Melalui analisa riwayat yang ada pada sumber-sumber Ahlu Sunah maka kita temukan beragam pendapat perihal puasa pada hari Asyura. Sebagian riwayat menegaskannya[1], namun sebagian lagi tidak memerintahkan secara jelas.[2] Misalnya, dalam kitab Shahih Muslim, Kitab ash Shaum yang diriwayatkan dari sahabat mulia Ibn Mas’ud disebutkan bahwa ”sebelum ditetapkannya hukum puasa Ramadhan, mereka berpuasa pada hari Asyura, namun setelahnya, mereka meninggalkan puasa Asyura.” Di sisi lain, di sebagian riwayat dinyatakan bahwa kaum Jahiliah berpuasa pada hari Asyura, lalu Nabi saw mengikuti mereka dan berpuasa.[3] Dan di sebagian riwayat lagi disebutkan bahwa Nabi saw tidak mengetahui keutamaan puasa Asyura, dan setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau belajar dari orang-orang Yahudi dan mengamalkan puasa tersebut.[4] Di sebagian riwayat ditegaskan bahwa kaum Yahudi mengagungkannya dan menjadikan hari Asyura sebagai hari raya serta wanita-wanita mereka berhias dan berdandan.[5]
Menurut penuturan riwayat ahlul bait, pada hari Asyura tidak dianjurkan puasa. Oleh karena itu, sebagian besar Syiah memfatwakan bahwa berpuasa di hari Asyura hukumnya makruh.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
“سئل الامام الرضا (ع) عن صوم یوم عاشورا، قال: عن صوم ابن مرجانه تسالنی ذلک یوم صامه الادعیاء من آل زیاد لقتل الحسین
Imam Ridha ditanya tentang puasa pada hari Asyura lalu beliau menjawab: Apakah Anda bertanya kepadaku tentang puasanya putra Marjanah? Puasa Asyura adalah puasanya orang-orang yang tidak suci dari keluarga Ziyad. Mereka berpuasa sebagai ungkapan kegembiraan karena berhasil membunuh Husain.[6]
Dalam riwayat lain, beliau menegaskan bahwa puasa Asyura bukanlah hari untuk puasa,namun hari untuk kesedihan dan musibah yang dialami dan dirasakan oleh penduduk langit dan bumi serta seluruh kaum mukmin. Dan hari Asyura adalah hari kegembiraan dan kebahagiaan bagi putra Marjanah dan keluarga Ziyad serta penduduk neraka.[7]
Oleh karena itu, para imam ahlul bait memberikan tausiah kepada para pengikutnya supaya mereka tidak berpuasa di hari Asyura karena Bani Umayah hanyut dalam kegembiraan sehingga mereka berpuasa di hari ini. Berdasarkan hal ini, mayoritas Syiah mengeluarkan fatwa makruh perihal puasa di hari Asyura.
[1] صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاء، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“ Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu “. (Muslim : 2746).
[2] قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبْ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَأَنَا صَائِمٌ فَمَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ )
Rosulullah SAW bersabda : “Ini (10 Muharrom) adalah hari ‘Asyuro dan Allah tidak mewajibkan puasa atas kalian dan sekarang aku berpuasa, maka siapa yang mau silahkan berpuasa dan siapa yang tidak mau silahkan berbuka (tidak berpuasa) “ (Bukhori :1899 dan Muslim : 2653)
[3] Shahih Bukhari, Kitab Shaum, 1794.
وفي رواية : ” كان يوم عاشوراء تصومه قريش في الجاهلية، وكان رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم يصومه في الجاهلية، فلما قدم المدينة صامه، وأمر بصيامه، فلما فرض رمضان ترك يوم عاشوراء، فمن شاء صامه، ومن شاء تركه” .
Kaum Quraisy berpuasa Asyura pada zaman Jahiliah. Rasul saw berpuasa pada zaman Jahiliah namun ketika beliau datang ke Madinah, beliau tetap berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa .Tapi ketika turun perintah puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa hari Asyura.Maka siapa saja bisa berpuasa dan siapa saja bisa tidak berpuasa di hari itu.
أخرجه البخاري (4/244) (ح2001) ، (2002) ، ومسلم (1125) ، وأبو داود (2/326) (ح2442)، والترمذي (2/118) (ح753) ، ومالك في “الموطأ” (1/299) ، وأحمد (6/29، 50، 162) ، وابن خزيمة (2080).
[4] Shahih Bukhari, Kitab Shaum, 19000.
وعن عبد اللَّه بن عباس رضي اللَّه عنهما قال: ” قدم رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم المدينة فرأى اليهود تصوم يوم عاشوراء، فقال: ما هذا؟ قالوا: هذا يوم صالح، نجّى اللَّه فيه موسى وبني إسرائيل من عدوهم، فصامه، فقال: أنا أحق بموسى منكم فصامه وأمر بصيامه” .
وفي رواية: ” فصامه موسى شكراً، فنحن نصومه” .
وفي رواية أخرى: ” فنحن نصومه تعظيماً له” .
Artinya: Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang ke Madinah lalu beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Kemudian beliau berkata: Puasa apa ini? Mereka menjawab: ini hari yang baik. Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil di hari ini dari musuh mereka. Lalu Nabi saw bersabda: Aku lebih berhak untuk menghargai Musa daripada kalian. Beliau pun berpuasa dan memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Dalam redaksi riwayat lain dikatakan bahwa Musa berpuasa sebagai bentuk syukur, lalu kami pun berpuasa. Dan di sebagian riwayat disebutkan: Kami berpuasa untuk mengagungkannya.
أخرجه البخاري (4/244) ح(2004) ، ومسلم (1130)، وأبو داود (2/426) (ح2444) ، وابن ماجه (1/552) ح(1734) ، والبيهقي (4/286).وأخرجه أحمد (2/359) من حديث أبي هريرة وزاد: “وهذا يوم استوت فيه السفينة على الجودي” وإسناده ضعيف، في إسناده عبدالصمد بن حبيب وهو ضعيف، وحبيب بن عبدالله وهو مجهول .
قال ابن كثير في تفسيره (2/448) – بعد أن أورده من هذا الوجه – : “وهذا حديث غريب من هذا الوجه”
[5] وعن أبي موسى الأشعري رضي اللَّه عنه قال: “كان يوم عاشوراء يوماً تعظّمه اليهود، وتتخذه عيداً، فقال رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم : “صوموه أنتم” .
Abi Musa al-Asyari meriwayatkan: Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan dijadikannya sebagai hari raya. Rasulullah saw bersabda: Berpuasalah kalian di hari itu.
وفي رواية لمسلم: ” كان أهل خيبر يصومون يوم عاشوراء، يتخذونه عيداً، ويلبسون نساءهم فيه حليهم وشارتهم، فقال رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم : فصوموه أنتم”.
Dalam riwayat Muslim disebutkan: Penduduk Khaibar berpuasa pada hari Asyura dan mereka menjadikannya hari raya dan wanita-wanita mereka menggunakan perhiasan dan pakaian yang indah. Lalu Rasul saw bersabda: berpuasalah kalian di hari itu.
أخرجه البخاري (4/244) (ح2005) ، ومسلم (1131).
قال النووي: ” الشارة بالشين المعجمة بلا همز، وهي الهيئة الحسنة والجمال، أي يلبسونهم لباسهم الحسن الجميل” . شرح مسلم (8/10).
Imam Nawawi mengatakan: as-syarah adalah penampilan yang menarik dan cantik.Yakni mereka menggunakan pakaian yang indah dan bagus.
[6] At Tahdzib: 4/301.
[7] Harus disebutkan juga bahwa Bani Umayah tidak cukup hanya berpuasa di hari Asyura atas terbunuhnya Imam Husain, bahkan mereka memerintahkan supaya masjid-masjid diperbaiki dan dibersihkan. Silakan baca kitab Hamasah Husaini,Syahid Muthahari,jilid 1,hal. 122-123.
Kesimpulan
Baik madrasah Ahlu sunah maupun madrasah ahlul bait sama-sama menghormati bulan Muharam. Hanya saja caranya berbeda: Ahlu Sunah membolehkan puasa Asyura, sedangkan Syiah tidak membolehkannya, dan kedua-duanya berpegangan dengan dalil masing-masing. Kita tidak perlu persoalkan mereka yang berpuasa atau yang tidak berpuasa, karena yang perlu ditanyakan adalah mereka yang tidak memuliakan bulan yang mulia ini dan tidak mengapresiasi perjuangan Imam Husain. Sebab, Sayidina Husain adalah sosok sahabat, plus ahlul bait yang kesalehan dan ketakwaannya diakui baik oleh Ahlu Sunah maupun Syiah, dan siapapun yang di hatinya ada tanda keimanan pasti akan mencintai beliau, karena beliau—sebagaimana sabda nabi saw—penghulu pemuda surga.
Abu Murtaja