Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)

Syiah Tidak Akan Disentuh Api Neraka, meskipun Pendosa, Benarkah?!

Salah satu pertanyaan yang selalu dilontarkan kepada pengikut Syi’ah adalah bagaimana memaknai hadis Imam Shodiq as yang menegaskan Syi’ah beliau tidak akan pernah disentuh api neraka? Apakah para pendosa dari kalangan Syi’ah juga akan menikmatinya?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu mari kita lihat redaksi hadis yang dimaksud. Hadis yang ada di kitab Furu’ Kafi, Juz 3, Kitab Khabaiz  itu menegaskan bahwa  seorang perawi mengatakan kepada Imam, Aku mendengar Anda mengatakan bahwa semua Syi’ah walaupun pendosa sekalipun tidak akan pernah mendekam di neraka? Beliau menjawab, Benar apa yang aku katakan, mereka semua akan masuk surga. Aku berkata: Aku tebusan bagimu, meskipun dosa mereka banyak dan besar?! Beliau bersabda: Iya.Di hari kiamat kalian semua akan masuk surga dengan Syafaat Rasul atau para penggantinya. Justru, sumpah yang aku khawatirkan adalah kondisi kalian di alam Barzakh . Aku bertanya, Apakah alam Barzakh itu? Beliau menjawab, Ia tidak lain adalah alam kubur yang ada dari sejak kematian hingga hari Kiamat.

Dengan memperhatikan riwayat ini, setelah hari kiamat dan proses hisab tidak akan ada Syi’ah yang akan masuk ke neraka; mereka akan disyafaati oleh Rasulullah atau salah satu dari Imam Maksum serta akan mendapat perhatian Allah dan akan selamat.

Sekarang ada dua pertanyaan mendasar yang sampai di benak kita; yang pertama siapakah Syiah itu? Yang kedua apakah arti Syafaat? Apakah Syafaat itu akan diberikan kepada semua orang Syiah atau untuk orang yang memenuhi syarat saja?

Untuk soal pertama, siapa sebenarnya Syi’ah itu? Kita harus merujuk kepada riwayat untuk mendapatkan definisi serta ciri-ciri mereka dari para Imam Ahlulbayt as.  Berikut ini beberapa riwayat tersebut:

  1. Imam Ridha as bersabda: Para Syi’ah kami adalah mereka yang pasrah dan menjalankan perintah-perintah kami serta menentang para musuh kami. Maka, mereka yang tidak seperti ini bukan termasuk dari golongan kami.
  2. Jabir Ju’fi berkata: Imam Muhammad Bagir as bersabda, Wahai Jabir apakah cukup seseorang mengaku dirinya Syi’ah dengan hanya mengatakan dia mencintai kami Ahlulbayt? Sumpah demi Allah, Bukanlah seorang Syi’ah kecuali dia menjaga takwanya kepada Allah dan taat kepada-Nya.
  3. Imam Bagir as bersabda: Janganlah mencari-cari alasan dan mengikuti pendapat yang batil. Sumpah, bukanlah termasuk Syi’ah kecuali dia taat kepada Allah Swt.

Maka menurut riwayat Ahlulbait, Syiah adalah orang yang konsekuen dengan perintah mereka dan selalu berusaha dalam beramal.

Lag-lagi timbul pertanyaan lain, jika Syi’ah itu tidak lain adalah mereka yang  taat pada perintah Allah, bertakwa dan beramal Sholeh, lalu apa perlunya mereka disyafaat? Dengan kata lain sebab / faktor keselamatan mereka-mereka ini adalah keimanan dan amal Saleh bukan yang lain.

Untuk sampai pada jawaban ini perlu kita ketahui makna Syafaat dan syarat- syaratnya sebagaimana yang menjadi pertanyaan kedua kita.

Syafaat pada hakikatnya adalah sampainya rahmat, ampunan dan anugerah Allah SWT kepada para hamba-Nya melalui perantara para wali dan orang-orang pilihan-Nya.

Sebagaimana Allah SWT memberikan hidayah melalui para Nabi dan orang-orang pilihan kepada manusia secara umum di dunia. Begitu pula melalui manusia-manusia sempurna itu, Allah akan mengirimkan ampunan-Nya kepada para pendosa di hari kiamat.

Namun, penerima syafaat tersebut memiliki kriteria dan syarat  khusus. Di antaranya:

  1. Tidak menyekutukan Allah
  2. Mengakui keesaan Allah dengan keikhlasan
  3. Yakin dengan keberadaan para Rasul, hari Kiamat dan apa yang Allah turunkan kepada mereka
  4. Tidak mendustakan Syafaat Rasulullah
  5. Tidak meremehkan sholat

Nah, jika ada orang yang beriman kepada Allah ( dan menjaga semua hal di atas) meninggal dunia, walaupun dia melakukan maksiat dan dosa serta belum sempat bertaubat, maka dengan keimanannya itu dia tidak akan masuk neraka. Beban berat dosanya akan diringankan melalui musibah dunia dan himpitan alam Barzakh. Dan jika dengan ini semua dosa-dosanya belum suci juga, maka dengan perantara Syafaat dia akan diselamatkan dari adzab neraka.

Dengan memperhatikan poin-poin di atas tadi, maka jawaban pamungkas dari subhat-syubhat di atas terangkum dalam poin-poin berikut ini:

  • Hanya mengaku Syi’ah tidak menyebabkan seseorang selamat. Namun harus ada keimanan dan keyakinan hati terhadap aqidah yang benar serta menjadi pribadi yang taat dalam beramal. Jika masih ada orang Syiah beriman dan yakin kepada Allah, Rasulullah dan para imam Maksum serta peduli terhadap perintah Allah, tapi dia memiliki perangai yang buruk dan tercela, selama sifat buruk ini tidak mengeluarkannya dari keimanan dan keyakinannya, kemudian meninggal dunia dalam keadaan beriman maka dia masih memiliki kelayakan untuk mendapatkan Syafaat di hari kiamat karena keimanannya tersebut walaupun dia melakukan banyak maksiat
  • Dengan demikian, jika seseorang mengaku pengikut Syiah 12 Imam, tapi dia meringankan shalat, meskipun dzahirnya dia menampakkan kecintaannya kepada Ahlulbait dan dia meninggal dalam keadaan seperti ini, maka dia bukan termasuk orang yang layak untuk menerima syafaat karena tidak memenuhi syarat.

Kongklusinya,  makna dari riwayat imam Shadiq as di atas adalah: Tidak ada satupun orang Syiah yang akan masuk neraka, dengan definisi Syiah yang sudah dijelaskan. Kemudian, Orang Syiah sendiri terbagi menjadi dua kelompok; orang Syiah yang amalannya mampu membuatnya menjadi ahli surga dan orang Syiah yang amalnya tidak cukup untuk menjadikannya ahli surga dan dengan bantuan Syafaat dia akan menjadi ahli surga. Jadi, orang Syiah baik dia yang termasuk kelompok pertama atau yang kedua, sama-sama tidak akan masuk Neraka.

Namun, dalam hal ini kita perlu memperhatikan riwayat dari Imam Al-Bagir as saat berbicara dengan Jabir. Beliau bersabda: Wahai Jabir barang siapa taat kepada Allah, dia sahabat kami dan siapa bermaksiat kepada Allah dia adalah musuh kami. Wilayah / kecintaan kami tidak akan bisa dapat kecuali dengan mengamalkan perintah Allah dan menjauhi segala maksiat-Nya. [EB]

Sumber: http://www.nasimonline.ir

No comments

LEAVE A COMMENT