Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Selamatkan Diri dari Bahaya Hasud

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Nabi Musa a.s. melihat seseorang berada di arasy. Beliau a.s. merasakan gibtah (keingingan terhadap sesuatu seperti yang dimiliki orang lain tanpa rasa dengki terhadap orang yang memilikinya) terhadap kedudukan orang tersebut. Nabi Musa a.s. bertanya mengenai orang itu. Maka dijawab, “Ia tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada orang lain yang berikan karunia oleh Allah swt.”” (Nabi saw.)

Dikisahkan bahwa pada masa kekhalifaan Mu’tasim Abbasi, ada seorang bijak yang mengunjunginya. Khalifah sangat menyukainya dan memintanya untuk datang menemuinya beberapa kali dalam seminggu.

Orang bijak itu  selalu berkata, “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan. Sedangkan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.”

Melihat keakraban Khalifah dan orang bijak itu, salah satu menteri di istana merasa iri dan dengki. Menteri itu berpikir, jika hal ini terus dibiarkan, bisa mengancam posisinya.

Suatu hari menteri menyusun rencana untuk menyingkirkan orang bijak itu dari sisi Khalifah. Menteri mengundang orang bijak itu ke rumahnya dan menyiapkan hidangan makanan yang lezat untuknya. Asinan bawang putih pun tidak lupa dihidangkan sebagai menu pelengkap.

Setelah itu menteri menemui Khalifah dan berkata, “Lelaki yang seolah-olah bijak dan Anda anggap sebagai sahabat serta sering menemui Anda, selalu berbicara buruk tentang Anda saat keluar dari istana. Ia juga berkata bahwa mulut Anda bau.”

Khalifah terdiam dan terkejut mendengar pengaduan menterinya. Kemudian Khalifah memerintahkan salah seorang pengawal istana untuk memanggil orang bijak itu.

Tak lama kemudian orang bijak itu pun datang. Ketika berjabat tangan dengan Khalifah, ia menutup mulutnya. “Rupanya benar perkataan menteri, ilmuwan ini benar-benar menganggap mulutku bau,” pikir Khalifah.

Khalifah sangat marah dan menulis surat untuk pengawalnya.

Orang bijak itu duduk dan sebagaimana biasanya di akhir percakapannya dia berkata, “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan. Sedangkan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.”

Setelah merasa waktu berkunjungnya sudah cukup, si bijak kemudian pamit kepada Khalifah. Khalifah berkata, “Bawalah surat ini dan serahkanlah kepada Fulan.”

Surat itu berisi, “Jika sampai kepadamu pembawa surat ini, bunuhlah dia.”

Orang bijak tadi keluar membawa surat Khalifah. Di tengah jalan ia dihadang oleh menteri dan bertanya, “Apa yang kamu bawa?”

“Surat Khalifah untuk Fulan. Surat ini beliau tulis dengan tangannya sendiri. Biasanya beliau tidak pernah menulis surat sendiri, kecuali dalam urusan pembagian hadiah,” jawab sang bijak.

Menteri menjadi semakin hasud dan dengki. “Berikanlah surat itu kepadaku. Aku akan memberimu 2000 dirham jika engkau menyerahkan surat itu kepadaku. Biarlah aku yang menyampaikannya,” pintanya.

Orang bijak itu pun menyerahkan surat itu kepada menteri. Menteri menerimanya dengan senang hati. Setelah sampai di tempat tujuan, ia menyerahkan surat itu kepada pengawal.

“Masuklah ke sini! Khalifah menyuruhku untuk membunuhmu,” kata pengawal.

“Yang dimaksud bukan aku, coba tunggulah sebentar, biar kujelaskan,” kata menteri dengan gemetaran.

“Perintah Khalifah tidak bisa ditunda,” kata pengawal.

Keesokan harinya, orang bijak itu datang sebagaimana biasa dan berkata, “Orang yang berbuat baik akan mendapat balasan. Sedangkan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya.”

Khalifah heran melihatnya masih hidup dan bertanya, “Apakah engkau tidak menyerahkan surat yang aku berikan kepadamu untuk pengawalku?”

Sang bijak pun menceritakan bahwa menteri telah membantunya melaksanakan tugas itu, bahkan memberinya hadiah sejumlah uang.

“Aku ingin bertanya sesuatu, jawablah dengan jujur! Apakah engkau pernah mengatakan kepada menteri bahwa mulutku bau dan mengganggumu?” tanya Khalifah.

“Tidak,” jawab orang bijak.

Khalifah semakin heran dan berkata, “Kenapa kemarin engkau menutup hidung dan menghindariku?”

Orang bijak itu lalu menjelaskan semua yang telah terjadi, “Kemarin menteri mengundangku ke rumahnya dan menghidangkan makanan lezat, di antaranya acar bawang. Ketika aku menemui Anda, aku menutup mulut agar Anda tidak mencium bau tidak sedap dari mulutku. Setelah keluar dari sini, menteri menemuiku dan menanyakan titipan Anda.”

Setelah mendengar penuturannya, Khalifah pun mengerti bahwa menterinya ternyata dengki kepada orang bijak yang telah menjadi sahabatnya. “Benar ucapanmu, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan dan orang yang berbuat buruk, cukup keburukan itu sebagai balasannya,” ucap Khalifah.

Kedengkian di hati orang dapat membunuh dirinya sendiri.

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Berhati-hatilah dari sifat dengki! Karena sifat dengki akan memakan (melenyapkan) amal kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”

Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata, “Asal mula kekafiran ada tiga: Ketamakan, kesombongan dan rasa hasud (dengki).”

No comments

LEAVE A COMMENT