasarkan pada kepastian secara langsung dengan penggunaan mental yang tak bisa salah, adalah tidak logis jika dia tidak mengetahui semua aspek pengetahuan Islam. Bagaimana seseorang bisa menunjukkan sifat ketidaktahuan terhadap ilmu hukum Tuhan kepada orang, padahal ia berfungsi sebagai penghubung antara kasih sayang Tuhan dan pembimbing umat manusia?
Baca: Keluasan Ilmu dan Pengetahuan Imam Ja’far Shadiq a.s.
Imam maksum berfungsi sebagai pengawal dan sumber pengetahuan hukum Tuhan. Untuk menciptakan lingkungan dimana manusia bisa berkembang menuju kesempurnaan dan melewati jalan yang lurus. Tugas lainnya adalah untuk melestarikan integritas doktrin umat dan kepentingan kolektifnya, karena kasih sayang Tuhan yang tak terbatas mengharuskan umat manusia untuk tidak pernah bingung dan tersesat, serta dibiarkan dengan sarananya sendiri.
Karena itu pemimpin mesti berada dalam posisi untuk bertindak sebagai otoritas intelektual dan spiritual masyarakat. Sebab pintu gerbang pengetahuan tentang perintah-perintah Tuhan selalu terbuka dihadapannya, sehingga dengan petunjuknya ia mampu membimbing manusia untuk memenuhi tujuan-tujuan agama. Ia terus-menerus menyediakan untuk manusia dengan sarana-sarana untuk memecahkan persoalan-persoalan mereka, sehingga tidak ada alasan atau dalih yang bisa mereka perbuat. Jawaban-jawaban atas semua jenis persoalan konseptual dan praktis bisa ditemukan di dalam ribuan hadis yang telah diriwayatkan dari para imam.
Jawaban-jawaban tegas dan terang yang mereka berikan untuk semua jenis pertanyaan dan kesangsian, penolakan mereka yang disampaikan secara logis dan jelas atas semua jenis kekafiran, mode perdebatan dan argumentasi mereka yang masuk akal, semua ini memberikan kesaksian terhadap luasnya pengetahuan dan visi Islam mereka.
Orang yang jiwanya lebih bercahaya daripada orang lain, yang pengetahuannya lebih berdaya, yang visinya lebih luas, yang akalnya lebih mulia, yang konsentrasinya lebih mendalam, dan-yang paling penting dari itu semua-yang dilengkapi dengan sifat maksum, orang seperti itu memiliki kualitas yang lebih untuk memimpin manusia daripada yang lain. Orang yang pengetahuan dan jangkauan persepsi keagamaannya terbatas selalu berada dalam bahaya untuk berbuat yang bertentangan dengan Alquran, baik secara sengaja atau tidak. Tidak ada jaminan bahwa ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatannya akan selalu sesuai dengan hukum Tuhan, dan jika ia kenyataannya berbuat bertentangan dengan Alquran maka orang-orang yang mengikutinya juga berbuat demikian. Sumber bahaya itu kenyataannya disebabkan oleh pengetahuannya yang bersifat pengandaian, dan tidak pasti, sehingga tidak diragukan bahwa seseorang yang memilih secara acak yang terbaik di antara rangkaian kemungkinan kadang bisa menyimpang dari jalan Alquran meskipun pihaknya sama sekali tidak memiliki niat jahat.
Baca: Syarat-Syarat Pendakwah Menurut Imam Ja’far Shadiq a.s.
Imam Ja’far Shadiq a.s. dalam sebuah hadis mengatakan: “Tuhan telah menerangi agama dengan cahaya keluarga Nabi. Melalui mereka Tuhan menampakkan sumber-sumber pengetahuan-Nya. Orang yang mengakui hak imam dengan menaati-Nya akan merasakan manisnya iman dan memahami superioritas Islam, kesempumaan dan keunggulannya, karena Tuhan telah menciptakan imam sebagai panji-panji bimbingan dan hujah-Nya bagi manusia, dan menempatkan di kepalanya mahkota kemegahan dan keagungan. Imam adalah orang yang seluruh hidupnya menyatu dengan cahaya Tuhan. Dia dibantu oleh kebenaran langit dan jangkauan pengetahuannya tidak terbatas. Karunia Tuhan tidak bisa diketahui kecuali melalui sarana-sarana, dan imam adalah sarana-sarana itu. Pengetahuan Tuhan tidak mungkin dipahami kecuali melalui pengetahuan imam. Imam sangat paham tentang seluk-beluk wahyu dan sunnah, dan Tuhan tidak memilihnya kecuali dari keluarga Imam Husain a.s.” [AI-Kulaini, al-kafi, Vol. I, hal. 203]
Cukup banyak teks kuat yang menyatakan bahwa apa pun yang diajarkan kepada para nabi terdahulu juga diajarkan kepada Nabi Muhammad saw dan kepada para imam a.s. Karena itu Imam al-Baqir a.s. berkata: “Tuhan memiliki dua macam pengetahuan, partikular dan general. Para nabi tidak memiliki akses terhadap pengetahuan yang pertama, bahkan malaikat pun juga tidak memilikinya. Pada pengetahuan yang kedualah nabi dan para malaikat memiliki akses, dan Rasulullah saw meriwayatkannya kepada kita.” [AI-Majlisi, Bihar al-Anwar, Vol. XXVI. hal. 160]
Imam Shadiq a.s. berkata: “Orang yang memiliki pengetahuan tentang Alquran adalah Imam Ali a.s., karena ia sendiri berkata: ‘Ketahuilah bahwa pengetahuan yang turun ke bumi bersama Adam a.s. dan semua pengetahuan yang diberikan kepada Nabi terakhir, juga diberikan kepada keluarga beliau saw.’” [AI-Majlisi, Bihar al-Anwar, Vol. XXVI. hal. 160]
Imam Baqir a.s. berkata: “Pengetahuan yang diturunkan bersama Adam, bapaknya umat manusia, tidak punah, karena telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Imam Ali telah menyempurnakan pengetahuan tentang agama dan syariah, dan tak ada dari kami (para imam) yang meninggal tanpa ditunjuk sebagai seorang pengganti yang akan mewarisi pengetahuannya atau apa saja yang dikehendaki oleh Tuhan baginya untuk diketahui.” [AI-Kulaini, al-Kafi, Vol. I, hal. 255]
Baca: Para Imam Ahlulbait dan Kondisi Zamannya
Imam Ali a.s. berkata: “Tuhan tidak pernah meninggalkan bumi tanpa ada hujjah-Nya, orang yang akan bangkit untuk membela kebenaran, apakah mereka akan nampak di hadapan manusia atau tersembunyi dari pandangan mereka. Alasannya adalah karena hujjah Tuhan tidak pernah bisa ditentang atau ditolak. Berapa banyak hujjah itu dan di mana mereka bisa ditemukan? Aku bersumpah bahwa jumlah mereka sangat kecil, namun posisi mereka di hadapan Tuhan adalah yang paling mulia. Tuhan menjaga ayat-ayat-Nya yang nyata melalui mereka, karena ayat-ayat itu pada gilirannya dipercayakan kepada mereka, dan puncak kekayaan pengetahuan mereka ditandai dengan visi dan kepastian yang nyata. Apa yang nampak sulit bagi orang lain akan terasa mudah bagi mereka; mereka tidak menganggap berat persoalan-persoalan -yang membuat orang bodoh takut menghadapinya- yang menekan mereka, dan mereka berkomunikasi dengan orang-orang yang semangatnya berada di puncak kemuliaan dan dekat dengan singgasana Tuhan. Mereka adalah khalifah Tuhan di bumi, yang membimbing manusia dengan agama-Nya.” (AI-Khawarizmi, al-Manakib, hal. 390)
Bersambung…
*Dikutip dari buku karya Sayyid Mujtaba Musawi Lari – Imam Penerus Nabi Muhammad saw