Tragedi Asyura menyimpan pesan moral yang tidak terbatas bagi masyarakat mana pun. Ia senantiasa mengilhami insan berakal sebagai jalan hidupnya.
Salah satu yang dapat dipetik dari peristiwa ini ialah pesan tentang kecemburuan. Kecemburuan adalah fitrah yang ada pada diri manusia seperti saat menyaksikan tindak kejahatan di hadapannya, ia akan segera menentangnya.
Manusia berpotensi untuk mengolah naluri kecemburuan yang ada pada dirinya secara bijaksana. Di satu sisi, dia dapat berbuat serampangan dengan kecemburuannya itu atau bahkan pada titik tertentu justru kecemburuannya lenyap dan tumpul sama sekali.
Hal-hal Haram Dapat Melunturkan Fitrah
Ada sejumlah hal haram yang dapat melunturkan atau menumpulkan fitrah manusia, bahkan pada seorang insan yang sehat dan baik. Allah Swt berfirman,
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا . يُضَٰعَفۡ لَهُ ٱلۡعَذَابُ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ وَيَخۡلُدۡ فِيهِۦ مُهَانًا
…dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (Q.S. Al-Furqan [25]:68-69)
Baca: Jalinan Ruh Suci Imam Husein a.s. dengan Allah Kekasihnya Lewat Lantunan Doa
Pada ayat di atas secara jelas Allah Swt menyatakan tiga dosa besar yang akan mengikis fitrah manusia, yaitu menyekutukan Allah, membunuh jiwa yang diharamkan Allah dan berzina.
Kecemburuan termasuk salah satu fitrah yang tertanam pada seorang insan. Ia talenta yang mulia dan pertanda kehormatan. Bahkan pada sejumlah riwayat disebutkan bahwa ia merupakan pertanda keimanan. Rasulullah Saw bersabda, “Cemburu itu termasuk keimanan.”[1]
Di antara bentuk kecemburuan terhadap agama, dia akan menentang perkara haram, seperti seseorang yang akibat cemburunya akan bangkit melawan bila hartanya dirampas, juga kecemburuannya pada dosa-dosa lainnya.
Hanya saja sikap cemburu tidak boleh digunakan secara melampaui batas pada hal-hal yang bukan tempatnya, seperti seseorang yang berprasangka buruk terhadap pasangannya lalu menyimpan benih-benih tudingan terhadapnya.
Imam Ali a.s. menulis surat kepada putranya, al-Hasan a.s., “Hindarilah sikap cemburu yang tidak pada tempatnya, sebab hal itu mengundang perempuan yang benar menjadi sakit dan yang tak bersalah menjadi bengkok.”[2]
Aneka Macam Cemburu pada Agama
Wujud cemburu ini tercermin pada sejumlah hal:
a. Membela kehormatan Islam dan berupaya keras dalam mempertahankan jalan Islam.
Allah Swt berfirman,
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Q.S. At-Tawbah [9]:24)
Baca: Komitmen Para Sahabat Imam Husein a.s. di Malam Asyura
b. Memelihara hukum-hukum suci Allah Swt.
Nabi Saw bersabda, “Ketahuilah bahwa Allah mengharamkan yang haram, menentukan batas-batas agama. Tiada yang lebih cemburu dari Allah dan di antara kecemburuan-Nya itu, Dia mengharamkan dosa-dosa besar.”[3]
c. Memerhatikan kewajiban perintah yang makruf dan mencegah yang munkar sebagai katup pengaman bagi agama dan keluarganya.
Allah Swt berfirman,
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali ‘Imran [3]:104)
d. Menjalankan hal-hal yang dapat memelihara dan menguatkan Islam dengan memikul tanggung jawab untuk menyampaikan hukum-hukum dan syariat Islam.
Allah Swt berfirman,
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (Q.S. At-Tawbah [9]:122)
e. Mengagungkan syiar-syiar Allah. Allah Swt berfirman,
ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati. (Q.S. Al-Hajj [22]:32)
Cemburu terhadap Kehormatan Istri dan Anak-anaknya
a. Cemburu terhadap kaum perempuannya: istri, anak perempuan dan saudari-saudarinya. Seyogianya dia tidak lengah dalam menjaga mereka dari para lelaki asing, dari hal-hal negatif yang dikhawatirkan, dan mencegah mereka dari segala hal yang mungkin berakibat buruk dan menyimpang.
b. Cemburu terhadap putra-putra mereka dengan mengawasi mereka sejak belia. Bila mereka mulai berusia tamyiz, sebaiknya mendidik mereka dengan pekerti mulia, mengajarkan perangai dan perbuatan terbaik serta akidah yang benar.
Pengaruh Cemburu
1. Menjaga kehormatan. Orang yang cemburu terhadap kaum perempuan dan syariatnya lalu menjaga kehormatan mereka, niscaya dia mencegah dirinya sendiri dari melihat perempuan lain. Imam Ali a.s. berkata, “Seorang yang pencemburu tidak akan berzina sama sekali.”[4]
2. Memelihara dari kerusakan. Tumpulnya rasa cemburu dan semaraknya sikap tidak peduli menebarkan kerusakan di muka bumi. Sebab itu, cemburu terhadap kekerdilan akan mencegah kerusakan.
3. Mengokohkan keluarga. Kaum perempuan dan pemudi yang menjaga kehormatan mereka akan merasa aman dan tenteram selama mereka bersama para lelaki yang cemburu. Mereka tidak akan membiarkan orang-orang fasik dan tak bermoral menyakiti kaum perempuan.
Imam Husein a.s. dan Sikap Cemburu
Tragedi Asyura cukup memberikan kita pelajaran betapa Imam Husein a.s. memiliki rasa cemburu.
Setelah seluruh pembela, sahabat dan keluarganya terbunuh, Umar bin Sa’ad berseru, “Inilah putra ksatria yang pemberani! Inilah putra pahlawan Arab! Kepunglah dia dari segala arah!”
Lalu Imam Husein a.s. berseru kepada mereka, “Wahai pengikut keluarga Abu Sufyan, bila kalian tidak beragama dan tidak takut hari Kebangkitan, jadilah orang-orang merdeka di dunia kalian. Rujuklah pada kemuliaan silsilah kalian, jika kalian benar-benar Arab sebagaimana klaim kalian!”
Baca: Infografis: Pergerakan Imam Husein ‘alayhissalam
Syimr berseru kepadanya, “Apa yang kau katakan wahai Putra Fatimah?”
Imam Husein a.s. berkata, “Akulah orang yang memerangi kalian. Para perempuan tidak memiliki pelanggaran. Janganlah kalian melanggar kehormatan para perempuanku selama aku hidup!”[5]
Catatan Kaki:
[1] Al-Hurr al-‘Amili, Wasāil as-Syī’ah, j. 20. h. 155.
[2] Nahj al-Balāghah, surat ke-31.
[3] Syekh as-Saduq, al-Āmālī, h. 509.
[4] Nahj al-Balāghah, Hikmah 315.
[5] Ja’far al-Bayati, al-Akhlāq al-Husainiyyah, h. 221.