Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
HomePosts Tagged "Allah" (Page 22)

Allah Tag

Rasulullah SAW bersabada; إذا أحبَّ الله عبداً من أُمَّتي قذف في قلوب أصفيائه وأرواح ملائكته وسكان عرشه محبَّته; ليحبُّوه، فذلك المحبُّ حقّاً، طوبى له ثُمَّ طوبى له، وله عند الله شفاعةٌ يوم القيامة. “Ketika Allah mencintai seorang hamba di antara umatku maka Dia menghunjamkan kecintaan kepadanya pada

Hamba yang mencintai Allah SWT dengan sendirinya akan patuh kepadaNya tanpa disertai keluh dan kesah, sebab cinta itu membuatnya  mati rasa akan beban kepatuhan. Allah SWT berfirman; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْم يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّة عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّة عَلَى

Allah SWT berfirman; وَعِبَادُ الرَّحْمنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الاْرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَماً. “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”[1] وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ

Allah SWT berfirman; أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى. “Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya.”[1] Malu adalah sensibilitas dan kesadaran yang mendorong orang untuk menahan diri dari perbuatan tercela. Sensibilitas ini bisa jadi membuat seseorang cenderung menyembunyikan keburukan. Namun, tak seorangpun dapat menyembunyikannya di depan Allah

Allah SWT berfirman; مَا يَفْعَلُ اللّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ وَكَانَ اللّهُ شَاكِراً عَلِيماً. “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”[1] وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;

Diriwayatkan bahwa Imam Husain as saat bertekad untuk pergi ke Irak beliau berdiri berkhutbah dan berkata; الحمد لله، وما شاء الله، ولا حول ولا قوّة إلاّ بالله، وصلَّى الله على رسوله وسلّم. خُطَّ الموت على ولد آدم مخطّ القلادة على جيد الفتاة. وما أولهني إلى أسلافي

وَإذا أَخَذَ رَبُّكَ مَن بَني آدَمَ مِن ظُهُورِهِم ذُرّيّتَهُم وَأَشهَدَهُم عَلَى أَنفسِهِم أَلَستُ بِرَبِّكُم؟ قَالُوا بَلى، شَهِدنَا أَن تَقُولُوا يَومَ القِيَامَةِ إنّا كُنَّا عَن هذَا غَافِلينَ أَو تَقُولُوا إنَّمَا أَشرَكَ آبَاؤنَا مِن قبلُ وَكُنّا ذُرّيّة مِن بَعدِهِم أَفَتُهِلكُنَا بِمَا فَعَلَ المُبْطلُون “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan

Al-Quran al-Karim telah memberikan perumpamaan untuk menjelaskan keharusan manusia mengagungkan Allah SWT seagung-agungnya sekaligus mengungkapkan betapa remeh dan semunya kekuatan selainNya sehingga kekuatan yang sejati hanyalah milikNya semata. Perumpamaan itu disebutkan dalam ayat 73-74 surat al-Hajj yang terkutip di artikel bagian pertama. Memang, ayat ini turun

Sudah seharusnya seorang hamba bermuamalah dengan Allah SWT atau berperilaku di hadapanNya dengan perlakuan sebenar-benar pengagungan hamba terhadap Maulanya. Dalam hal ini terdapat dua jenjang sebagai berikut; Pertama, mengagungkan pahala dan azab Allah SWT dengan kondisi yang seandainyapun godaan syahwat dan hawa nafsu sedemikian kuat dia