Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kisah Perjalanan ke Ghadir

Haidar dan Zahra Saidah telah naik di atas pesawat mesin waktu. Dua bersaudara ini ingin melakukan perjalanan dari abad ke-15 H ke 14 abad yang silam. Mereka berencana kembali ke sebuah masa ketika Nabi saw. maih hidup.

Haidar dan Zahra ingin kembali ke tahun-tahun pertama pemerintahan Islam dan membuat laporan tentang peristiwa Ghadir Khum secara rinci untuk disampaikan kepada anak-anak abad ke-21 M.

Lima, empat, tiga, dua, satu… akhirnya pesawat mesin waktu meluncur dari stasiun pusat kajian penelitian ke masa lampau. Anak-anak yang berada di stasiun satelit itu mengikuti seluruh rangkaian perjalanan dan petualangan yang menarik ini dengan penuh gairah. Mereka senantiasa berkomunikasi dengan dua masa.

Dengan menaiki mesin waktu, Haidar dan Zahra mulai melakukan perjalanan ke tahun 10 H. Saat itu Nabi saw. sedang melalui bulan-bulan terakhir dari kehidupan beliau. Beliau saw. ingin melakukan haji terakhir beliau. (Baca: Amalan Hari Raya Al Ghadir)

Beberapa waktu berlalu, tiba-tiba Haidar mengirimkan pesan dari mesin waktu tersebut ke pusat penelitian, “Assalamu’alaikum, teman-teman! Saat ini aku sedang berada di Makkah dan menyampaikan berita terkini dari tanah wahyu untuk kalian semua. Nabi saw. menyelesaikan manasik haji beliau dan sedang dalam keadaan kembali ke Madinah bersama rombongan-rombongan jamaah haji yang lainnya.”

Haidar melanjutkan, “Dari atas mesin waktu ini, kita dapat menyaksikan rombongan yang jumlahnya sangat banyak sedang berjalan beriringan menuju berbagai tempat asal mereka. Saat ini Nabi saw. sampai di sebuah tempat yang disebut Ghadir. Tempat ini adalah titik berpisahnya rombongan jamaah haji karena masing-masing menuju ke daerahnya sendiri. Tempat ini seperti sebuah perempatan. Di Ghadir terdapat sebuah kubangan air yang sangat jernih dan segar yang selalu dikerumuni jamaah haji.”

Anak-anak yang mengikuti laporan Haidar tidak sabar menanti berita-berita selanjutnya dari Ghadir Khum yang tentunya lebih menarik.

Setelah beberapa waktu berlalu, kini giliran Zahra yang melaporkan dengan penuh semangat, “Saat ini malaikat pembawa wahyu turun kepada Nabi Muhammad saw. dan mewahyukan, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya.”” (Baca: Pola Bani Umayah dalam Menyesatkan Umat)

“Ini adalah QS. Al-Maidah, ayat 67,” sahut Haidar.

Kemudian Zahra meneruskan, “Kini Nabi Muhammad saw. bersabda, “Aku akan berhenti dan menunggu di sini. Jamaah haji yang belum sampai, harus sampai di tempat ini dan rombongan yang telah meninggalkan Ghadir, harus disusul untuk segera kembali ke tempat ini.”

Haidar melaporkan, “Dengan perintah Nabi saw. tersebut, sekitar 120 ribu orang dari kaum muslimin berkumpul di Ghadir. Jumlah perkumpulan ini sangat langka dalam sejarah Islam.”

Anak-anak di seluruh penjuru dunia yang mendengar laporan Haidar dan Zahra masih menyimak dengan seksama. Peristiwa Ghadir Khum ini menjadi sebuah laporan menarik dan sangat penting bagi anak-anak di seluruh penjuru dunia.

Haidar melanjutkan, “Kemudian Nabi Muhammad saw. naik ke atas pelana-pelana yang telah tertata bak tahta. Setelah menyampaikan pujian kepada Allah swt, Nabi saw. memerintahkan Imam Ali a.s. untuk berdiri di sebelah beliau. Kemudian Nabi saw. mengambil tangan Imam Ali dan mengangkatnya di hadapan mata 120 ribu orang sambil berkata, “Wahai umat manusia! Ketahuilah bahwa barangsiapa yang hingga kini menganggapku sebagai wali dan pemimpinnya, maka setelah ini, Ali akan menjadi wali dan pemimpinnya. Perintah ini datang dari Allah bahwa Ali adalah imam dan washi setelahku dan setelah itu akan dilanjutkan oleh imam-imam keturunannya.”” (Baca: Dengan Nama Ali)

Haidar melanjutkan laporannya, “Saat ini Nabi Muhammad saw. menyampaikan doa: “Ya Allah! Cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Ya Allah! Tolonglah orang-orang yang menolong Ali dan hinakanlah musuh-musuhnya.”

Zahra berkata, “Setelah peristiwa itu, semua orang mengucapkan selamat kepada Ali dan bahkan setelah berlalu 3 hari dari kejadian Ghadir Khum, kaum muslimin perempuan dan lelaki secara terpisah hadir ke tempat Ghadir dan berbait kepada Imam Ali a.s.. Kaum muslimin pada hari itu menyalami Imam Ali sambil mengucapkan, “Selamat, selamat! Anda telah menjadi pemimpin kaum muslimin.”

Haidar melanjutkan, “Pada hari ini, semua orang, baik sahabat atau musuh, berbaiat kepada Ali dan menyampaikan ucapan selamat. Orang-orang yang hadir dan menyaksikan peristiwa itu kembali ke tempat masing-masing dan menceritakan peristiwa itu kepada orang-orang yang tidak hadir. Semoga mereka tidak melupakan peristiwa tersebut dan serius mengikuti ucapan Nabi saw., karena Allah swt akan menghancurkan orang-orang yang menyalahi janjinya. (Baca: Konsep Takdir dalam Akidah Syiah)

Dengan memperkenalkan Imam Ali dan para imam dari anak keturunan beliau dan mentaati mereka, maka manusia akan mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan buruk dan tidak akan melenceng atau menyeleweng dari jalan yang telah ditentukan.”

Setelah menyampaikan laporan tentang peristiwa Ghadir, pesawat mesin waktu kembali ke pusat penelitian dan disambut oleh anak-anak yang berada di sana. Kemudian mereka menyelenggarakan acara pesta Peringatan Peristiwa Ghadir Khum dengan meriah.[*]

Baca: Ternyata Wajar Ghadir Khum Dilupakan

No comments

LEAVE A COMMENT