Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Ketika Manusia Dihadapkan pada Dua Macam Ujian

Tatkala Ubaidillah bin Ziyad menjadi gubernur kota Kufah, dia dengan leluasa menjalankan cara-cara yang lazim dipakai oleh Bani Umayyah, yaitu mengintimidasi, menakut-nakuti, dan politik melaparkan rakyat. Ketika itulah Umar bin Saad diberi kepercayaan untuk menjadi gubernur di kota Ray dengan syarat mau bergabung dalam memerangi Imam Husain bin Ali a.s.

Pada saat itu, Umar bin Saad memasuki periode ujian yang sangat sulit. Dia harus memilih salah satu di antara pilihan yang dihadapkan kepadanya. Pertama, melepaskan diri dari keuntungan-keuntungan materi dan pencapaian status sosial. Kedua, melepaskan diri untuk tenggelam dalam lumpur kekejian dan kejahatan sebagai imbalan materi duniawi yang diperoleh. 

Umar bin Saad diberi waktu semalam untuk memikirkan persoalan ini dan memberitahukan hasil keputusan terakhirnya kepada Ubaydillah bin Ziyad. Dia melewatkan malam itu, dengan peperangan yang amat dahsyat dalam benaknya, tanpa sadar keluarlah ucapan-ucapannya: “Demi Allah aku tidak tahu, aku bingung. Aku memikirkan persoalanku yang menghadapi dua bahaya. Apakah harus kutinggalkan mahkota Ray padahal Ray adalah cita-citaku. Ataukah aku harus menanggung dosa dengan membunuh Husain.”

Umar tidak lulus dalam ujian itu. Dia menciptakan alasan-alasan yang sama sekali tidak benar atas perbuatannya, dan menghibur dirinya dengan keselamatan yang palsu. Dia berkata: “Orang-orang mengatakan bahwa Allah menciptakan surga dan neraka, mengazab dan membelenggu tangan. Jika omongan mereka benar, maka sesungguhnya aku bertobat kepada yang Maha Pemurah selama dua tahun. Tetapi jika omongan mereka bohong, maka kita telah memperoleh kemenangan dunia yang gemilang, kerajaan yang gagah perkasa.”

Pada sisi yang lain, di medan Perang Karbala kita menyaksikan seseorang yang mempersembahkan kemenangan perang batinnya, karena dia beralih dari pasukan kesesatan kepada pasukan kebenaran. Dialah Hurr bin Yazid Al-Riyahi yang tadinya memimpin pasukan perang Ibn Ziyad. Dialah orang yang berdiri di hadapan Imam Husain dan mencegahnya untuk pergi ke Karbala. Manakala dia mendengar ucapan Imam Husain, dia memberitahukan mengenai pasukan Ibn Ziyad, Imam Husain pun memperhatikan nasihat itu, dia berhenti sambil merenungkan sebentar, kemudian mengambil keputusan pada saat-saat yang genting itu.

Muhajir bin Qays mengatakan: “Ketika peperangan berkecamuk antara dua pasukan, pasukan Husain dan pasukan Ibn Ziyad, aku melihat Hurr mendekati pasukan Husain. Kukatakan kepadanya: ‘Apakah engkau hendak melakukan peperangan wahai anak Yazid?’ Dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku melihat bulu kuduknya berdiri, dan aku merasa heran dibuatnya. Akhirnya kukatakan kepadanya: ‘Demi Allah, aku tidak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya. Jika aku ditanya tentang orang Kufah yang paling berani, maka tanpa ragu kusebutkan namamu, lalu apa gerangan yang menimpamu sekarang ini?’ Akhirnya dia menjawab: ‘Sesungguhnya aku sedang dihadapkan pada dua pilihan, surga dan neraka. Demi Allah, saat ini kupilih surga meskipun untuk itu aku terpotong leherku dan dibakar.’”

Hurr mengucapkan kalimat itu, lalu menunggangi kudanya dan ikut berperang membela pihak Imam Husain, bertobat, dan akhirnya dia mati syahid. 

Contoh-contoh seperti itu banyak, dimana seseorang dihadapkan kepada ujian antara memilih satu derajat kehidupan atau memilih derajat kehidupan yang lain. Ketika dia dihadapkan kepada dua pilihan, dia dapat memilih dengan kemauannya sendiri jalan kebaikan dan kesempurnaan, serta dapat menyingkirkan nafsu kebinatangannya. Dan sebaliknya, bisa jadi dia terjerumus dalam bahaya yang bisa menjatuhkannya, yang tentu saja kejatuhan itu tidak akan tersembunyi dari pengawasan Allah dan manusia pada umumnya.

Dalam Alquran, Allah Swt banyak memberikan contoh ujian-ujian yang sulit yang mesti dilalui oleh orang-orang yang saleh sepanjang sejarah, tetapi mereka bisa lulus dalam menghadapi ujian tersebut. Contoh-contoh seperti itu untuk meyakinkan kepada manusia bahwa manusia mampu mengatasi dan memecahkan problemnya bagaimanapun sulitnya problem tersebut.

Diriwayatkan dari Imam Jakfar Shadiq a.s. bahwa beliau berkata: “Pada hari Kiamat nanti ada seorang perempuan yang dahulu diuji dengan kecantikannya, dihadapkan kepada Tuhannya, dia berkata: ‘Duhai Tuhan, Engkau telah mengaruniai diriku tubuh yang cantik sampai aku menemui apa yang kutemui.’ Lalu Tuhan mendatangkan Maryam a.s. dan dikatakan kepadanya: ‘Engkaukah yang lebih cantik ataukah perempuan ini? Kami telah membuatnya berwajah cantik tetapi dia lulus ujian.’ 

Setelah itu didatangkan pula seorang laki-laki berwajah tampan yang dahulu diuji dengan ketampanan wajahnya, lalu dia mengatakan: ‘Duhai Tuhan, Engkau telah membuat wajahku tampan, sehingga aku menemui apa yang kutemui.’ Didatangkanlah Yusuf oleh Tuhan, dan dikatakan kepadanya: ‘Mana yang lebih tampan, engkau atau laki-laki ini? Kami membuatnya tampan, tetapi dia tahan uji.’ 

Setelah itu didatangkan pula orang yang sengsara karena terkena bencana yang tidak lulus ujian, lalu dia mengatakan: ‘Duhai Tuhan, Engkau memberi bencana yang sangat hebat kepadaku sehingga aku tidak lulus ujian itu.’ Maka didatangkan pula Ayyub a.s. dan dikatakan kepada orang itu, ‘Apakah bencana yang menimpamu lebih hebat ketimbang bencana yang diderita oleh orang ini? Dia diuji bencana tetapi dia berhasil melintasi ujian itu. (al-Rawdhah min al-Kafi, 2/32)

*Disarikan dari buku Akibat Dosa – Sayyid Hasyim Rasuli aI-Mahallati

No comments

LEAVE A COMMENT