Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Etika Berdoa Menurut Imam Ja’far Shadiq as.

Perhatikanlah etika berdoa. Pikirkanlah kepada siapa kamu menyeru, bagaimana kamu berdoa dan mengapa kamu berdoa. Wujudkan kebesaran Allah dan keagungan-Nya. Tataplah dengan mata hatimu bahwa Dia mengetahui apa yang ada di batinmu dan menyaksikan yang tersembunyi darimu dan apa saja dari kebenaran dan kebatilan yang akan kamu lakukan.

Kenalilah jalan-jalan yang membawamu menuju keselamatan atau kecelakaan, agar kamu tidak  bermohon kepada Allah akan sesuatu yang bisa jadi mencelakakanmu, sedangkan kamu mengira akan membawa keselamatan bagimu.

Allah berfirman, “Manusisa berdoa meminta keburukan seperti doanya meminta kebaikan. Manusia itu suka tergesa-gesa.”(QS.Al-Isrâ [17]:11)

Baca: Pesan Ayah Imam Jafar untuk Hormati Kawan

Renungkanlah apa yang kamu mohon, berapa banyak permohonanmu dan mengapa kamu memohon. Doa itu hendaknya dipanjatkan dengan menghadirkan seluruh anggota tubuh di hadapan Tuhan; dengan hati yang melebur menyaksikan Tuhan; dengan menafikan segala ikhtiar di hadapan keagungan Tuhan; dan dengan menyerahkan semua urusan kepada Allah, baik yang lahir maupun yang batin. Jika kamu belum memenuhi persyaratan dalam berdoa, janganlah kamu menantikan ijabahnya. Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan sesuatu yang paling tersembunyi. Bisa jadi kamu berdoa kepada-Nya dengan sesuatu yang Dia ketahui bertentangan dengan batinmu. Salah seorang sahabat berkata pada sahabat yang lain, “Dengan doa, kamu menunggu turunnya hujan, sementara aku menanti turunnya batu”

Ketahuilah seandainya Allah tidak memerintahkan kita untuk berdoa, Dia tetap akan memberikan jawaban pada kita setelah kita selesai berdoa. Lalu  bagaimana dengan karunia-Nya, mengingat adanya fakta bahwa Dia telah menjamin jawaban itu kepada siapa pun yang memenuhi syarat-syarat dalam berdoa.

Baca: Doa Imam Ja’far as-Shadiq as. di Pagi dan Sore Hari

Rasulullah saw. ditanya tentang “Ism Allah al-A’zham” (nama Allah yang paling agung.) Beliau saw. menjawab, “Setiap nama dari nama-nama Allah itu paling agung.” Kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain-Nya dan berdoalah kepada-Nya dengan nama apa saja yang kamu kehendaki. Pada hakikatnya, Allah tidak memiliki nama yang paling agung dari nama-nama-Nya yang lain, tetapi Dia-lah Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”

Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa yang dipanjatkan dari hati yang lalai.” Apabila salah seorang dari kalian ingin agar doanya diijabah, hendaknya dia memutuskan segala harapan dari manusia seluruhnya, dan dia hanya mengharap dari sisi Allah ‘azza

wa jalla. Jika Allah mengetahui hal itu dari hati hamba-Nya, dia tidak memohon sesuatu pun kepada-Nya, melainkan Dia memberinya.

Bila kamu telah melakukan apa yang telah aku sebutkan padamu dari syarat-syarat berdoa dan kamu telah mengikhlaskan hatimu mengharapkan keridaan-Nya, bergembiralah dengan salah satu dari tiga hal ini, yaitu Dia menyegerakan apa yang kamu mohon, atau Dia menyediakan bagimu sesuatu yang lebih utama darinya, atau Dia memalingkan bencana darimu yang seandainya Dia menurunkannya, niscaya kamu akan celaka.

Nabi saw. bersabda, “Allah. berfirman, ‘Barang siapa yang disibukkan dengan mengingat-Ku dari meminta kepada-Ku, pasti Aku berikan kepadanya yang lebih utama dari apa yang Aku berikan kepada mereka yang meminta.”

Baca: Doa Imam Ja’far a.s. untuk Peziarah al-Husain a.s.

Aku pernah berdoa kepada Allah, Dia mengabulkan doaku, sementara aku telah lupa apa yang aku mohon. Ijabah-Nya dengan menerima hamba-Nya saat dia berdoa itu lebih agung dan lebih besar

dari apa yang diinginkan oleh hamba dari-Nya, walaupun yang diminta itu surga dengan segala kenikmatanya yang abadi. Hal tersebut hanya dapat dipahami oleh mereka yang beramal, yang mencintai, yang arif, pilihan Allah, dan yang terdekat pada-Nya. (Dikutip dari buku Shahifah Shadiqiyah)


No comments

LEAVE A COMMENT