Banyak bentuk pemerintahan yang berlaku di dunia ini, di antaranya: monarki konstitusional dan absolut; republik presidental dan parlementer, dan pemerintahan teokratis. Dari sini beberapa soal yang perlu dikaji, ialah:
1-Pemerintahan yang diterima oleh Islam di antara semua bentuk pemerintahan yang ada.
2-Atau Islam telah menentukan bentuk pemerintahan yang khas, yang berbeda dengan semua bentuk pemerintahan tersebut.
Keadilan, Nilai yang Harus Dijaga
3-Atau bentuk pemerintahan yang manapun, Islam telah menetapkan serangkaian nilai dan parameter yang harus diperhatikan di dalam setiap bentuk pemerintahan di setiap zaman. Misalnya ia mengatakan, pemerintahan harus menjaga keadilan. Untuk pelaksanaanya, mengikuti situasi-kondisi zaman dan wilayah tertentu. Jadi, apapun bentuk pemerintahannya tidaklah penting. Karena yang terpenting ialah menjaga nilai-nilai dan keadilan salah satunya. (Baca sebelumnya: Agama dan Pemerintahan-1)
Di sebagian pemerintahan, kebijakan dan tugas pemerintah sangat terbatas. Yakni, tugasnya hanya terkait urusan-urusan tertentu dan wewenangnya terkait keamanan sistem saja. Sedangkan semua urusan selain itu ada di tangan rakyat. Kebalikan dari sebagian pemerintahan lainnya, kebijakan pemerintah sangat luas dan tugas dan tanggung jawabnya berat, yang tak dapat dipikul oleh rakyat. Dengan alasan, sudah menjadi hak mereka untuk menuntut tugas-tugas itu dilaksanakan oleh pemerintah.
Kebijakan-kebijakan dan tugas-tugas yang ditentukan Islam, tentunya imbang atau adil. Tidaklah benar sebuah tugas diletakkan di pundak satu orang, langkah-langkah yang harus dia prioritas dan kebijakan-kebijakan yang harus dia ambil untuk pelaksanaan tugasnya, tidak diserahkan kepadanya.
Menentukan Kadar Keislaman
4-Pemerintahan-pemerintahan masa awal Islam, yakni di masa Rasulullah saw; di masa Amirul mukminin Ali as dan Imam Hasan Mujtaba as serta khulafa’ur rasyidin; juga di zaman Umayyah dan Abbasiah serta lainnya, mereka memerintah di negeri-negeri Islam.
Semuanya disebut sebagai pemerintahan Islam. Di antaranya, merupakan pemerintahan yang mensifati Islam sepenuhnya. Sebagiannya tidak demikian, tetapi membawa hal kurang lebih atau sedikit dan banyak kekurangan mengenai sifat keislamannya. Dengan kata lain, tiap-tiap pemerintahan Islam tersebut seberapa besar kadar islaminya? (Baca: Manusia Iman)
Pengkajian ini menjadi penting, melihat bahwa di sepanjang sejarah negara-negara keislaman selalu tergolong minoritas. Hal mengejar kekuasaan dan keunggulan, kezaliman, umumnya menjadi sumber fitnah-fitnah. Di sisi lain, kehidupan manusia semakin berorientasi, dan tatanan masyarakat atas rumusan-rumusan dan ilmu pengetahuan yang terkait semakin berkembang, menjadikan pengkajian ini semakin ilmiah dan atas kaidah-kaidah yang lebih terperinci.
Pasca perang dunia kedua, para tokoh dunia sampai pada kesimpulan bahwa di dunia terdapat dua kutub kekuatan; kapitalisme di Barat dan komunisme di Timur. Dengan kemenangan-kemenangan yang diraih dari perang, mereka berusaha memindai kekuatan mereka di semua negara. Mereka tidak akan memberi kesempatan bagi kekuatan lain berkibar benderanya dan melebar sayapnya.
Di sini lain, di sepanjang sejarah, orang-orang yang menegakkan panji di hadapan kaum perusak yang mengundang fitnah dan bencana itu, adalah nabi-nabi dan para pengikut mereka. Kaum agamawan inilah yang menolak sama sekali berada di bawah penindasan para penindas. Oleh karena itu, di mata mereka kaum penindas setiap nabi dan pengikutnya, adalah musuh mereka. Namun, pasca perang dunia kedua dan masa sesudahnya gereja tampil sebagai kekuatan agama di Eropa, fenomena atau sikap itu hilang dari peredaran.
Gerakan dan Pemerintahan Islami di Iran
Orang-orang tak lagi berfikir, di dunia ini tak ada lagi kekuatan selain dua kekuatan tersebut. Hingga pada tiga dekade akhir, mereka tercengang menyaksikan sebuah gerakan di Iran di tengah semua kekuatan itu. Mulanya mereka pikir, itu seperti gerakan-gerakan lainnya yang pro keislaman, rentan keruntuhan dan mudah dijatuhkan. Namun kemudian mereka berfikir, gerakan itu berbeda dari yang lainnya. (Baca: Ma’rifatullah Asas Kemanusiaan)
Alhasil, di dalam kebangkitan Islam di Iran adalah sebuah kekuatan yang tak bergantung pada dua blok Timur dan Barat, dan tidak menggunakan cara-cara seperti kudeta dan tindakan paksa serta kekerasan secara militer, mampu menekuk Barat dan membentuk pemerintahan islami di Iran.
Sebagaimana pengalaman-pengalaman pahit yang dihadapi kaum agamawan di sepanjang sejarah, pemerintahan islami ini menghadapi berbagai macam aktifitas (kontra) dan persekongkolan. Dimulai dengan perseteruan dan pertikaian internal, dengan harapan, jalan menuju kudeta yang memenuhi kepentingan-kepentingan Barat, terbuka lebar. Namun kekuatan rakyat lebih besar dari gerakan kelompok-kelompok yang merugikan revolusi keislaman Iran.
Setelah itu, pemboikotan ekonomi yang diterapkan dan propaganda-propaganda dunia anti Iran yang disebarkan oleh mereka, serta perang delapan tahun (dengan Irak), dengan semua cara inipun mereka gagal menaklukkan negara Islami ini.[*]
Referensi:
Nazariye Siyasi-e Islam/Ayatullah Syaikh Misbah Yazdi
Baca juga: Ahlul Bait Nabi saw., Penjaga Ajaran Islam