Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
Home2017February

February 2017

Mazhab Ahlulbait mendefinisikan sahabat seperti yang dikemukakan dalam kamus-kamus bahasa Arab sebagai berikut; Kata As-Shâhib dan bentuk jama’ nya (plural), Shahhab, Ashab, shihhab dan shahabah.[1] Kata as-Shâhib adalah yang menemani (al-mu’asyir)[2] dan yang selalu menyertai kemanapun (al-mulâzim)[3], “Tidak dikatakan kecuali kepada seseorang yang sering menyertainya”[4], “Dan

Dalam beberapa ayat suci al-Quran al-Karim terdapat kata “i’tisham” yang lazim diartikan “berpegang teguh”, dan kata “farar” yang berarti “bergegas/lari.” Dalam artikel ini mari kita coba memahami makna dua ungkapan ini dalam hubungannya dengan tazkiyah nafs (penyucian diri). Sebelumnya, mari kita simak beberapa firman Allah

Pelaku Maksiat tak akan Mengenal Allah Fondasi pertama dan paling utama bagi keberagamaan seseorang adalah ma’rifatullah (mengenal Allah). Tanpa melewati tahapan ini, seseorang mustahil bisa beragama secara benar. Akan tetapi, agar bisa meraih derajat yang sangat penting ini, seseorang harus melewati halangan dan rintangan. Salah satu

Oleh: Husein Muhammad Al-Kaff Dalam beberapa kitab Hadis Ahlu Sunnah wal Jamaah disebutkan bahwa kedudukan dan peran Ahlul Bait as. sepeninggal Rasulullah saw. adalah pengawal umat Islam dari kehancuran dan perpecahan, dan penjaga ajaran Islam dari penyimpangan dan bid’ah. Misalnya, Hadis Nabi saw. yang berbunyi, “Aku

Tafakkur Sesuai obyek yang direnungkan, tafakkur terbagi menjadi banyak kategori, antara lain sebagai berikut; Bertafakkur atau berpikir dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat pada artikel bagian pertama; خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ