Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kepemimpinan Imam Ali Zainul Abidin (1)

Abdullah bin Utbah menyampaikan: “Pernah saya menemui Imam Husein (as), saat itu (putranya) Ali bin Husein masuk, lalu saya bertanya, “Bila tiba ajal Anda, kepada siapakah saya harus merujuk?”

Imam Husein menjawab, “Kepada putraku ini! Ia dan ayahnya adalah dua orang imam.” (Itsbat al-Hudat 5/215)

Sayed Murtadha dalam kitab “Uyun al-Mu’jizat” menerangkan bahwa para perawi hadis menukil tentang wasiat Imam Husein kepada putranya, Ali bin Husein as, seraya berkata: “Dialah imam sesudahku!”(Itsbat al-Hudat 5/216)

Banyak riwayat yang menerangkan tentang kepemimpinan umat bagi Imam Ali Sajjad sesudah ayahnya, Abu Abdillah al-Husein as. Di antaranya:

1-Fudhail bin Yasar meriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir as: “Ketika Imam Husein hendak pergi ke Irak, beliau menitip surat wasiat, kitab-kitab dan lainnya kepada Ummu Salamah isteri Rasulullah saw, seraya berpesan, “Bila nanti putra besarku datang kepadamu, serahkan amanat ini kepadanya.” Kemudian pasca kesyahidan Imam Husein as, putranya, Ali, pergi menemui Ummu Salamah dan mengambil amanat tersebut. (Itsbat al-Hudat 5/212)

2-Riwayat yang serupa dinukil oleh Abu Bakr Hadhrami dari Imam Shadiq as, bahwa Ali bin Husein as sesampai di Madinah dari Karbala, beliau menerima apa yang telah ayahnya amanatkan kepada Ummu Salamah. (Itsbat al-Hudat 5/212)

3-Selain kepada isteri Rasulullah saw ini, dalam riwayat lain dari Abul Jarud dari Imam Baqir, bahwa Imam Husein as sebelum kesyahidannya juga telah menitip sebuah kitab beserta surat wasiat kepada putrinya, Fatimah, untuk diserahkan kepada putranya, Ali bin Husein as. Imam Baqir as berkata: “Demi Allah, kitab itu kini ada pada kami!”. (Baca: Kisah-kisah Imam Ali Zainal Abidin a.s.: Roti Kering dan Mutiara)

Abul Jarud lalu bertanya, “Tuanku, perkara-perkara apakah yang ada di dalam kitab itu?”

Imam Baqir menjawab, “Apa saja yang diperlukan umat manusia terdapat di dalam kitab ini. Demi Allah, semua hukum Islam ada di dalamnya, termasuk sangsi atas satu goresan luka cakar sekalipun.”(Itsbat al-Hudat 5/213)

Warisan Kepemimpinan Imam Husein as kepada Ali Putranya

Telah diterangkan dalam riwayat-riwayat di atas, bahwa Imam Ali Sajjad as sepeninggal ayahnya, menerima tanda imamah tersebut yang diserahkan kepada dirinya. Setelah Imam Husein as syahid di Karbala pada hari Asyura 61 H, beliau mengemban tugas besar dan amanat yang berat itu. Yaitu kepemimpinan umat sebagai kelanjutan kepemimpinan sang ayah dan kakeknya, Amirul mu`minin Ali bin Abi Thalib as, serta Rasulullah saw.

Ketika itu Ali bin Husein dalam kondisi sangat lemah karena sakit keras, ayahnya, Imam Husein, menyampaikan apa yang disebut dengan “ismul a’zham” serta warisan para nabi kepadanya. Sang ayah juga memberitahunya bahwa ilmu-ilmu, shuhuf dan pedang telah beliau amanatkan kepada Ummu Salamah. (Itsbat al-Hudat 5/216)

Dalam sebuah riwayat, Muhammad bin Muslim bertanya kepada Imam Shadiq as: “Sampai kepada siapakah cincin Imam Husein? Saya dengar bahwa di Karbala cincin beliau terlepas dari tangannya!” (Baca: Doa-doa Kemudahan Rezeki dari Imam Ja’far Shadiq as)

Imam menjawab, “Tidaklah sebagaimana yang mereka katakan itu! Tetapi Imam Husein as berwasiat dan memberikan cincin Imam kepada putranya. Urusan imamah beliau serahkan kepadanya, sebagaimana hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw kepada Amirul mu`minin. Imam Ali as pun melakukan itu kepada putranya, al-Hasan as, yang kemudian Imam Hasan lakukan demikian kepada adiknya, al-Husain as. Sesudah Imam Husein, adalah putranya, Ali bin Husein, kemudian cincin itu sampai kepada ayahku (Imam Muhammad Baqir), dan setelah beliau sampai kepadaku. Setiap hari jumat aku pakai cincin itu di tanganku dan melaksanakan shalat dengannya.”

Ibnu Muslim menceritakan: “Pada hari jumat, saya datang untuk menemui Imam Shadiq as. Saat beliau sedang melaksanakan shalat. Usai shalat, beliau tunjukkan cincinnya dengan menjulurkan tangannya kepada saya. Saya melihat di cincin yang melingkar di tangan mulia beliau, tertulis kalimat “لا إله إلاّ الله عدة للقاء الله”. Ketika itu beliau mengungkapkan, “Ini cincin datukku Abu Abdillah bin Husein as.” (Bihar al-Anwar 46/17)

Kepemimpinan Imam Ali Zainul Abidin

Pengukuhan Imamah bagi Imam Ali Sajjad as

Almarhum ayatullah Ibrahim Amini dalam bukunya, “Olguye Fazilat” membawakan argumen yang diterangkan dalam kitab “Kasyful Ghummah” atas kepemimpinan umat bagi Imam Ali Zainul Abidin as dengan sebagian dalil berikut ini:

Pertama, akal menilai bahwa di masa imamahnya tiada seorangpun yang lebih utama dalam ilmu dan amal. Dengan adanya seorang insan yang paling afdhal ini, selain Imam Ali bin Husein bukanlah imam yang dimaksudkan di sini. (Baca: Imamah – 1)

Kedua, dikukuhkan melalui dalil-dalil naqli dan ‘aqli bahwa keberadaan seorang imam di setiap zaman merupakan keharusan dan kepastian. Tiada satu zaman pun yang tanpa seorang hujjah di atas bumi. Sekiranya ada orang yang mengaku imam -dalam arti tersebut- di masa Imam Ali bin Husein as, takkan memiliki alasan yang kuat dan klaimnya itu batil.

Ketiga, diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah Anshari bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah: “Siapakah para imam dari anak keturunan Ali bin Abi Thalib?”

Beliau menjawab, “Al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemuka para pemuda penghuni surga. Sesudah keduanya ini, Ali bin Husein penghulu para ahli ibadah. Setelah dia kemudian al-Baqir Muhammad bin Ali. Hai Jabir, kamu akan mencapai masa dia (Muhammad Baqir). Maka sampaikanlah salamku kepadanya!..” (Kamaluddin wa Tamamun Ni’mah 1/372)

Baca: “Kepemimpinan Imam Ali Zainul Abidin (2)

 

No comments

LEAVE A COMMENT