Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kisah-kisah Menarik Imam Jawad a.s. (I)

Imam Jawad a.s. adalah pewaris datuk-datuk beliau dalam akhlak karimah, sifat-sifat mulia, ilmu pengetahuan, zuhud, dan takwa. Beliau adalah sosok yang dikenal oleh semua orang. Seluruh ulama dan cendikiawan pada masanya tunduk di hadapan beliau dalam hal keagamaan dan keilmuan.

Nah adik-adik, mari kita simak kisah-kisah di bawah ini untuk lebih mengenal kepribadian dan keagungan Imam Jawad a.s.:

1- Imamah Imam Jawad a.s. Di Masa Kanak-kanak

Imam Muhammad Jawad a.s. menjadi imam kesembilan saat masih berusia 7 tahun. Orang-orang yang meyakini dan mencintai Ahlul Bait a.s. sepenuh hati menyerahkan urusan terkait itu kepada ketentuan Allah swt. Sementara orang-orang yang lemah iman meragukan imamah beliau sambil bertanya kepada diri sendiri, “Apakah mungkin seorang anak kecil menjadi imam?”

Ulama menjelaskan bahwa kedudukan kenabian dan imamah tidak terkait usia. Nabi Isa a.s. saat masih di buaian ibu telah mendeklarasikan diri sebagai nabi. Meskipun terdapat argumentasi seperti itu, namun tetap saja ada orang-orang yang lambat meyakininya (sebelum menyaksikannya sendiri). Salah satu contohnya adalah Ali bin Hassan yang juga seorang pencinta Ahlul Bait a.s. (Baca: Ahlulbait Adalah Rasulullah, Fatimah, Ali, Hasan dan Husain)

Saat itu, banyak orang mendatangi Imam Jawad a.s. untuk menyampaikan berbagai pertanyaan dan kesulitan yang mereka hadapi. Ali bin Hassan pun berangkat dari Irak menuju ke Madinah. Ia membawa beberapa jenis mainan menarik sebagai hadiah untuk Imam Jawad a.s. yang saat itu masih kanak-kanak.

Ali bin Hassan langsung bergegas mencari Imam Jawad a.s. Namun saat itu beliau a.s. sedang sibuk melakukan pekerjaan di kebun. Ali bin Hasan pun menuju kebun dan melihat pembantu Imam Jawad a.s. Ali bin Hassan meminta izin untuk menemui Imam. Ia ucapkan salam yang kemudian dijawab oleh Imam Jawad a.s.

Dengan penuh penghormatan, Ali bin Hassan mengeluarkan beberapa jenis mainan yang dibawanya dan diletakkan di hadapan beliau a.s. sambil berkata, “Ini adalah sedikit oleh-oleh dari Irak.”

Ali bin Hassan mengira bahwa hadiah-hadiah tersebut akan membawa kegembiraan untuk Imam Jawad a.s., namun beliau a.s. hanya memandangi mainan-mainan itu dan mengembalikannya sambil berkata, “Cukuplah bagiku saat hatimu bersama kami. Allah swt tidak menciptakanku untuk mainan-mainan ini.

Ali bin Hassan sangat malu dengan kejadian ini dan segera memohon maaf kepada Imam.

“Aku telah memaafkanmu,” jawab beliau a.s.

Sedemikian malunya hingga Ali bin Hassan tidak tahu bagaimana harus berpamit dan keluar dari tempat itu. Di hatinya, ia berkata, “Ya Allah! Kesalahan besar telah aku lakukan karena aku menganggap imamku sama seperti anak-anak kecil yang lainnya. Ya Allah, ampunilah aku!”

2- Ilmu Imam

Suatu hari Makmun ingin pergi memancing. Di tengah perjalanan, ia berjumpa dengan Imam Jawad a.s. Lalu Makmun melanjutkan perjalanan hingga sampai di tempat tujuan. Kemudian ia melepaskan burung rajawalinya untuk memburu dan menangkap ikan.

Burung rajawali itu mendapatkan ikan kecil. Lalu Makmun mengambil ikan itu dari paruh burung rajawali dan menggenggamnya. Kemudian Makmun kembali dan bertemu Imam Jawad a.s. lagi.

Saat itu, Makmun bertanya kepada Imam Jawad a.s., “Apakah yang aku genggam di tanganku ini?” (Baca: Doa Sayidah Fathimah Zahra as. untuk Kebutuhan Dunia dan Akhirat)

Imam Jawad a.s. menjawab, “Allah swt menciptakan lautan. Awan yang naik ke atas berasal dari lautan itu. Di dalam lautan itu terdapat berbagai jenis ikan yang terkadang diburu oleh burung-burung rajawali milik para raja. Kemudian para raja itu menggenggamnya untuk menguji anak keturunan Nabi.”

Makmun berkata, “Engkau memang benar-benar putera Ali Ar-Ridha dan pewaris ilmunya. Keajaiban ini tidak mengherankan untuk keluarga ini.”

3- Ketegasan Imam Jawad a.s. Pada Masa Muda

Setahun setelah syahidnya Imam Ridha a.s., suatu hari Makmun datang ke kota Baghdad dan berniat untuk berangkat berburu. Di tengah perjalanan, ia melalui sebuah gang yang saat itu dipenuhi oleh anak-anak yang sedang bermain-main. Imam Jawad a.s. saat itu berusia sekitar 11 tahun dan sedang berdiri di pinggiran tempat itu.

Saat tunggangan Makmun mendekati tempat itu, seluruh anak yang sedang asyik bermain, segera berhamburan. Hanya Imam Jawad a.s. yang tidak bergerak dari tempat berdirinya. (Baca: Makna Islam)

Makmun yang menyaksikan kejadian itu, turun dari tunggangannya dan bertanya, “Wahai anak kecil! Kenapa engkau tidak berlari seperti anak-anak yang lainnya?”

Imam Jawad a.s. dengan tegas langsung menjawab, “Wahai Makmun! Aku tidak membuat jalanmu menjadi sempit hingga aku harus berlari menepi supaya jalanmu terbuka. Aku juga tidak melakukan kesalahan sehingga aku harus takut dan melarikan diri. Aku pun berprasangka baik kepada Khalifah kaum muslimin dan aku tahu bahwa ia tidak akan menyakiti orang yang tidak melakukan kesalahan. Oleh karena itu, aku tidak melarikan diri, namun tetap berada di tempatku semula.”

Makmun terkejut dengan jawaban imam yang penuh perhitungan. Makmun bertanya, “Siapakah namamu?”

“Muhammad,” jawab beliau a.s.

Makmun bertanya kembali, “Putera siapa?”

Beliau menjawab, “Putera Ali bin Musa Ar-Ridha.”

“Dari ucapanmu yang penuh perhitungan, aku mengetahui bahwa engkau bernasab kepada keluarga Nabi saw.,” lanjut Makmun.

Baca Selanjutnya: “Kisah-kisah Menarik Imam Jawad a.s. (II)

 

No comments

LEAVE A COMMENT