Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Takfiri Zaman Kini

Sebuah kalimat yang diklaim sebagai hadis Nabi (saw): “لقد جئناكم بالذبح” (“Sungguh kami datang kepada kalian dengan penyembelihan”). Apa yang bisa dipahami dari perkataan ini yang dinisbatkan kepada Rasulullah?

Tidaklah mungkin kiranya Nabi Muhammad diutus Allah swt kepada umat manusia, membawa tugas menyembelih atau membantai mereka yang menentang beliau sekalipun. Lalu, dimana keluasan sisi “rahmatan lil âlamin” yang menjadi alasan diutusnya beliau saw?

Terlepas dari konteksnya, mungkin dzibh yang dimaksud bahwa salah satu ajaran yang dibawa Rasulullah saw adalah penyembelihan hewan yang halal dimakan, dan cara syarinya. Akan tetapi, penulis Shinaatu at-Tawahusy, at-Takfir wa al-Gharb membenturkan perkataan tersebut dengan hadis Nabi saw yang populer, “انما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق” (“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”). (Baca: Yang Salafi Jangan Cela yang Sufi)

Maksudnya bahwa jauh sekali kalimat itu terlontar dari lisan rahmat Nabi Muhammad saw yang senantiasa mengasihi umatnya, umat yang selalu dalam perhatian Rasulullah dari sejak awal hingga akhir hayat beliau. Selain itu, Alquran menyerukan umat manusia agar mereka berfikir dan menggunakan akal sehat di dalam beragama.

Gerakan Teroris atas Nama Islam

Hadis di atas dijadikan pembenaran bagi gerakan-gerakan teroris atas nama Islam, seperti ISIS, yang di dalam dakwahnya membangun kekuasaan kekhilafahan dengan cara membantai siapapun dan muslimin yang tak sepaham dengan mereka. Hal ini, pertama menggugurkan dialog keagamaan, rasionalitas, prioritas perdamaian dan konsep kemanusiaan. Kedua, mengembalikan hukum jahiliyah dan kekuasaan politik yang tercatat dalam sejarah.

Di tanah air tercinta ini, telah ada gerakan semacam itu. Eksistensinya ditandai dengan ledakan-ledakan bom bunuh diri di tempat-tempat khalayak umum. Mereka menyerukan jihad! Akidah mereka tak beda dengan pendiri Wahabisme, Ibnu Abdulwahab yang disebutkan dalam sejarahnya menjalin kesepakatan dengan Ibnu Saud yang ambisius kekuasaan. Kemudian ajaran ini dengan dukungan kerajaan -karena menguntungkan pihaknya- berkembang melalui slogan tauhid dan seruan jihad. (Baca: Fatwa Seputar Kafir)

DR Muhammad Mahmud Murtadha, penulis buku itu setelah membawakan perkataan tersebut, mengatakan: Kepentingan Wahabisme dengan takfirinya terselubung di balik seruan berbaju Islam. Berdiri dengan dukungan musuh-musuh Islam; mendengus tubuh dan ide keislaman dalam mengadakan kerusakan, perpecahan, fanatisme dan eksterimisme… Jika demikian, dan bahwa persatuan dan kesatuan Islam merupakan tuntutan tauhid, maka dengan kepentingan yang terselubung itu Wahabisme bertentangan dengan pilar Islam yang fundamental, yaitu tauhid!

Ia mengungkapkan: Wahabisme dari sejak awal kemunculannya menjadi alat di tangan Barat.

Dua Pengantar dari Ulama Syiah

Dua ulama besar Syiah, Ayatullah Makarim Syirazi dan Ayatullah Jafar Subhani, memberikan pengantar atas buku yang berjudul Fatawa-e Jarayanha-e Takfiri dar Jawaze Qatle Musalman karya Sayed Muhammad Yazdani. Buku yang ditulis atas amanat Kongres Internasional Kasus-kasus Ekstrimis dalam Pandangan Ulama ini, memprotes fatwa-fatwa yang membolehkan membunuh seorang atau kelompok muslim yang dikafirkan oleh para mufti takfiri.

Pengantar pertama, di dalam buku tersebut Ayatullah Uzhma Makarim Syirazi selaku ketua kongres, mengungkapkan bahwa: Peristiwa-peristiwa menyakitkan dan menyulitkan, fitnah-fitnah mengerikan yang muncul di zaman kita kini, sumbernya ada dua:

1-Persekongkolan musuh-musuh eksternal Islam.

2-Kerjasama kaum munafik (musuh-musuh internal Islam).

Salah satu fitnah yang paling membahayakan itu adalah fitnah kaum takfiri dan ekstrimis. Dari mereka terbentuk sebuah kelompok bernama “داعش” (baca “Da’esy), singkatan dari “الدولة الاسلامية في العراق والشام” atau yang disebut dengan ISIS, singkatan dari Islamic State of Iraq and Syiria atau Negara Islam Irak dan Syam (Suriah) dan kelompok-kelompok semacamnya. (Baca: Agama Hanya Kedok, Tujuan Mereka adalah Dunia)

Adalah tugas ulama mencerabut akar-akar takfirisme yang menyimpang ini dengan logika yang benar, dan mencegah para pemuda dari kecondongan pada pemikiran batil ini.

Pengantar kedua, Ayatullah Uzhma Jafar Subhani selaku sekretaris divisi ilmu, mengawali penjelasan tentang iman dan kufur. Di dalamnya beliau menegaskan bahwa: siapapun atau kelompok manapun yang mengucapkan kalimat lâ ilâha illallâh muhammadur rasûlullâh, telah masuk ke dalam rumah Islam dan keluar dari lingkaran kufur.

Setelah itu beliau mengungkapkan:

Di zaman kini, sekelompok radikal dan jahil mengira bahwa Islam dan iman itu hanya untuk mereka saja. Bagi mereka, hanya kelompok minoritas (yaitu diri mereka sajalah) yang beriman, dan selain mereka adalah kafir dan halal darahnya.”

[*]

Baca: Munajat Taubat

No comments

LEAVE A COMMENT