Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Bahayanya Membicarakan Seseorang Dari Belakang

…dan janganlah kalian memburuk-burukkan orang di belakang punggungnya. Apakah kalian suka memakan daging saudara kalian sendiri? Maka bertakwalah, sesungguhnya Allah Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.(QS. al-Hujurat: 12)

Pada ayat ini disebutkan salah satu perilaku terburuk, yaitu membicarakan keburukan orang lain di belakangnya. Sikap destruktif ini dinyatakan sebagai kegiatan yang sangat tercela, dan Al-Qur’an menggunakan perbandingan yang tidak pernah digunakan sebelumnya, yaitu membicarakan orang lain di belakang mereka sama seperti memakan mayat saudara sendiri.

Perbuatan teramat hina yang mungkin dilakukan orang kepada orang lain adalah memakan daging orang mati, lebih hina lagi apabila seseorang melakukannya terhadap saudaranya sendiri dan yang lebih buruk lagi adalah jika menyakiti saudaranya dengan memakan dagingnya. Aksi ini sangat tercela dan terkutuk dan hanya sedikit orang yang akan melakukan hal ini.

Mengapa menjelek-jelekkan orang di belakang punggungnya dan membicarakan-keburukan orang di belakang sama dengan memakan mayatnya? Karena masing-masing perbuatan menghancurkan kehormatan dan kemuliaan orang yang menjadi korban. Keburukan perbuatan ini terbagi rata di antara dua orang yang membicarakan dan mendengarkan dikategorikan sebagai orang yang menyerang orang lemah.

Baca: 6 Kebiasaan Buruk yang Menjadi Sumber Perpecahan di Tengah Umat Islam 

Orang yang memakan daging saudaranya sendiri dan orang yang mendengarkan pembicaraan buruk tentang orang lain berarti membantu menyakiti orang yang tidak hadir dalam pembicaraan itu dan tidak bisa membela dirinya. Kemudian menyerang orang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dinyatakan sebagai tindakan memalukan. Dengan kata lain Al-Qur’an menggambarkan perumpamaan bahwa orang yang membicarakan orang lain di belakang mereka sama dengan orang yang memakan daging saudaranya sendiri.

Empat poin berikut menjadi pertimbangan atas perumpamaan tersebut:

  1. Saudara seagama sama dengan saudara biologis
  2. Kehormatan dan kemuliaan seseorang sama sepertidaging (fisik) seseorang.
  3. Mengucapkan kata-kata buruk tentang seseorang dibelakang mereka dan merusak karakter seseorang atau menghina kehormatannya sama dengan memakan daging orang itu.
  4. Karena korban tidak ada dan tidak bisa membela dirinya sendiri dari serangan para pengecut yang membicarakan keburukannya, diumpamakan dirinya telah mati dan mengalami serangan itu dalam keadaan tidak bisa mempertahankan diri.

Untuk menjelaskan poin keempat, Ali bin Abi Thalib a.s. merujuk orang yang menusuk orang dari belakang dan membicarakan keburukan orang lain pada perbuatan lemah dan rendah karena menyerang orang yang tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri. Beliau menyampaikan: Menusuk orang dari belakang sama halnya dengan berkelahi dengan orang yang tidak mampu mempertahankan dirinya sendiri.(Ghurar al-Hikam, hal. 36)

Motivasi yang Mendukung Perbuatan Menusuk dari Belakang

Salah satu alasan dan motivasi seseorang menusuk dari belakang adalah dengki dan iri hati yang membuatnya membicarakan keburukan orang lain. Posisi dan status seseorang yang lebih dari dirinya mengecewakan dirinya, dan melalui perbuatannya dia berharap dapat merendahkan martabat orang itu.

Dalam ceramahnya kepada Mufaddhal bin Umar, Imam Jakfar Shadiq a.s. merujuk pada motivasi ini dengan menyatakan: “Seseorang yang membicarakan keburukan saudaranya, berharap dengan perbuatannya tersebut mampu merendahkan martabat seseorang dan harga diri mereka. Allah Swt akan mencabut perlindungan-Nya dari orang itu dan digantikan dengan perlindungan setan.” (Al-Mahajjah al-Baydha, 5/155)

Dalam hadis ini Imam Jafar Shadiq menyebutkan salah satu motif di balik perbuatan rendah itu adalah rasa dengki dan iri hati atas status seseorang yang lebih tinggi dalam masyarakat. Bagaimanapun kadang-kadang amarah, kebanggaan dan kecongkakan juga membuat seseorang bersikap negatif.

Baca: Jauhi Ta’tsim, Hindari Berburuk Sangka

Dalam hadis lain disebutkan paling pertama bahwa kecemburuan dan kemarahan membuat seseorang melakukan perbuatan itu. Ini karena atribut cemburu dan amarah merupakan dua alasan dan motif yang membuat seseorang membicarakan orang lain di belakang mereka, seperti pernyataan berikut ini: Janganlah kamu dengki/iri pada satu sama lain, dan jangan menciptakan kebencian antara satu dengan yang lain, dan jadilah hamba Allah, bersaudaralah antara satu dengan yang lain.(Al-Mahajjah al-Baydha, 5/251)

Membicarakan keburukan orang lain di belakang memiliki banyak konsekuensi negatif yang berhubungan dengan individu juga masyarakat. Dalam hubungannya dengan individu, membicarakan seseorang dari belakang digambarkan sebagai pengrusakan ikatan persaudaraan Islam. Pengrusakan apalagi yang lebih buruk ketika seseorang menginjak-injak harga diri dan karakter sesama muslim dan tidak ada sesuatu yang bisa memperbaikinya.

Konsekuensi berikut yang memengaruhi seluruh masyarakat sebagai akibat dari membicarakan orang lain dan bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan merendahkan orang lain dan membicarakan hal-hal buruk di belakang mereka, meliputi:

  1. Masyarakat yang terkontaminasi dengan perbuatan membicarakan orang di belakang takkan pernah bisa melihat kesepakatan dan kesatuan, dan takkan pernah tercipta kedekatan dan cinta di antara anggotanya. Kemanusiaannyatakkan pernah matang dan mereka akan sulit merasakan cinta dan kasih sayang.
  2. Kerja sama dengan tujuan mencapai tujuan suci di masyarakat hanya dapat diwujudkan dengan rasa percaya diri dan kepercayaan antara anggota masyarakat, itu tak dapat diwujudkan dalam masyarakat yang membiarkan perilaku buruk itu. Masyarakat yang sering berbicara terbuka akan tahu urusan sebagian anggota masyarakat yang sembunyi-sembunyi membicarakan urusan orang lain, sehingga tatanan masyarakat yang sebelumnya memiliki rasa saling percaya dan opini positif akan hancur.
  3. Membicarakan keburukan seseorang di belakangmerupakan perbuatan yang mampu menyalakan api kebencian dan permusuhan. Orang yang telah dibicarakan keburukannya dan tersebar rahasianya sehingga banyak orang tahu keburukan ataupun rahasia pribadinya akan merasa sangat kecewa dan ingin segera membalas dendam.
  4. Mengungkap tabir yang menyelubungi dosa dan pelanggaran seseorang akan berakibat dilakukannya perbuatan dan pelanggaran itu secara terbuka di masa depan, karena kemuliaan dan kehormatan seseorang pada umumnya mencegah seseorang untuk melakukan dosa. Jika seseorang melakukan dosa, dia akan melakukannya ditempat tertutup di mana tak seorang pun mampu melihatnya dan tanpa perlu merasa takut terlihat orang. Karenanya jika membicarakan keburukan orang di belakang berarti kita memindahkan tabir yang menyelubungi rahasia mereka, dan dengan melakukannya berarti kita menghancurkan karakter dan kehormatannya. Dengan demikian tak seorang pun bisa menjamin mereka takkan melakukan dosa secara terbuka karena tabir rahasia mereka telah terbuka.

Sehubungan dengan rasa takut hilang kehormatan dan kemuliaan, banyak orang menghentikan diri dari berbuat dosa, dan jika tabir dosa -yang merupakan nilai spiritual paling berharga- terampas karena pembicaraan dan cemoohan yang tersiar di belakang, maka tidak ada lagi penghalang yang bisa menahan dirinya dari berbuat dosa. Selanjutnya bukan hanya orang yang menyebar aib orang lain yang semakin berani untuk terus menyebarkan keburukan orang, tetapi mereka yang menjadi pendengar dan berkeyakinan lemah pun dapat melakukan dosa ini atau dosa lainnya.

*Disarikan dari buku karya Ayatullah Jakfar Subhani – Tadarus Akhlak, Daras Etika dalam Surat al-Hujurat

No comments

LEAVE A COMMENT