Mencegah dan menahan diri dari perbuatan dosa adalah jalan terbaik untuk mencapai penyucian jiwa. Seseorang yang tidak pernah terkotori oleh dosa dan memiliki kesalehan serta kesucian asli tentu jauh lebih mulia daripada seorang pendosa yang bertobat setelah melakukan dosa. Orang yang belum pernah merasakan kenikmatan
Di dalam kitab Madinah Balaghah karya Syeikh Musa Zanjani meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw berpidato di hadapan para sahabatnya ketika datang Ramadan mengenai keistimewaan beramal di bulan ini. Berikut kami ringkaskan pidato panjang tersebut dalam beberapa poin:
Bulan Ramadan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Hujurat: 1)
Tujuan turunnya ayat ini adalah untuk menegakkan disiplin moral di dalam prinsip-prinsip Islam dalam diri setiap orang-orang yang beriman. Ayat ini berfungsi
Salah satu manfaat praktis dari mengenal diri adalah memungkinkan seseorang berkenalan akrab dengan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakat pribadinya. Ini amat membantu bagi seseorang dalam kehidupannya dan dapat mencegahnya, misalnya, dari memilih bidang studi atau pekerjaan yang secara inheren tidak sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang Tuhan anugerahkan kepadanya.
Tetapi,
Dalam bahasa Arab, mengenal diri disebut sebagai ma'rifatun-nafs atau pengetahuan tentang diri kita. Ma'rifatun-nafs bukanlah pengetahuan yang berhubungan dengan nama diri, nama ayah, atau tempat dan tanggal kelahiran. Pengenalan diri berurusan dengan suatu aspek lain dari wujud kita. Ia tidak berhubungan dengan pengertian fisik, melainkan
Ketika Imam Ali bin Abi Thalib a.s. menjabat sebagai khalifah keempat umat Islam beliau menerapkan aturan yang sangat ketat kepada semua pejabatnya. Dokumentasi surat-suratnya kepada para gubernurnya yang berisi nasihat amat masyhur. Di antaranya beliau mengirim surat kepada gubernurnya di Basrah, Utsman bin Hunaif al-Anshari,
Terjemah ayat 1 - 9
(1) Demi langit yang mempunyai gugusan bintang. (2) Demi hari yang dijanjikan (3) dan demi yang menyaksikan dan yang disaksikan. (4) Binasalah ashhabul ukhdud (5) yang berapi dengan kayu bakar yang menyala (6) Ketika mereka duduk di sekitarnya (7) sambil menyaksikan