Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Hujjah Kebangkitan Imam Husein Melawan Kezaliman Yazid dan Bani Umayah

Berkenaan dengan Tragedi Karbala, pertanyaan utama yang kerap muncul di antaranya adalah: mengapa Imam Husein a.s. bersikeras bangkit melawan Yazid, meski banyak pihak memintanya lebih memilih berbaiat kepada penguasa zalim itu daripada harus melawannya?

Jawaban atas pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Al-Husein saat dihadapkan pada desakan gubernur Madinah yang memintanya untuk berbaiat. Al-Husein tegas mengatakan: “Orang sepertiku tidak akan membaiat orang seperti Yazid.”

Begitupun ketika salah seorang pemuka Arab meminta Al-Husein agar membatalkan perjalanannya menuju Kufah (Irak), berusaha memperingatkan risiko kematian di depan mata, putra Haidar itu justru menjawab, “Risiko ini bukan tidak jelas bagiku, hanya saja mereka tidak akan membiarkanku, ke manapun aku pergi dan di manapun aku berada, mereka akan membunuhku.” (Baca: Haul Akbar Sayyidina Husain pada Tanggal 10 Muharram)

Lebih dari itu, ketika pada malam hari keluar dari Madinah, Al-Husein menyampaikan hadis yang diterimanya dari datuknya Rasulullah SAW dalam mimpinya: “Sesungguhnya Allah menghendaki (yakni, dalam rangka taklif) bahwa aku akan dibunuh”.

Pernyataan senada, juga tak hentinya beliau sampaikan dalam khotbahnya saat bergerak dari Mekah untuk menjawab keinginan orang-orang agar beliau mengurungkan niatnya menuju Kufah.

Untuk menjawab pertanyaan utama: mengapa Imam Husein a.s demikian kukuh dengan pendiriannya? Mungkin kita mesti berupaya memahami posisi beliau sebagai Imam pelanjut Imam Hasan a.s. yang di pundaknya teremban beragam tanggung jawab agama dan kewajiban sosial selaku pemimipin umat.

Dari sudut pandang ini, insya Allah kita akan mulai paham bahwa semua faktor inilah yang sejatinya telah mendorong beliau lebih memilih untuk mengorbankan dirinya ketimbang harus tunduk terhina di hadapan kekuasan Bani Umayah dan penguasa zalim seperti Yazid. (Baca: Pesan Damai dalam Kebangkitan Imam Husein AS)

Apa saja hujjah dan faktor-faktor pendorong kebangkitan Al-Husein melawan Yazid? Berikut ini 18 di antaranya.

Pertama: Menunaikan Tanggung Jawab Agama

Kewajiban agama yang diemban oleh Imam Husein a.s. menuntut dirinya untuk bangkit menghadapi kekuasaan Bani Umayah yang telah mengobrak-abrik syariat Allah, melanggar perjanjian, dan menentang sunah Rasulullah SAW.

Kedua: Menunaikan Tanggung Jawab Sosial

Imam Husein a.s. memiliki tanggung jawab sosial di hadapan umat yang dizalimi dan di bawah tekanan Bani Umayah. Dialah yang paling utama untuk memelihara umat dan melawan kezaliman yang terjadi di tengah masyarakat.

Imam Husein a.s. bangkit dengan memikul tanggung jawab yang besar ini, melaksanakan risalah sebagai amanat dengan penuh keikhlasan, dan mengorbankan dirinya, keluarganya dan para sahabatnya demi menegakkan keadilan Islam dan hukum-hukum Al-Qur’an.

Ketiga: Menegakkan Bukti Otoritas (Hujjah)

Imam Husein a.s. menegakkan hujjah dengan memproklamirkan jihad dan perlawanan menghadapi tirani dan gerakan anti-tuhan.

Surat-surat dukungan dan pelbagai utusan dari warga Kufah bertubi-tubi datang kepada Imam Husein a.s. Jika Imam tidak menjawab surat permohonan mereka untuk menyelamatkan mereka dari kezaliman dan tirani Bani Umayah, niscaya Imam akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.

Keempat: Memelihara Kemurnian Islam

Di antara sebab utama yang melatarbelakangi kebangkitan Imam Husein a.s., adalah memelihara Islam dari bahaya laten kekuasaan Bani Umayah yang berupaya untuk menghapus Islam dan mencerabut Islam dari akar-akarnya.

Yazid secara terang-terangan telah menunjukkan kekufuran dan anti-tuhan dengan kalimatnya, “(Bani) Hasyim telah mempermainkan kekuasaan ini. Sejatinya tidak pernah ada kabar langit yang datang maupun wahyu yang turun.”

Puisi ini telah mengungkap akidah jahiliah yang diimani Yazid. Dia sama sekali tidak beriman dengan wahyu apalagi Al-Qur’an, pembawa risalah wahyu, Muhammad apalagi keluarganya, terlebih surga atau pun neraka.

Kelima: Menjaga Kesejatian Khilafah Kenabian

Hal yang mendorong Imam Husein a.s. melakukan kebangkitan juga untuk menyucikan konsep khilafah Islam dari Bani Umayah yang telah merampasnya secara batil. Khilafah dalam pandangan Bani Umayah tidak seperti yang diinginkan oleh Islam, yaitu untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh manusia dan menumpas segala sebab kemunduran dan kerusakan di muka bumi.

Imam Husein a.s. memandang bahwa status khilafah yang dibangun datuknya, Rasulullah SAW, telah digantikan oleh para pemabuk dan hamba syahwat. Karena itu, Imam Husein a.s. bangkit untuk mengembalikan khilafah Islam kepada maknanya yang sejati, beresensi cemerlang dan bertujuan mulia.

Keenam: Membebaskan Umat dari Belenggu dan Tipu Daya

Umat Islam di masa Mu’awiyah dan Yazid tidak memiliki kebebasan. Mereka terbelenggu oleh aturan ketat yang penuh tipu daya. (Baca: Skeptisisme terhadap Keyakinan pada Imam Mahdi)

Imam Husein a.s. menerjang medan laga seraya mengorbankan dirinya untuk mendidik kaum Muslimin tentang semangat kemuliaan dan keagungan. Syahidnya Imam Husein a.s. di Karbala adalah titik balik yang mengubah sejarah kehidupan kaum Muslimin.

Ketujuh: Menyelamatkan Ekonomi Umat

Terpuruknya ekonomi umat yang merupakan urat nadi kehidupan sosial dan individu juga menjadi salah satu sebab yang mendorong kebangkitan Imam Husein a.s.

Bani Umayah telah menyalahgunakan harta Baitul Mal. Mu’awiyah rupanya telah mengumumkan kepada kaum Muslimin bahwa Baitul Mal adalah harta Allah, bukan lagi harta kaum Muslimin, sehingga dia merasa lebih berhak atasnya. Karena itu, Imam Husein a.s. bangkit untuk menyelamatkan ekonomi umat dan memperbaiki ketimpangan sosial yang terjadi.

Kedelapan: Melepaskan Umat dari Penindasan Sosial

Di setiap jengkal tanah Islam telah terjadi penindasan. Imam Husein a.s. menerjang medan laga demi membuka jalan kemuliaan dan keagungan kaum Muslimin.

Kesembilan: Membebaskan Muslim Syiah dari Keterpurukan

Operasi penindasan yang dilakukan Bani Umayah terhadap Muslim Syiah juga melatarbelakangi kebangkitan Imam Husein a.s. Beliau bangkit untuk menyelamatkan mereka dari keterpurukan yang berkelanjutan.

Kesepuluh: Melawan Upaya Penghapusan Nama Ahlulbait a.s. dari Tengah Umat

Salah satu sebab utama yang mendorong Imam Husein a.s. bangkit adalah penguasa Bani Umayah telah berupaya keras dalam menghapuskan Ahlulbait a.s. dari ingatan umat Islam dan mencerabut jejak-jejak dan keteladanan Ahlulbait a.s. dari sejarah Islam. Mu’awiyah telah menggunakan metode yang paling buruk dalam memuluskan upaya mereka, seperti memerintahkan para khatib Jumat untuk melaknat Imam Ali bin Abi Thalib a.s. di atas mimbar-mimbar mereka.

Imam Husein a.s. merasa hanya kematian yang dapat membayarnya sehingga dia tidak lagi mendengar caci maki atas ayahnya a.s. di atas mimbar dan menara.

Kesebelas: Menentang Upaya Penghancuran Nilai-nilai Islam

Bani Umayah telah menghancurkan nilai-nilai Islam, sehingga nilai-nilai tersebut hilang dari kehidupan masyarakat Islam.

Kedua belas: Menumpas Kerusakan Moral Masyarakat

Moral masyarakat Islam di bawah kendali Bani Umayah telah merosot. Hal ini meliputi seluruh nilai-nilai Islam. Imam Husein a.s. bangkit untuk menumpas kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat.

Ketiga belas: Mempertahankan Hak-Hak Utama yang Dirampas

Perjuangan Imam Husein a.s. adalah untuk mempertahankan hak-haknya yang dipermaikan dan dirampas oleh Bani Umayah. Hak yang paling utama adalah khilafah, karena Imam Husein a.s. adalah satu-satunya khalifah yang sesuai dengan perjanjian damai antara Imam Hasan a.s. dan Mu’awiyah. Perjanjian ini pun telah dilanggar oleh Mu’awiyah sendiri sebelum wafatnya dengan cara mewasiatkan khalifah untuk putranya, Yazid. Oleh karena itu, membaiat Yazid bertentangan dengan syariat Islam. (Baca: Berziarah ke Karbala Lebih Utama dari Berhaji ke Makkah?)

Imam Husein a.s. tidak bangkit untuk melawan pemimpin kaum Muslimin sebagaimana dipahami oleh pendukung Bani Umayah bahwa Imam Husein a.s. bangkit untuk merampas kekhalifahan dari Yazid.

Keempat belas: Menegakkan Amar Makruf (Menyeru kepada Kebajikan)

Salah satu sebab paling otoritatif yang mendorong Imam Husein a.s. untuk melakukan kebangkitan adalah menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Keduanya adalah sendi-sendi agama Islam. Imam Husein a.s. adalah yang paling utama dalam melakukannya. (Baca: Syair yang Membubarkan Pesta Arak)

Imam Husein a.s. telah menyampaikan hal ini kepada saudaranya, Muhammad bin al-Hanafiyah, “Aku tidak keluar sebagai orang yang angkuh atau sombong; tidak pula sebagai penindas dan perusak. Namun, aku hanyalah bangkit untuk menuntut perbaikan umat datukku. Aku hendak menyeru kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar.”

Kelima belas: Menghentikan Meluasnya Bid’ah 

Penguasa Bani Umayah telah menyebarkan pelbagai bid’ah dalam ajaran Islam yang bertujuan menghapus, merusak dan mengalahkan Islam.

Imam Husein a.s. mengisyaratkan hal ini dalam suratnya kepada penduduk Basrah, “Karena sunah telah dihapuskan dan bid’ah justru dihidupkan.”

Imam Husein a.s. bangkit untuk melenyapkan bid’ah jahiliyah yang disemai Bani Umayah, menghidupkan kembali ajaran datuknya Rasulullah SAW yang telah mereka hapuskan dan menyebarkan panji Islam.

Keenam belas: Menunaikan Perintah Nabi

Rasulullah SAW telah mewanti-wanti bahaya yang membinasakan jika Islam jatuh ke tangan Bani Umayah. Untuk memperbarui risalah dan mengabadikan prinsip-prinsip Islam hanyalah dapat diwujudkan dengan jalan pengorbanan putranya, Al-Husein a.s. sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan kepadanya untuk mengorbankan dirinya. (Baca: Bolehkah Melukai Diri dalam Peringatan Imam Husein as ?)

Imam Husein a.s. menyampaikan pesan Rasulullah SAW tersebut saat perjalanan dari Madinah menuju Kufah, “Rasulullah Saw memerintahkanku dan aku pun melaksanakannya.”

Ketujuh belas: Mempertahankan Kemuliaan dan Keagungan

Salah satu sebab terkuat yang mendorong Imam Husein a.s. untuk melakukan kebangkitan adalah demi kemuliaan dan keagungan. Bani Umayah bermaksud menghina dan menundukkan Imam Husein a.s. dengan memaksanya membaiat Yazid, namun beliau a.s. menampiknya agar hidup mulia. Imam Husein a.s. menyampaikannya di hari Asyura, “Ketahuilah bahwa seorang jalang putra jalang telah menyudutkanku dengan dua pilihan, kematian atau kehinaan. Sungguh kami pantang hina! Allah dan Rasul-Nya telah melarang hal itu atas kami. Jejiwa mulia dan para pemilik kehormatan pantang taat kepada kaum durjana dan memilih mati mulia.”

Kedelapan belas: Membongkar Rencana Bani Umayah untuk Membunuh Imam Husein a.s.

Imam Husein a.s. meyakini bahwa Bani Umayah tidak akan membiarkannya hidup sekalipun beliau berdamai dan membaiat mereka. Imam Husein a.s. menegaskannya kepada saudaranya Muhammad bin al-Hanafiyah, “Seandainya aku masuk ke lubang landak, niscaya mereka akan mengeluarkanku bahkan membunuhku.”

Karena itu, Imam Husein a.s. memilih untuk mengangkat senjata dan mati mulia demi mengguncangkan singgasana Bani Umayah dan mengalahkan keangkuhan dan tirani mereka.

Itulah di antara hujjah dan faktor-faktor pendorong utama kebangkitan Imam Husein a.s dalam melawan kezaliman Yazid dan Bani Umayah.

Dan demikianlah Sayyidus-Syuhada Al-Husein telah mengambil keputusan tepat menolak tunduk kepada Yazid dengan risiko kematiannya. Beliau mengutamakan kematian daripada kehidupan dunia. (Baca: Sang Alim yang Syahid Muda)

Rangkaian kejadian yang menyusul setelahnya membuktikan tepatnya keputusan beliau tersebut. Karena, kesyahidannya yang berlangsung dalam kondisi paling menggetirkan rasa dan dengan cara yang begitu keji, menandaskan ketertindasan dan keberpihakan Ahlulbait Nabi pada kebenaran.

Sejarah mencatat, sepanjang dua belas tahun pascakesyahidannya, berbagai kebangkitan dan perlawanan yang dihadapi penumpasan berdarah datang beruntun, silih berganti.

Sampai  akhirnya, rumah kenabian itulah -yang tidak ada orang mengetuk pintunya semasa hidup Al-Husein- menjadi relatif tenang pada masa Imam Muhammad Baqir as, dan mulai kembali dihampiri banjir para pengikut dan pencinta dari berbagai penjuru dunia.

Sejak saat itu, jumlah pengikut Ahlulbait dari hari ke hari terus membesar, menebarkan kebenaran dan kegemilangan mereka di banyak negeri. Semua itu berawal dari kebenaran sekaligus kemazluman Ahlulbait yang dipelopori oleh kebangkitan Imam Al-Husein a.s. (Baca: Imbauan Dewan Syura: ASYURA DAN POLITIK BERSIH)

Kini, memperbandingkan kondisi Ahlulbait Nabi SAW dan kadar kepercayaan kepada mereka pada masa hidup Al-Husein dengan kondisi pascakesyahidannya sepanjang empat belas abad yang terus segar dan mengakar kian dalam dari tahun ke tahun, menyingkapkan kebenaran dan ketepatan keputusan beliau.

Capaian gemilang ini mampu diraih, sebagaimana terungkap dalam bait syair yang beliau rangkai –menurut sebagian riwayat- yang mengisyaratkan hal tersebut:

Penyelesaian kami bukanlah kekerdilan 

Melainkan cita-cita kami

Dan keunggulan umat setelah kami

Wallahu ‘a’lam bish shawab.[*]

Baca: “Jelang Genosida Karbala

 

No comments

LEAVE A COMMENT