Suara rintihan lelaki itu semakin kuat dan meninggi. Ia menangis tersedu-sedu sambil menyeru, “Ya Allah! Selamatkan aku dari api neraka!”
Lelaki yang saat itu berada di sebelahnya berkata, “Sepertinya engkau sudah tidak layak mendapat siksaan lagi. Engkau tidak memiliki tangan dan kaki, bahkan engkau buta, lalu kenapa engkau menangis ketakutan dan memohon supaya dibebaskan dari api neraka?”
Dengan nada lirih, lelaki itu menjawab, “Aku berada di Karbala saat Husain putera Ali a.s. terbunuh dan dibantai. Aku melihat beliau a.s. mengenakan ikat pinggang dan celana yang cukup berharga. Ketika melihatnya aku sangat tertarik dan tidak ada lagi yang bisa diambil dari beliau kecuali dua hal itu. Maka keserakahanku mendorongku untuk mengambilnya. (Baca: Syiah adalah Pembunuh Al-Husain a.s. – Desas-desus Sejarah)
Aku pun mendekati jasad Husain yang lemah dan berlumuran darah. Saat aku ingin melepaskan ikat pinggangnya, Husain menggerakkan tangan kanannya, berusaha memegang sabuknya dengan kuat. Aku pun menarik paksa ikat pinggang itu, namun Husain tetap tidak mau melepaskannya.
Keserakahan telah membutakan hatiku, maka aku pun memotong tangan kanan beliau. Husein a.s. tidak menyerah dan memegang ikat pinggangnya dengan tangan kirinya. Aku pun memotong tangan kirinya.
Ketika aku hendak melepaskan ikat pinggang itu, tiba-tiba terdengar suara yang amat menakutkan diiringi dengan gempa.
Aku sangat ketakutan dan meninggalkan jasad Husain. Malam itu aku tidur di tempat tersebut di dekat pada syuhada yang tercincang tanpa kepala.
Karena kelelahan, aku pun tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi, aku melihat Nabi Muhammad saw. bersama Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah a.s. Puteri Rasulullah menangis dan memeluk kepala putera tercintanya, Husain seraya berkata, “Putraku, mereka telah membunuhmu. Semoga Allah swt membunuh mereka yang telah menganiaya dan menyiksamu.” (Baca: Dari Manakah Informasi Tragedi Asyura?)
Aku mendengar Husain berkata, “Ibu, Syimir ibnu Jausyan telah membunuhku dan orang yang sedang tidur di sana, dialah yang memotong kedua tanganku.”
Sayyidah Fatimah a.s. menoleh ke arahku dan berkata, “Semoga Allah swt memotong kaki dan tanganmu, membutakan kedua matamu, dan memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam.”
Aku terbangun dengan ketakutan yang luar biasa. Keringatku mengucur deras. Apa yang terjadi, kenapa semua menjadi gelap? Di mana aku? Kenapa aku tidak bisa melihat apapun? Tubuhku terhuyung-huyung, aku tidak bisa mengendalikannya, ada apa ini? Aku yakin ini hanya mimpi buruk… (Baca: Pola Bani Umayah dalam Menyesatkan Umat)
Ooh tidak, tubuhku benar-benar basah. Aku bisa merasakannya… Ini bukan mimpi. Mataku kini menjadi buta, tangan, dan kakiku buntung. Air mataku terus mengalir… tidak kusangka mimpi itu menjadi kenyataan.
Doa Sayyidah Fatimah a.s. dalam mimpiku telah terkabul. Sejak saat itu, setiap hari aku menangis dan memohon kepada Allah swt untuk membebaskan aku dari siksa api neraka karena di akhir doa, Sayyidah Fatimah a.s. mengatakan, “Masukkan ia ke dalam api neraka.”
Nah Adik-adik, semoga kita semua bisa senantiasa menjaga perasaan Ibunda, Ayahanda dan Datuk Imam Husain a.s. karena hingga kini pun hati Ahlul Bait a.s. masih dapat terluka bila menyaksikan para pengikutnya melakukan perbuatan tercela atau memiliki akhlak buruk. Hal yang dapat membahagiakan Ahlul Bait a.s. adalah berakhlak dengan akhlak mereka dan mengamalkan ajaran mereka.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad
[*]
Baca: “Manajemen Kepemimpinan dalam Islam“