Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

⁠⁠⁠Hawa panas kota Mekah tidak mengurangi kerinduan hamba-hamba Allah swt. untuk mendatanginya. Setiap hari Masjidil Haram tidak pernah kosong dari penziarah, bahkan kadang kala mereka rela berdesakan untuk memasuki dan salat di dalamnya.

Hari itu Masjidil Haram sangat penuh sekali, namun para jemaah tetap berusaha masuk untuk solat dan melakukan ibadah lainnya. Suara pujian dan zikir terdengar dari setiap sudut masjid. Di tengah ribuan bahkan jutaan jemaah, terlihat ada beberapa orang terdiam dan terheran-heran melihat salah satu temannya yang sedang menjalankan ibadah. Ia tidak mengucapkan doa atau munajat apapun. Ia hanya terus berzikir dengan selawat kepada Nabi saw. dan Ahlul Bait a.s.

Saat sai antara bukit Shafa dan Marwah, saat wuquf di Masy’ar dan Arafah atau di Mina, setiap orang memanjatkan doanya masing-masing, ia hanya berselawat kepada Nabi saw. dan Ahlul Bait a.s., “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad”. (Baca: Berbahagialah Para Pencinta Fatimah Az-Zahra a.s.)

Karena penasaran, mereka mendekatinya dan bertanya, “Kita tidak mendengar doa lain yang terucap dari lisanmu selain selawat. Adakah sebab khusus dan rahasianya?”

Ia menjawab, “Beberapa tahun lalu, aku bersama ayahku yang sudah tua berziarah ke Baitullah. Di tengah perjalanan, ia jatuh sakit dan tampak sekarat. Tiba-tiba aku melihat wajahnya berubah gelap dan tampak seperti orang yang menahan siksa.”

Ia melanjutkan, “Dalam kondisi seperti itu, ayah merintih menahan rasa panas dan berkata, “Panas, panas! Aku terbakar!”

Aku heran dan kebingungan. Aku kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Rasa malu juga menyelimuti perasaanku. Aku tidak ingin seorang pun melihat kondisi ayahku. Akupun berlindung kepada Allah swt. dan berdoa dalam hati, “Ya Allah! Bila ayahku meninggal dunia dalam kondisi seperti ini, dimana akan kutaruh wajahku.”

“Tidak lama berselang, perlahan-lahan wajah ayahku berubah seperti semula dan bahkan mulai bercahaya. Aku bahagia melihatnya. Beberapa saat kemudian, ayahku menghembuskan nafasnya yang terakhir sambil tersenyum,” lanjutnya. (Baca: 2 Mukjizat Imam Mahdi a.s.)

“Ya Allah! Berilah petunjuk atas apa yang telah terjadi pada ayahku,” doaku.

Esok malamnya, aku bermimpi melihat ayahku sedang berada dalam kenikmatan yang berlimpah. Aku menanyakan keadaannya, “Wahai ayah, apa yang terjadi padamu?”

Ayah menjawab, “Engkau mengetahui perilaku dan amal perbuatanku sebelumnya. Dengan itu semua, aku pantas mendapatkan siksa dari Allah swt. Akan tetapi, saat malaikat pencabut nyawa mendatangiku dengan kondisi terburuk, tiba-tiba terdengar suara Nabi Muhammad saw. sehingga siksa itu menjauh dariku dan berganti dengan keceriaan dan kegembiraan. Sekarang aku berbahagia karena selawat-selawat yang selalu aku persembahkan kepada beliau saw. dan Ahlul Baitnya a.s.

Inilah hadiah dari Nabi saw. atas selawat yang selalu diucapkan. Maka sejak saat itu, aku memutuskan dengan mantap untuk tidak meninggalkan selawat, karena selawat dapat memberikan syafaat Nabi saw. dan Ahlul Bait a.s.[*]

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad

Baca: “Selamatkan Diri dari Bahaya Hasud

 

No comments

LEAVE A COMMENT