Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
HomeView All Posts (Page 240)

View All Posts

Apakah logis jika peristiwa akbar dan penting seperti Ghadir Khum; peristiwa pengangkatan Ali bin Abi Thalib as sebagai pemimpin sah setelah Rasulullah Saw dilupakan? Apakah masuk akal puluhan ribu bahkan menurut riwayat lebih dari seratus ribu sahabat hadir berikrar akan kepemimpinan beliau tapi 70 hari kemudian mereka mendadak amnesia? Mungkinkah ini terjadi? Logiskah?

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini mungkin menghantui sebahagian kalangan yang masih menduga peristiwa Ghadir tidak pernah terjadi. Atau bahkan bagi mereka yang meyakininya sekalipun.

Berikut ini jawaban singkat dan ringan yang disampaikan oleh Ayatullah Muhsen Qiraati dengan tinjauan Qurani.

Muhasabah (introspeksi) merupakan jenjang yang disebut-sebut datang setelah jenjang taubat. Artinya, setelah manusia bertaubat maka dia konsisten berinterospeksi, mawas diri dan mengevaluasi keadaan dirinya demi melestarikan keutuhan dan kesejatian taubatnya.[1] Namun demikian, taubat dan muhasabah sebenarnya berinteraksi satu sama lain. Di satu sisi taubat membawa ke

Oleh: Husein Alkaf “Indonesia milikku, Indonesia milikmu dan Indonesia milik Kita". Slogan ini luar biasa. Ia mengandung arti yang dalam. Ketika Indonesia menjadi milik saya, saya wajib merawat dan membelanya. Ketika ia milik kamu, saya wajib menghargainya. Dan ketika ia milik kita, saya bersama kamu dan

اللّهُمَّ وَمُنَّ عَلَيَّ بِبَقَاْءِ وُلْدِيْ، وَبِإِصْلَاْحِهِمْ لِيْ، وَبِإِمْتَاْعِيْ بِهِمْ. إِلهِيْ أُمْدُدْ لِيْ فِي أَعْمَاْرِهِمْ، وَزِدْ لِيْ فِي آجَاْلِهِمْ ، وَرَبِّ لِيْ صَغِيْرَهُمْ وَقَوِّ لِيْ ضَعِيْفَهُمْ، وَأَصِحَّ لِيْ أَبْدَاْنَهُمْ وَأَدْيَاْنَهُمْ وَأَخْلَاْقَهُمْ، وَعَاْفِهِمْ فِيْ أَنْفُسِهِمْ وَفِيْ جَوَاْرِحِهِمْ وَفِيْ كُلِّ مَاْعُنِيْتُ بِهِ مِنْ أَمْرِهِمْ، وَأَدْرِرْ لِي وَعَلَى يَدِيْ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ, الْمُدَبِّرُ بِلاَ وَزِيْرٍ, وَ لاَ خَلْقٍ مِنْ عِبَادِهِ يَسْتَشِيْرُ, الأَوَّلُ غَيْرُ مَوْصُوْفٍ, وَ الْبَاقِي بَعْدَ فَنَاءِ الْخَلْقِ, الْعَظِيْمُ الرُّبُوْبِيَّةِ, نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرَضِيْنَ, وَ فَاطِرُهُمَا وَ مُبْتَدِعُهُمَا بِغَيْرِ عَمَدٍ, خَلَقَهُمَا وَ

Salah satu pertanyaan yang selalu dilontarkan kepada pengikut Syi’ah adalah bagaimana memaknai hadis Imam Shodiq as yang menegaskan Syi’ah beliau tidak akan pernah disentuh api neraka? Apakah para pendosa dari kalangan Syi’ah juga akan menikmatinya?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu mari kita lihat redaksi hadis yang dimaksud. Hadis yang ada di kitab Furu’ Kafi, Juz 3, Kitab Khabaiz  itu menegaskan bahwa  seorang perawi mengatakan kepada Imam, Aku mendengar Anda mengatakan bahwa semua Syi’ah walaupun pendosa sekalipun tidak akan pernah mendekam di neraka? Beliau menjawab, Benar apa yang aku katakan, mereka semua akan masuk surga.

Kedua, kisah yang dikutip secara ringkas dalam Tafsir Namuneh [1]  dari Tafsir Abu al-Fatuh al-Razi jilid 9, hal. 412 bahwa seorang pemuda datang menghadap kepada Rasulullah saw sembari menangis. Dia berkata, “Aku takut kepada murka Allah.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah kamu berbuat syirik?” Dia menjawab,