Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tuhan, Manusia, Agama dan Budaya

Oleh: Habib Abdillah Ba’abud

Agama dan Budaya
Secara umum dapat dikatakan bahwa agama adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, sementara budaya adalah sesuatu yang bersumber dari manusia.

Karena berasal dari Tuhan, maka agama menyandang kebenaran absolut dan tak tertandingi, sementara budaya karena bersumber pada manusia yang serba terbatas dalam segala hal, maka berstatus tidak pasti baik dan tidak pasti benar.

Islam Ashil dan Islam Tafsir
Agama sendiri terbagi menjadi dua, yaitu agama yang murni ilahi (ashil) dan agama interpretasi (tafsir).

Agama yang pasti baik dan benar adalah agama yang murni ilahi (ashil) yang dibawa dan dijelaskan langsung oleh para wakil resmi Tuhan. Adapun agama interpretasi, yang merupakan hasil pemahaman serta penyimpulan para ahli agama, tentu tidak pasti baik dan benar.

Baca: Tujuh Zikir Berkhasiat Dunia Akhirat

Ikhtilaf adalah Bukti Ketidaktahuan
Perbedaan, perselisihan dan ikhtilaf di antara para penafsir agama (ulama) menjadi bukti nyata bahwa mereka tidak mempunyai penguasaan serta pemahaman yang sempurna akan sumber-sumber agama. Sebab, bila mereka mempunyai penguasaan serta pemahaman yang sempurna, maka tidak akan ada perselisihan dan beda pendapat di antara mereka.

Oleh sebab itu, agama interpretasi pada hakikatnya berada pada status yang hampir sama dengan budaya, yaitu bersifat tidak pasti baik dan benar.

Tak Ada Paksaan dalam Agama
Tuhan memberikan kebebasan kepada segenap hamba-Nya untuk menentukan pilihan, sebab bila Tuhan memaksa dan menggunakan kekuasaan, maka tidak akan ada perbedaan berkaitan dengan agama.

Kala Tuhan Sang Pencipta memberikan kebebasan untuk memilih bagi umat manusia, maka tidak ada satupun hamba yang berhak untuk memaksakan kehendak atas hamba yang lain.

Baca: Jangan Tanggalkan Pakaian Agama

Tuhan berkehendak agar umat manusia menerima agama berdasar pada pengetahuan, penerimaan serta dalil dan bukti yang memuaskan dan meyakinkan. Oleh sebab itu, Dia mengutus para nabi dan rasul untuk mendakwahkan agama, dan bukan memaksakannya. Karena iman dan keyakinan hanya bisa tercipta lewat pengetahuan, makrifat dan kepuasan pada dalil, bukti dan hujah, bukan melalui pemaksaan.

Sumber Kegaduhan
Kegaduhan terjadi, ketika ada hamba yang tidak memegang kebenaran absolut, lalu memaksakan kehendaknya atas hamba yang lain. Padahal, para wakil resmi Tuhan yang memegang kebenaran absolut saja tidak pernah diperintah untuk memaksakan penerimaan agama.

Kehidupan Ideal
Kehidupan ideal akan tercipta bila umat manusia mau mengikuti dan patuh kepada para wakil resmi Tuhan. Meski pada kenyataannya, sejak zaman Adam as sampai Khatam saw kebanyakan umat manusia tidak patuh dan ingkar.

Baca: Perdamaian dengan Zionis Bertentangan dengan Agama dan Kemanusiaan

Sebuah Solusi
Jika pada suatu masa, tidak ada wakil resmi Tuhan yang diyakini dan diterima secara universal, maka satu-satunya jalan untuk hidup bersama adalah melalui kesepakatan-kesepakatan bersama. Karena bila jalan ini tidak ditempuh, maka yang terjadi adalah perseteruan dan peperangan tanpa henti.

Prinsip Pemimpin Adil
Seluruh agama mempunyai konsep “Wakil Tuhan” dan “Juru Selamat” yang akan datang memenuhi dunia dengan keadilan dan kemakmuran di akhir zaman (mesianisme, mahdawiyah).

Baca: Agama Hanya Kedok, Tujuan Mereka adalah Dunia

Orang-orang menyebutnya “Satrio Piningit”, “Messiah”, “Imam Mahdi” dan sebagainya. Sedangkan Islam mengenalnya sebagai imam dan bukan nabi, karena dia tidak membawa risalah baru melainkan risalah Nabi Muhammad saw.

Hukum Tuhan dan Kesepakatan Manusia
Membangun kesepakatan dan kontrak sosial adalah solusi pada zaman belum datangnya “Sang Juru Selamat (Wakil Resmi Tuhan)”.

Bangsa Indonesia telah mempunyai kesepakatan dan konsensus nasional berupa Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.

Dunia Islam
Pada masa Rasulullah saw, segala persoalan umat dapat dipecahkan dan tidak menimbulkan perbedaan pendapat di tengah umat, karena semua perselisihan akan dirujuk kepada Beliau saw. Namun, situasi dan kondisi berubah dan berbeda pasca Beliau wafat.

Baca: Jangan Pernah Merasa Punya Jasa kepada Agama

Kini, bila kita ingin menerapkan suatu hukum Islam, maka kita harus merujuk kepada ulama. Lalu pertanyaannya, ulama yang mana?

Para ulama sendiri tidak satu pendapat dan berselisih paham dalam banyak hal berkaitan dengan agama sehingga muncul dan berkembang banyak aliran dan pemahaman.

Hal ini disebabkan mereka bukanlah pemegang kebenaran absolut. Mereka hanya melakukan penyimpulan dengan ilmu yang terbatas dan mereka tidak tahu persis maksud ayat dan riwayat.

Mereka selalu mengakhiri kesimpulannya dengan ucapan “Wallahu a’lamu bisshawab” sebagai tanda ketidakpastian.

Agama dan hukum Tuhan memegang kebenaran absolut di zaman Nabi, selaku “Wakil Resmi Tuhan”. Namun ketika dibawa oleh para ulama sudah berubah menjadi interpretasi dalam banyak aliran, mazhab, pemahaman dan sekte.

Baca: Memelihara Agama

Agama interpretasi tak ubahnya seperti budaya yang berstatus tidak pasti baik dan benar. Bahkan tak jarang, ikhtilaf dan perbedaan pendapat di antara para ulama ini berdampak pada saling menyalahkan, saling menyesatkan, saling mengafirkan hingga perang saudara dan pertumpahan darah.

Pemikiran manusia tidak selalu benar dan salah, maka budaya pun ada yang benar dan ada pula yang keliru. Membunuh anak perempuan karena takut tidak bisa memberikan makan adalah salah satu contoh budaya era jahiliyah yang salah dan keliru.

Kita tidak bisa dan tidak berhak memaksakan kebenaran yang kita yakini kepada orang lain. Karena kita bukan “Wakil Resmi Tuhan”, kita bukan pengemban kebenaran absolut. Kita memerlukan kesepakatan-kesepakatan agar dapat hidup bersama.

Kebenaran absolut yang dibawa oleh Nabi saw saja, hanya berlaku bagi orang-orang yang mengimaninya. Namun tidak semua masyarakat Madinah menerima kenabian Muhammad. Karena itu, Rasulullah saw hidup bersama mereka dengan kesepakatan-kesepakatan. Lihatlah Piagam Madinah yang berisi perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak mengimani kenabian Beliau saw.

Kita dapat menyuarakan kebersamaan, toleransi dan saling hormat-menghormati dengan landasan kemanusiaan.

Sebagaimana kata Imam Ali bin Abi Thalib as, “Siagakan hatimu bagi kebaikan, permaafan, kasih sayang, dan kelembutan kepada sesama manusia. Jangan pernah engkau bertindak kepada manusia seperti seekor binatang buas yang memuaskan diri dengan mencabik-cabik mangsanya. Sebab ada dua kategori manusia: yaitu saudara yang seiman denganmu, atau saudara sesama ciptaan Tuhan sepertimu.”

Seluruh agama mempunyai konsep “Wakil Tuhan” yang akan datang memenuhi dunia dengan keadilan dan kemakmuran (mesianisme, mahdawiyah), tapi sebelum zaman itu datang, maka kita tidak mempunyai jalan lain kecuali hidup bersama dengan kesepakatan dan rajutan kebangsaan.

Bangsa Indonesia telah memiliki rajutan serta kesepakatan yang luar biasa, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45.

Semua sila dalam Pancasila adalah esensi serta substansi risalah para nabi dan rasul sepanjang sejarah. Pancasila adalah saripati dari seluruh kitab suci.

Baca: Perbedaan antara Pertukaran Budaya dan Perang Budaya

Para pendiri bangsa ini telah mendermakan jiwa-raga mereka bagi kemerdekaan dan persatuan bangsa, maka jangan robek kesepakatan dan rajutan kebangsaan ini.

Apa pun agama dan kepercayaan kita, mari kita memberikan persembahan terbaik bagi bangsa dan negara kita. “Fastabiqul khairat”, ‘berlombalah dalam kebaikan dan menebar manfaat bagi sesama’. Sebagaimana Nabi mengajarkan, ”Khairunnas anfa’uhum linnas”, ‘sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain’.

Kedatangan “Juru Selamat”
Kedatangan “Juru Selamat” adalah sesuatu yang jelas dan pasti.

Ketika Tuhan berkehendak untuk memunculkannya, maka kemunculannya akan terjadi bersama dengan bukti dan tanda yang sangat jelas. Begitu jelasnya tanda-tanda itu sehingga kita akan mengenalnya seperti kita mengenal anak-anak kita sendiri.

Jadi, seluruh pendakwah palsu mesianisme dan mahdawiyah tidak akan pernah diterima dan akan tertolak dengan sendirinya.

Ketua DPW ABI Provinsi Jawa Timur


No comments

LEAVE A COMMENT