Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
HomeView All Posts (Page 223)

View All Posts

Seperti biasa, hari itu Rasulullah menunaikan shalat berjamaah bersama kaum Muslimin. Usai shalat, Rasulullah saw duduk bersama para sahabatnya untuk menyampaikan berbagai ajaran Islam. Tiba-tiba mendekatlah seorang kakek yang keadaannya amat menyedihkan. Tubuhnya kurus, jalannya bergetar karena menahan lapar. Kakek tua itu berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah aku.

Suatu hari tujuh orang miskin dari kalangan Ansar datang dan memohon kepada Rasulullah saw untuk mendapat fasilitas kendaraan yang memungkinkan mereka terlibat dalam jihad, namun beliau tak dapat memenuhi permohonan mereka karena fasilitas itu memang tidak tersedia. Mereka lantas pulang dalam keadaan bersedih dan berkucur

Allah SWT berfirman; وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى. “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”[1] وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ. “Dan orang-orang yang

Kemudian dijelaskan, “Mereka masih tetap murtad setelah engkau tinggalkan mereka”[1] Dalam riwayat yang lain, “Aku menolak sekelompok manusia dari sahabatku di al-Haudh, sehingga aku mengetahui mereka telah berpaling setelahku. (Baca sebelumnya: Apakah Definisi Sahabat Menurut Madrasah Ahlulbait? Bag. 1) Aku berkata, “Mereka adalah sahabatku” Dijawab, “Engkau tidak mengetahui apa

Mazhab Ahlulbait mendefinisikan sahabat seperti yang dikemukakan dalam kamus-kamus bahasa Arab sebagai berikut; Kata As-Shâhib dan bentuk jama’ nya (plural), Shahhab, Ashab, shihhab dan shahabah.[1] Kata as-Shâhib adalah yang menemani (al-mu’asyir)[2] dan yang selalu menyertai kemanapun (al-mulâzim)[3], “Tidak dikatakan kecuali kepada seseorang yang sering menyertainya”[4], “Dan

Dalam beberapa ayat suci al-Quran al-Karim terdapat kata “i’tisham” yang lazim diartikan “berpegang teguh”, dan kata “farar” yang berarti “bergegas/lari.” Dalam artikel ini mari kita coba memahami makna dua ungkapan ini dalam hubungannya dengan tazkiyah nafs (penyucian diri). Sebelumnya, mari kita simak beberapa firman Allah

Pelaku Maksiat tak akan Mengenal Allah Fondasi pertama dan paling utama bagi keberagamaan seseorang adalah ma’rifatullah (mengenal Allah). Tanpa melewati tahapan ini, seseorang mustahil bisa beragama secara benar. Akan tetapi, agar bisa meraih derajat yang sangat penting ini, seseorang harus melewati halangan dan rintangan. Salah satu