Seperti hubungan listrik dan lampu. Jika para pencinta Ahlul Bait ingin terang benderang, maka dia harus tersambung pada sumber lisriknya. Dalam hal ini, jika para pencinta Ahlul Bait ingin memiliki cahaya dalam hati maka diharuskan selalu tersambung dengan Nabi dan para Imam.
Itulah sebabnya setiap peristiwa yang diperingati oleh Pencinta Ahlul Bait selalu memiliki aspek konektifitas dengan para Maksum. Lihat saja, dalam semua peristiwa penting, para pencinta Ahlul Bait disunnahkan untuk membaca berbagai doa.
Dalam perayaan kegembiraan seperti Al Ghadir –misalnya, kita dianjurkan untuk membaca doa Nudbah. Isi doa tersebut adalah tentang peristiwa Al Ghadir yang merujuk pada pengangkatan Imam Ali sebagai pelanjut kepemimpinan Islam paska wafatnya Nabi. Doa ini juga dianjurkan dibaca pada hari raya lainnya seperti iedul adha, iedul fitri dan hari jum’at.
Peristiwa wafatnya Imam Ali dan para imam maksum lainnya diisi dengan berbagai doa ziarah yang menyegarkan kembali ingatan akan perjuangan para imam. Di sisi lain hal itu adalah sebagai pengikat dan penghubung antara para imam dengan pencintanya. Bukankah salah satu tanda cinta adalah banyak menyebut dan mengingat sang kekasih?
Sepertinya, hal semisal itu merupakan penjabaran dari sabda Imam Ja’far Ash-Shadiq as, “Syi’ah kami adalah dari kami, apa-apa yang menyakitkan kami akan menyakitkan mereka dan apa-apa yang menggembirakan kami juga akan menggembirakan mereka”. Begitulah hakikat dari kecintaan.
Pernah satu saat Imam Ali Al Ridha as berkata kepada Rayyan bin Syabib. “Wahai putera Syabib, apabila kamu ingin bersama kami pada derajat-derajat tertinggi di surga maka bersedihlah karena kesedihan kami, dan bergembiralah karena kegembiraan kami, dan hendak-nya kamu berwilayah kepada kami dan mencintai kami, karena sesungguhnya seseorang mencintai batu sekalipun, niscaya Allah akan mengumpulkannya bersama batu itu di Hari Kiamat nanti”
Untuk peristiwa sebesar dan setragis yang terjadi pada bulan Muharram, kesedihan dan kepedihan mendalam adalah bentuk kecintaan yang dinampakan. Bulan ini adalah bulan kesedihan Ahlul Bait as. Imam Ali Ridha as berkata, “Ketika bulan Muharam tiba, tidak seorang pun melihat ayahku tertawa. Hari-hari dilalui dengan sedih sampai hari kesepuluh. Ketika hari kesepuluh tiba, yaitu hari musibah, kesedihan dan hari tangis beliau semakin memuncak. official zlibrary domain z lib . Find free books Beliau bersabda, “Hari ini adalah hari dibunuhnya Husain as.”
Maka ziarah Asyura adalah bentuk dari ikrar kecintaan pada wilayatullah tersebut. Oleh karenanya dalam ziarah Asyura dikatakan :
يا اَبا عَبْدِ اللَّهِ لَقَدْ عَظُمَتِ الرَّزِيَّةُ وَجَلَّتْ وَعَظُمَتِ الْمُصيبَةُ بِكَ عَلَيْنا وَعَلى جَميعِ اَهْل ِالاِ سْلامِ وَجَلَّتْ وَعَظُمَتْ مُصيبَتُكَ فِى السَّمواتِ عَلى جَميعِ اَهْلِ السَّمواتِ
“Wahai Abu Abdillah sungguh besar duka ini dan berat pula bagi kami musibah yang menimpamu dan juga bagi seluruh umat Islam Musibahmu ini telah diagungkan di langit dan sangat berat bagi seluruh penghuninya”
بِاَبى اَنْتَ وَاُمّى لَقَدْ عَظُمَ مُصابى بِكَ
Sungguh, demi ayah dan ibuku, engkau ini… sungguh besar musibah yang kurasa karena engkau ini
اَللّهُمَّ ارْزُقْنى شَفاعَةَ الْحُسَيْنِ يَوْمَ الْوُرُودِ وَثَبِّتْ لى قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَكَ مَعَ الْحُسَيْنِ وَاَصْحابِ الْحُسَيْنِ الَّذينَ بَذَلُوا مُهَجَهُمْ دُونَ الْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلامُ
Ya Allah beri aku syafaat Husain di hari kiamat Kokohkan aku dengan langkah yang tulus bersama-Mu dan bersama Husain dan sahabat-sahabat Husain yang telah mengorbankan jiwa dan raga untuk beliau.
https://www.youtube.com/watch?v=unuHF_I9_WA
Pingback:Doa Dan Keberpihakan | Safinah Online | 6 October 2016
|
Pingback:Doa dan Keberpihakan | Al Musthafa | 26 October 2016
|
Pingback:Memupuk Hubungan Dengan Ilahi | Safinah Online | 10 November 2016
|