Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Manusia selalu membutuhkan sesuatu yang menjadi tempat pengaduan penderitaan dan kesusahannya, kalau tidak, maka ia rentan terkena gangguan dan penyakit jiwa. Maka, siapakah yang lebih baik untuk dijadikan tempat mengadu selain Allah Azza Wa Jalla? Apakah ada kekuatan yang melebihi kekuatan-Nya Swt? Apakah ada keagungan yang mengungguli keagungan-Nya?

Dia Maha Penyayang terhadap keadaan sang hamba. Dia Maha Pengasih kepada hamba-Nya dalam setiap keadaan. Kita mengadukan penderitaan, musibah, dan kesedihan kita kepada-Nya. Dia adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi. Adakah teman yang lebih dekat selain-Nya? Adakah tempat mengungsi dan benteng yang lebih aman daripada naungan Allah Rabbul ‘alamin?

Salah satu manfaat penting dari doa ialah menghilangkan berbagai gangguan dan penderitaan hati. Masalah ini sangat penting. Hilangnya berbagai gangguan itu akan menutup jalan buruk sangka dan mencegahnya untuk memasuki hati manusia. Masih terdapat faedah penting lainnya dari doa, yaitu ia memperkuat hubungan antara seorang hamba dan Tuhannya. Maka, adakah kebahagiaan dan manfaat yang melebihi hal ini?

Baca: Agar Doa Dikabulkan oleh Allah Swt

Pada hakikatnya, doa adalah pembicaraan antara pecinta (al-‘asyiq) dan Kekasih (al-Ma’syuq), dialog antara hamba dan Tuhannya. Ini adalah kenikmatan yang tidak ada duanya. Maka, wahai putra-putra Islam, serulah hati kalian untuk menghadap Tuhan, dan berdialoglah dengan-Nya, serta beberkanlah semua penderitaan kalian.

Manfaat selanjutnya dari doa ialah mencegah manusia dari kemaksiatan dan keterperosokan di dalamnya. Biasanya orang yang memiliki hubungan dengan Allah Swt, tidak akan terjerumus dalam kemaksiatan. Atau, seandainya ia terperosok dalam penyimpangan, paling-paling itu penyimpangan kecil dan ringan. Jika ia berdosa, ia akan segera bertobat. Allah Swt berfirman: “Sesunguhnya salat mencegah dari [perbuatan-perbuatan] keji dan munkar.” (QS. al-Ankabut: 45)

Mendirikan salat malam di tengah-tengah kegelapan malam, benar-benar akan menjauhkan kalian dari dosa. Bahkan salat kita sehari-hari, ia pun memiliki manfaat yang tidak kecil bagi kehidupan kita sehari-hari, meskipun terkadang kita kehilangan nilai spiritual, namun demikian, ia akan mencegah pelakunya dari keterjerumusan dalam maksiat pada batas tertentu .Oleh karena itu, para Imam Ahlulbait a.s. menegaskan bahwa salat yang biasa kita lakukan sehari-hari, meskipun kehilangan aspek spiritual yang diharapkan, ia tetap dapat menjaga manusia -jika ia tetap memperhatikannya-dari rasa putus asa dan dari hadangan jalan buntu.

Tentu, dalam hal ini juga terdapat beberapa tingkatan. Salat yang dilakukan secara istimewa dan secara baik, yang disertai dengan suasana rohani yang sempurna, akan dapat melindungi manusia secara sempurna dari ketergelinciran dalam maksiat, bahkan dalam hal-hal yang makruh, sebagaimana keadaan yang dialami oleh para Imam Suci a.s. dan para wali Allah.

Jika suasana rohani itu berkurang, maka otomatis pencegahan manusia dari keterperosokan dalam kemaksiatan dan dosa juga berkurang. Hal yang dianggap oleh Alquran al-Karim lebih penting ialah komunikasi dan interaksi (tafa’ul) dengan Allah Swt. Ketika kalian telah melihat keletihan, kejemuan, dan kemalasan telah menyusup dalam diri kalian, maka kalian harus segera kembali kepada Allah Swt.

Manfaat lain dari doa ialah perasaan damai (al-uns). Itu adalah suatu keadaan yang akan mengantarkan manusia mencapai tingkatan di mana ia siap mengorbankan apa saja demi tegaknya salat malam, dan menjadikannya berharap akan salat itu tidak berakhir selamanya ketika ia sedang melakukan salat. Rohani yang tinggi inilah yang membangkitkan kemenangan dan mendorong kebanggaan. Allah Swt berfirman: “Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk.” (QS. al-Baqarah: 45)

Orang-orang yang khusuk (al-khasyi’un), adalah orang-orang yang mengingat Allah Swt atau orang- orang yang berhubungan dengan Allah Swt. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan campuran roh doa (ruh ad-dua) dari Allah dalam rohani-rohani mereka. Maka setelah itu, salat dan puasa tidak menjadi berat bagi mereka. Bahkan, mereka menjadi sedih jika berakhir waktu salat. Mereka meninggalkan bulan Ramadan dengan air mata kerinduan, dan kesedihan karena perpisahan.

Manfaat lain dari doa ialah, ia menjadikan manusia selalu mengingat Allah Swt, dan menjauhkannya dari kelalaian. Ini adalah derajat yang tinggi dari derajat-derajat wali-wali Allah. Di dalamnya manusia akan mencapai keadaan di mana ia akan ‘melihat’ Allah Azza Wa Jalla dalam setiap keadaan, dan ia akan menemukan-Nya pada setiap waktu? Terdapat riwayat yang dinisbahkan kepada Imam Ali a.s.: “Aku tidak pernah menginginkan suatu urusan kecuali aku melihat Allah sebelumnya, sesudahnya, dan di dalamnya…”

Sesungguhnya Allah Swt Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Hakikat ini tidak memerlukan dalil akal, tetapi ia membutuhkan keimanan dan kepercayaan hati. Alangkah indahnya dan alangkah dalamnya apa yang dikatakan, bahwa Allah Azza Wa Jalla itu dirasakan (mahsus) bukan dipikirkan (ma’qul). Jika manusia mempercayai dengan hati dan rohnya, bahwa ia selalu berada di hadapan Allah dan bahwa Allah Swt menyaksikan segala perbuatannya, maka tidak ada yang namanya dosa dalam kamus kehidupannya. Zikir yang dilakukan dalam hati kalian dan ucapan “Ya Rabbi”, itulah yang mengukuhkan keimanan dan keyakinan dalam hati kalian. Imam Khomeini berkata pada saat mulai menjelaskan doa as-Sahr (doa di waktu sahur):

“Maka celakalah seorang hamba yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang yang ahli ibadah, kemudian ia memanggil-manggil Tuhannya dengan nama-nama dan sifat-sifat (yang beliau maksud dari nama-nama dan sifat-sifat ialah Ahlulbait a.s.), sementara yang dimintanya hanyalah hal-hal yang berkenaan dengan hawa nafsu belaka dan watak hina dari binatang dan kegelapan, kepemimpinan yang tidak sah demi membentangkan dominasinya, serta demi menguasai orang lain.” (Syarh dua’ as-Sahr, hal. 26)

Ketika kita mengucapkan “Ya Allah, Ya Allah”, janganlah menjadikan hasrat kalian terpusat pada pengabulan doa atau tidaknya. Ketahuilah bahwa Allah lebih mencintai kita daripada kita mencintai diri sendiri. Hubungan Allah Swt dengan kita lebih kuat daripada hubungan kita dengan diri sendiri. Dia Maha Mengetahui terhadap keadaan hamba-Nya.

Baca: Doa Seorang Muslim

Betapa banyak manusia melakukan sesuatu yang justru membahayakannya. Ia tidak mengetahui apa-apa yang bermanfaat untuk dirinya, dan apa-apa yang membahayakannya. Akan tetapi, Allah Azza Wa Jalla tidak pernah menutup pintu-Nya, dan Dia tidak menjadikan pertobatan dari dosa, kecuali kebaikan. Janganlah kita mengeluh dan mengadu kepada Allah soal tidak dikabulkannya doa, meskipun telah berulang kali melakukannya. Yang lebih penting dari pengabulan doa adalah doa itu sendiri dan zikir kepada Allah Swt. Dengan memiliki hubungan dengan Allah Swt secara terus-menerus dalam keadaan berzikir kepada-Nya, maka manusia akan selalu melihat dirinya berada di bawah pengawasan Allah. Ia menyadari bahwa Allah menyaksikan, melihat, dan mengawasi segala perbuatannya. Keadaan seperti ini akan mengantarkannya menuju kemuliaan, kehormatan, dan kedekatan dengan Allah Swt.

*Disarikan dari buku Menelusuri Makna Jihad – Husain Mazahiri


No comments

LEAVE A COMMENT