Dalam mencari pemahaman yang mendalam tentang tujuan mikraj dan hakikat kebenaran dalam Islam, Al-Quran al-Majid dianggap sebagai sandaran terbaik dan perkataan paling suci. Melalui telaah ayat-ayat Al-Quran, kita dapat menggali tujuan yang tersembunyi di balik peristiwa mikraj, yang sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah dan logika. Meskipun Al-Quran hanya membahas mikraj dalam sepuluh ayat, tujuan tersebut tersurat dengan jelas dalam dua ayat.
Pada awal surat al-Isra, Allah menyatakan keagungan-Nya dalam memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha pada suatu malam yang diberkahi. Tujuan mikraj adalah untuk memperlihatkan hamba-Nya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah di langit-Nya. Dalam ayat ke-18 surat al-Najm, Allah menjelaskan bahwa Nabi telah menyaksikan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang sangat besar.
Dari ayat-ayat ini, jelas bahwa tujuan mikraj tidak terbatas pada silaturahmi dengan Allah, mendengarkan firman-Nya, atau sekadar mengagumi keindahan-Nya. Dalam akidah Islam, keyakinan bahwa Allah tidak terbatas oleh ruang dan tidak memiliki tempat khusus untuk duduk ditekankan. Allah hadir di setiap tempat, dan keberadaan-Nya meliputi segala wujud. Sehingga, kemana pun kita berpaling, wajah Allah hadir, dan Dia selalu bersama kita di mana pun kita berada.
Lebih lanjut, pemahaman bahwa Allah tidak memiliki Arsy atau kursi material di langit tertinggi dijelaskan. Arsy Kekuasaan-Nya melibatkan seluruh wujud, dan kursi Allah mencakup langit dan bumi, merujuk pada alam ciptaan yang luas membentang. Dengan demikian, pandangan ini menggarisbawahi ketidakterbatasan Allah dalam dimensi ruang dan materi.
Berdasarkan pemahaman ini, tujuan mikraj dapat dipahami sebagai kesaksian terhadap tanda-tanda keagungan Allah Azza wa Jalla di langit. Tujuannya adalah agar jiwa Nabi saw diselimuti pancaran cahaya yang kemilau dan kekuatan argumen yang mematikan, untuk menjalankan tugas maha penting dan agungnya; menyampaikan risalah-risalah Tuhan, mengajak umat manusia menuju Penciptanya, serta memberi hidayah dan bimbingan kepada mereka.
Pada waktu ayat-ayat yang mengisahkan perjalanan ajaib mikraj diturunkan, manusia belum memahami sepenuhnya keagungan langit beserta berbagai keajaiban dan rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Pengetahuan masyarakat tentang langit dan alam semesta pada masa itu terbatas pada batas-batas pandangan mata belaka. Mereka hanya melihat langit sebagai kubah biru dengan titik-titik cahaya seperti potongan-potongan emas dan perak yang tersebar di sekelilingnya. Dua pelita kecil yang menghiasi langit, satu bercahaya dan yang lain redup nan lembut, menciptakan suasana yang sangat nyaman.
Dalam pandangan kuno ini, langit beserta keajaibannya tampak begitu rendah di mata sebagian orang. Oleh karena itu, perjalanan mikraj Nabi ke langit dianggap sebagai sesuatu yang tidak berarti atau sia-sia.
Saat ini, dengan kemajuan astronomi dan pemahaman yang lebih baik tentang alam semesta, nilai dan makna perjalanan luar angkasa semakin jelas. Begitu juga dengan keagungan dan kesempurnaan ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan, “Sesungguhnya ia telah melihat sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” Keagungan alam semesta yang terungkap melalui penelitian astronomi saat ini semakin menegaskan kebesaran Allah dan menyelaraskan dengan pengetahuan modern tentang keindahan dan kompleksitas langit.
Mari kita menggali sedikit tentang temuan-temuan modern para ahli astronomi untuk lebih memahami keagungan alam semesta.
1. Galaksi Matahari dan Bimasakti
- Galaksi kita, yang melibatkan matahari sebagai pusat, sembilan planet, dan 31 bulan sebagai satelitnya, termasuk Bumi.
- Walaupun kita dapat mempelajari kondisi galaksi Bimasakti kita dengan berbagai sarana yang ada, pemahaman kita masih terbatas dibandingkan dengan rahasia dan keajaiban yang belum sepenuhnya terungkap.
2. Kecilnya Kelompok Galaksi dan Jangkauan Modern
- Kelompok galaksi ini tergolong kecil dalam hal luas dan besarnya, dan kita bahkan mampu mencapai planet terjauh seperti Pluto dengan sarana-sarana modern.
- Keajaiban pemandangan di galaksi Bumi dapat dinikmati melalui teleskop mutakhir, mengungkap titik-titik teratur nan indah di permukaan planet Mars, lingkaran sinar menawan di sekitar planet Saturnus, dan bayangan planet Venus yang tersembunyi di balik awan tebal.
3. Keajaiban Matahari sebagai Bintang
- Matahari, lebih dari sekadar sumber penerangan, adalah bintang yang memiliki besaran 1 juta kali lipat dari Bumi.
- Meskipun tergolong bintang berukuran kecil dibandingkan dengan bintang-bintang lain di galaksi ini, matahari tetap mengagumkan. Banyak bintang lain bahkan ribuan kali lipat lebih besar, namun karena jaraknya yang sangat jauh, mereka terlihat seperti bintang-bintang biasa yang bersinar bagai emas dan perak mungil.
4. Keanekaragaman Bintang di Galaksi
- Para pakar luar angkasa mengungkapkan bahwa dari setiap 300 bintang di galaksi kita, setidaknya ada satu bintang yang jauh lebih besar dari matahari.
- Dengan jumlah bintang dalam galaksi kita yang mencapai 30 juta, setidaknya 100 ribu di antaranya lebih besar dari matahari.
5. Keajaiban dan Pembentangan Alam Semesta
- Alam semesta terus memperlihatkan keberadaannya yang luar biasa, terutama dalam hal luas dan pembentangan yang terus meningkat dengan kecepatan yang mengagumkan.
Harus diperhatikan pula, menurut para pakar luar angkasa saat ini, dari setiap 300 bintang di galaksi kita, terdapat satu bintang yang besarnya lebih dari kali lipat dari matahari. Karenanya, didasari perkiraan bahwa jumlah bintang dalam galaksi kita mencapai 30 juta buah, setidaknya 100 ribu di antaranya lebih besar dari matahari.
Hal lain yang tak kalah menakjubkan dan tergolong amat luar biasa adalah keberadaan alam semesta ini, terutama mengenai luas dan bentangannya. Berdasarkan hasil penelitian para pakar perbintangan saat ini, terungkap bahwa alam semesta bergerak menuju perluasan dan pembentangan dengan kecepatan sangat luar biasa.
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya ia telah melihat sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” Dengan ini, kami akhiri uraian tentang mikraj.
*Disarikan dari buku Isra Mikraj, Sebuah andangan Alternatif – Ayatullah Nasir Makarim Syirazy