Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
Home2017 (Page 19)

August 2017

Media sosial atau jaringan sosial merupakan struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Pada prinsipnya, media sosial bersifat netral, bisa digunakan untuk kebaikan dan juga

Sebagai pengikut Ahlulbait, kita harus menjaga mazhab ini dengan berbagai cara. Kita harus bersatu, tidak boleh bercerai-berai. Kita tidak boleh bertentangan satu sama lain, apalagi bermusuhan. Apapun masalahnya, suatu ironi jika kita saling berseteru hanya karena berbeda pilihan politik. Pilkada DKI yang telah berlalu memang telah

Dalam artikel sebelumnya [Fenomena Gagal Paham tentang Islam (1)], telah dicuplik pandangan tokoh dunia yang menjaga jarak dari agama dengan alasan bahwa tidak sejalan kekinian. Para pemikir asing melontarkan sebuah permasalahan filosofis, bahwa segala sesuatu di dunia ini mengalami perubahan, dan tak satupun yang konsisten. Kaidah ini

Adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Tolok Ukur Baik dan Buruk”. Di sini, dua poin yang akan diketengahkan: proposisi aksiomatis dan dalil teori baik-buruk rasional. Para filosof membagi akal pada: teoritis dan praktis. Akal teoritis mengkonfirmasi pengetahuan yang tidak berurusan dengan perbuatan. Sedangkan yang berurusan

??

Sebagian orang mungkin bertanya bahwa Allah Swt tidak terbatasi oleh tempat seperti yang disepakati oleh ulama mazhab Ahlulbayt as. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita memahami adanya Mikraj Rasulullah Saw ke langit kemudian ke Sidartul Muntaha lalu menembus Hujub Nur (tabir-tabir cahaya) dan bermunajat dengan Allah?

Perlu dipahami sebenarnya Mikraj itu ke langit lalu ke Sidratul Muntaha kemudian ke surga Ma’wa dan tidak Mikraj ke Allah Swt sehingga sebagian beranggapan Allah berada di satu tempat seperti pertanyaan di atas. Sehingga ayat Alquran di surah Isra’ dan surah An-Najm mengatakan bahwa tujuan utama dari Isra’ dan Mikraj adalah untuk memperlihatkan / menunjukkan  tanda-tanda kebesaran Allah Swt kepada Nabi Saw.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Surga  memiliki banyak kenikmatan yang disiapkan untuk para penghuninya, mulai dari makanan, minuman, bidadari, pelayanan, tempat tinggal, ketenangan dan puncaknya nikmat maknawi berupa ridho Allah. Yang semua itu sesuai riwayat tidak pernah dilihat sebelumnya, tidak pernah didengar / dibicarakan sebelumnya bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di benak dan pikiran siapapun.

Di antara nikmat dan pelayanan yang tiada tara itu adalah para penduduk surga akan dilayani oleh Wildan Mukhaladun. Siapa sebenarnya para anak muda “Wildan” yang dikekalkan sebagaimana disebutkan di dalam Alquran itu? Apakah mereka dari golongan manusia atau dari golongan Malaikat?

  Dikisahkan, ada seorang penjahat yang telah membunuh orang sedang dalam pelarian. Kondisinya terlunta-lunta dengan pakaian yang compang-camping, penuh debu, kelelahan, dan mukanya kusut. Ia sampai di sebuah perkampungan. Sudah beberapa hari ia tidak makan sesuatu pun. Perutnya melilit kelaparan. Ia berhenti di depan sebuah toko. Ia