Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Pendidikan Agama Anak di Keluarga Menurut AlQuran (Bagian 1)

Keluarga merupakan pilar utama yang membentuk dan menentukan karakter serta kepribadian individu. Dengan bantuan keluarga setiap orang dapat mengukir masa depan yang cerah. Sebaliknya kerusakan seseorang dimulai dari abainya keluarga terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan. Dalam hal ini, pendidikan agama di keluarga memiliki peran penting yang tak dapat dipungkiri.

Urgensi pendidikan agama berdiri pada prinsip utama keselarasan antara agama dengan fitrah manusia. Hal ini telah terbukti dengan kecenderungan manusia terhadap agama dan mazhab sepanjang catatan sejarahnya. Dengan segala perubahan yang terjadi, agama tetap hadir diantara mereka sebagai kekuatan internal. Bahkan dalam keadaan tersulit pada fase kehidupan anak manusia, agama tetap dipegang tanpa paksaan dari siapapun. Agama tetap dianut meski tidak ada peran penguasa dan pemerintah dalam hal itu.

Pentingnya pendidikan agama juga diperkuat dengan adanya hubungan timbal balik antara pendidikan agama dengan penyebarannya di masyarakat. Pada akhirnya pendidikan agama di keluarga akan memberi pola terhadap keber-agama-an sebuah masyarakat. (Baca: Hilangnya Keluarga Natural pada Sebuah Masyarakat)

Mengkritisi fenomena umat beragama yang kita saksikan hari ini di Indonesia, mengapa sebagian orang beragama menjadi latah dan pemarah? Ketika agama menyerukan pada cinta dan perdamaian, bagaimana bisa seorang yang disebut tokoh agama menyeru kepada intoleransi dan terorisme? Benarkah penyebaran dan pendidikan agama itu jika ia malah menimbulkan ancaman dan ketidakharmonisan antara pemeluknya di masyarakat?

Padahal Islam sebagai agama yang sempurna dalam semua aspek meletakkan dasar keberhasilan dan kebahagiaan manusia pada pendidikan agama. Islam menuntun seluruh pengikutnya dalam jalan tersebut dan mendorong agar berupaya meraih kesuksesan. Perspektif Islam terhadap pendidikan agama diturunkan serta dijelaskan dalam bentuk serangkaian kewajiban dan hak antara orangtua dan anak.

Mengapa harus dilakukan pendidikan agama di keluarga?

Lingkungan yang kondusif  bagi pendidikan agama yang benar akan tercipta jika orangtua fokus terhadap tanggung jawab besar ini. Pada kondisi ini ayah dan ibu  menyadari kewajiban dan hak yang sudah ditentukan di keluarga. Akan terjadi hubungan yang akrab antara orang tua dengan anak. Orang tua yang menjadi model atas ucapan dan perilaku terpuji di keluarga akan mengantarkan anak pada pendidikan yang layak. Dengan jalan inilah orang tua melaksanakan titah Ilahiah sekaligus menjalankan tugasnya di masyarakat berkaitan dengan anak. (Baca: Bagaimana Menghadapi Anak Balita yang Sering Mengamuk?)

Kadang terlihat kecilnya peluang untuk melangsungkan pendidikan agama di keluarga. Hal ini menyebabkan terjadinya penyimpangan pemahaman dan praktek ajaran agama pada anak. Pengaruh dan akibat penyimpangan ini segera terlihat dan menjadi masalah dalam waktu yang singkat. Menjadi catatan bahwa semakin jauh jarak antara waktu pendidikan dan agama maka akan semakin sulit pula penanggulangannya. Karena itu, pendidikan agama hendaknya dilakukan sedini mungkin di keluarga tanpa harus menunggu masuknya anak pada sistem pendidikan formal.

Bagaimana peran keluarga dalam pendidikan menurut AlQuran?

Orangtua merupakan orang pertama yang menjadi model dan teladan bagi anak. Interaksi anak dengan orangtua berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadiannya. Dalam proses pembentukan kepribadian anak, orang tua merupakan faktor bawaan yang mewariskan berbagai gen sekaligus menjadi faktor lingkungan.

Selain dua faktor tersebut di atas, AlQuran dan riwayat juga mengisyaratkan fitrah sebagai faktor ke tiga. Pengaruh faktor genetik disebutkan dalam AlQuran melalui lisan suci Nabi Nuh as:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا

إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (AlQuran QS Nuh: 26 & 27)

Poin dari ayat tersebut di atas tidak hanya menyebutkan pentingnya faktor bawaan. Ayat ini bahkan menyebutkan pengaruh bawaan dan lingkungan secara bersamaan. Dapat dipahami bahwa pentingnya pengaruh genetik sama seperti pentingnya faktor lingkungan. Nabi Nuh as menyampaikan kepada Tuhannya bahwa jika kaum kafir ini masih tertinggal di bumi, mereka akan menyebabkan hamba-Nya tersesat. Mereka juga akan mempersembahkan generasi kafir dan pelaku maksiat bagi peradaban manusia. Kondisi ini merupakan hasil kolaborasi dari faktor lingkungan dan genetik.  Sebagaimana diketahui bahwa kekafiran bukan sepenuhnya bawaan sejak lahir. Secara genetis dan hasil dari pengaruh lingkungan kaum Nabi Nuh as hanya mereproduksi kekafiran dan kemaksiatan. Kaum Nabi Nuh as kafir secara turun temurun selama beberapa generasi dan cahaya fitrah pada diri mereka pun telah padam. Lingkungan saat itu sangat rusak dan membawa manusia pada kesesatan. Sedemikian parahnya keadaan mereka hingga tak ada lagi harapan untuk meraih hidayah dan perbaikan. (Baca: Peran Orangtua Mencegah Perundungan Anak)

Orangtua dapat melakukan pendidikan dengan menggunakan dua metode yaitu: secara langsung dan tidak langsung. Anak menjadikan orangtua sebagai teladan, karena itu perilaku anak dibentuk oleh perilaku orangtuanya. Dengan demikian, mengingatkan urusan agama mestilah berawal dari pola perilaku orang tua. Sehingga ketika anak mengikuti pola interaksi orangtuanya, tidak terjadi kontradiksi dengan hal yang berkaitan dengan etika. Metode pendidikan dalam AlQuran secara khusus dapat kita saksikan dalam kisah-kisah para nabi. Metode pendidikan secasra langsung antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, dan debat. Sedangkan metode pendidikan tidak langsung dapat dilakukan dengan cara: menyaksikan, kisah dan cerita, membandingkan dan peribahasa. Pembahasan berikutnya akan membahas ayat-ayat AlQuran yang berkaitan dengan metode pendidikan secara langsung dan tidak langsung.

Bersambung…

Baca: “Hukum Memukul Anak

 

No comments

LEAVE A COMMENT