Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
HomeView All Posts (Page 251)

View All Posts

Sering kita dapati penjelasan tentang agama, bahwa agama terdiri dari dasar-dasar (ushuluddin) dan cabang-cabangnya (furu’uddin). Bagian yang pertama terkait masalah-masalah keyakinan, dan bagian yang kedua terkait masalah-masalah pengamalan. Mengenai perbedaan antara dua bagian tersebut, ada satu penjelasan dengan pendekatan perbuatan -dan sudah tentu ada penjelasan-penjelasan yang

Dari catatan sebelumnya terlihat bahwa setinggi apapun jenjang keruhanian yang dicapai manusia dia tetap berhadapan dengan godaan hawa nafsu dan resiko ketergelinciran. Karena itu manusia harus selalu mewaspadai resiko tersebut dan mendapatkan tips untuk mengantisipasinya. Tips itu ialah sebagai berikut; Pertama, senantiasa meratap dan mengemis kepada

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَيْسَ لِقَضَائِهِ دَافِعٌ، وَ لاَ لِعَطَائِهِ مَانِعٌ، وَ لاَ كَصُنْعِهِ صُنْعُ صَانِعٍ، وَ هُوَ الْجَوَادُ الْوَاسِعُ فَطَرَ Segala puji bagi Allah yang tiada seorangpun dapat menolak ketentuan-Nya, mencegah pemberian-Nya, dan tak ada seorangpun dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya. Dialah Allah yang maha pemurah menciptakan أَجْنَاسَ

KlarifikasiSyi’ah berkeyakinan bahwa Imamah / kepemimpinan setelah kepergian Rasulullah Saw termasuk dalam Ushuluddin dan termasuk hal primer dalam agama. Hanya pertanyaannya kalau memang demikian, mengapa nama para pemimpin sejati ini tidak ada yang disebut dalam kitab suci al-Quran? Tidakkah lebih baik nama-nama itu disebut sehingga mencegah terjadi konflik di antara umat? Tidakkah Allah Maha Kasih dan Sayang terhadap para hamba-Nya?

Berdasarkan tafsir riwai ada sekitar 300 ayat di dalam al-Quran yang berkaitan dengan Imam Ali as akan tetapi tidak ada satupun dari kasus-kasus tersebut yang menyebut nama beliau secara gamblang.[1]

Berikut ini beberapa alasan singkat tentang hal ini:

  1. Kekhawatiran terjadinya tahrif Quran. Al-Quran harus terjaga dari segala bentuk tahrif dan perubahan, karena dia diturunkan untuk semua masa. Hal-hal yang dapat memicu tahrif harus dihilangkan. Tak terkecuali penyebutan nama para imam di dalamnya. Pasti akan membuat sebagian menuduh Nabi Saw telah mentahrif, atau mengatakan ayat ini untuk kepentingan keluarganya dan yang lebih parahnya lagi mereka akan mentahrif sendiri. Salah satu buktinya, Quran yang dikumpulkan oleh Imam Ali as tidak mereka terima dan lebih memilih yang dikumpulkan oleh yang lain.[2] Padahal semua sudah tahu keutamaan dan ketakwaan beliau.