Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
Home2017January (Page 2)

January 2017

Oleh: Husein Alkaf “Indonesia milikku, Indonesia milikmu dan Indonesia milik Kita". Slogan ini luar biasa. Ia mengandung arti yang dalam. Ketika Indonesia menjadi milik saya, saya wajib merawat dan membelanya. Ketika ia milik kamu, saya wajib menghargainya. Dan ketika ia milik kita, saya bersama kamu dan

اللّهُمَّ وَمُنَّ عَلَيَّ بِبَقَاْءِ وُلْدِيْ، وَبِإِصْلَاْحِهِمْ لِيْ، وَبِإِمْتَاْعِيْ بِهِمْ. إِلهِيْ أُمْدُدْ لِيْ فِي أَعْمَاْرِهِمْ، وَزِدْ لِيْ فِي آجَاْلِهِمْ ، وَرَبِّ لِيْ صَغِيْرَهُمْ وَقَوِّ لِيْ ضَعِيْفَهُمْ، وَأَصِحَّ لِيْ أَبْدَاْنَهُمْ وَأَدْيَاْنَهُمْ وَأَخْلَاْقَهُمْ، وَعَاْفِهِمْ فِيْ أَنْفُسِهِمْ وَفِيْ جَوَاْرِحِهِمْ وَفِيْ كُلِّ مَاْعُنِيْتُ بِهِ مِنْ أَمْرِهِمْ، وَأَدْرِرْ لِي وَعَلَى يَدِيْ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ, الْمُدَبِّرُ بِلاَ وَزِيْرٍ, وَ لاَ خَلْقٍ مِنْ عِبَادِهِ يَسْتَشِيْرُ, الأَوَّلُ غَيْرُ مَوْصُوْفٍ, وَ الْبَاقِي بَعْدَ فَنَاءِ الْخَلْقِ, الْعَظِيْمُ الرُّبُوْبِيَّةِ, نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَ اْلأَرَضِيْنَ, وَ فَاطِرُهُمَا وَ مُبْتَدِعُهُمَا بِغَيْرِ عَمَدٍ, خَلَقَهُمَا وَ

Salah satu pertanyaan yang selalu dilontarkan kepada pengikut Syi’ah adalah bagaimana memaknai hadis Imam Shodiq as yang menegaskan Syi’ah beliau tidak akan pernah disentuh api neraka? Apakah para pendosa dari kalangan Syi’ah juga akan menikmatinya?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu mari kita lihat redaksi hadis yang dimaksud. Hadis yang ada di kitab Furu’ Kafi, Juz 3, Kitab Khabaiz  itu menegaskan bahwa  seorang perawi mengatakan kepada Imam, Aku mendengar Anda mengatakan bahwa semua Syi’ah walaupun pendosa sekalipun tidak akan pernah mendekam di neraka? Beliau menjawab, Benar apa yang aku katakan, mereka semua akan masuk surga.

Kedua, kisah yang dikutip secara ringkas dalam Tafsir Namuneh [1]  dari Tafsir Abu al-Fatuh al-Razi jilid 9, hal. 412 bahwa seorang pemuda datang menghadap kepada Rasulullah saw sembari menangis. Dia berkata, “Aku takut kepada murka Allah.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah kamu berbuat syirik?” Dia menjawab,

Mengapa sebagian orang menjauhi agama? Hal berpaling dari agama jelas bukan tanpa sebab. Banyak faktor yang menyeret seseorang pada kondisi yang tak dinginkan ini. Hal ini bahkan dinilai telah menyimpang dari fitrahnya, bahwa keagamaan atau cenderung beragama merupakan fitrah setiap manusia, berdasarkan hadis Nabi saw